Dalam perjalanan meninggalkan Uhud, Abu> Sufya>n, pemimpin pasukan Quraisy, menantang Nabi untuk bertempur kembali pada tahun berikutnya di Badar. Karena pada tahun itu (4 H) terjadi paceklik, Abu> Sufya>n pun gentar dan mengurungkan niat ke Badar. Ia lalu mengutus Nu‘aim bin Mas‘u>d al-Asyja‘iy ke Madinah untuk menakut-nakuti kaum muslim dengan menyebarkan kabar bohong. Nabi dan para sahabat tidak terpengaruh oleh propaganda itu dan tetap berangkat ke Badar. Perang pun urung terjadi. Pada waktu itu di Badar sedang musim pasar sehingga kaum muslim memanfaatkannya untuk berdagang. Mereka pun pulang dengan membawa laba berlimpah. Itulah peristiwa yang menjadi latar belakang penurunan ayat-ayat ini
Allah menyatakan bahwa Dia akan melipatgandakan balasan bagi para hamba yang memberi-Nya pinjaman yang baik dengan cara bersedekah di jalan-Nya. Oleh kaum Yahudi hal ini disalahartikan. Mereka menganggap Tuhan kaum muslim fakir sehingga harus meminta pinjaman dari hambaNya. Ayat ini lantas turun untuk meluruskan anggapan tersebut
Nabi dan pengikutnya mendapat ujian, baik dalam harta maupun diri mereka. Mereka menerima cacian, gunjingan, dan ejekan, baik dari kaum musyrik maupun Yahudi di Madinah. Itulah kejadian yang melatarbelakangi turunnya ayat ini.
Banyak Ahli Kitab yang bangga karena menganggap diri mereka pemimpin yang ditaati. Mereka suka dipuji sebagai orang alim yang menguasai isi Taurat dan Injil, meski pada kenyataannya tidak demikian. Kaum munafik juga mempunyai sifat yang demikian. Allah menurunkan ayat di atas untuk menegaskan bahwa mereka tidak akan selamat dari azab Allah.