Kisah Kholilullah Ibrahim AS merupakan kisah keluarga yang yang menggambarkan adanya ketulusan, ketabahan, perjuangan dan ketaatan yang luar biasa dari orang-orang yang juga luar biasa yang akhirnya menjadi contoh dan panutan bagi para pemeluk agama Samawi, terutama ummat Islam.
Sesuatu yang tidak terlihat tapi sangat penting bagi diri kita. Bahkan Rasulullah menyebutkan dalam hadisnya yang intinya menjelaskan bahwa dalam diri manusia itu ada segumpal daging.
Naluri itu tidak bisa dibuat-buat dan tidak bisa dibohongi. Dalam perjalanannya, manusia dipengaruhi lingkungan. Terus menerus menjadi baik jika dimotivasi kebaikan sekitarnya.
Kesehatan mental dan kebahagiaan hidup adalah hal yang penting bagi setiap individu. Salah satu ciri seseorang yang memiliki mental sehat adalah senantiasa bersyukur atas pemberian Allah SWT. Pentingnya sikap bersyukur ini terlihat dari banyaknya ayat Al Qur’an yang menjelaskan hal itu.
Dalam hidup, kita sering dihadapkan pada berbagai tantangan, cobaan, dan kesulitan. Terkadang kita dibuat pusing ketika menghadapi segala masalah dan ujian hidup ini.
Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing)”. (QS. Ali Imran, 03: 33).
Berdasarkan keterangan al-Qur’an dan al-Sunnah, disebutkan bahwa dalam bulan Ramadhan terdapat suatu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Malam yang indah itu disebut Lailatul Qadar atau malam kemuliaan.
Kata Nuzûl dalam penggunaan etimologis (kebahasaan) diartikan dan dimaksudkan sebagai proses menuju dan menempati suatu tempat, misalnya perkataan orang-orang Arab: “nazala al-amîru al-Madînata” (Sang Gubernur singgah di Madinah). Bentuk transitif (kata kerja)nya adalah kata al-inzâl, bermakna proses menunjukkan dan menempatkan sesuatu ke suatu tempat
Intisari puasa menahan diri dan mengendalikan syahwat kemanusiaan yaitu sesuatu yang menjadi keinginan dan kebutuhan manusia seperti makan minum dan hubungan badan dengan pasangannya tetapi ditahan dalam jangka waktu tertentu yang sebenarnya halal karena semata-mata mengharap ridho Allah SWT.
Ramadan mubârak, bulan yang diberkahi. Di bulan inilah kita diwajibkan berpuasa Ramadan (QS. al-Baqarah [2]: 183), yang difardukan pertama kali pada bulan kedua hijriah.