Ayat ini turun dalam rangka menegur sejumlah pasukan muslim pada Perang Uhud yang tergiur dengan rampasan perang sehingga melanggar arahan Nabi untuk menjaga posisi mereka apa pun yang terjadi.
Ayat ini turun usai Perang Uhud ketika pasukan muslim dipukul mundur oleh pasukan musyrik. Allah membuat mereka terlelap sejenak, menenangkan pikiran mereka, dan menghilangkan ketakutan dan kegelisahan mereka. Sementara itu, orang-orang yang lemah imannya tidak dapat merasakan nikmat kantuk ini. Mereka inilah yang memiliki prasangka kurang baik terhadap Allah dan Rasul-Nya.
Seorang sahabat tampak murung karena orang tuanya mati syahid, meninggalkan banyak anak dan utang. Allah lalu menurunkan ayat ini untuk menegaskan bahwa arwah orang-orang yang mati syahid tetap hidup di sisi Allah serta memperoleh rezeki dan nikmat yang berlimpah.