Di sebelah timur masjid Nabawi Madinah, tampak sebuah bangunan yang akan membuat kita takjub, terpesona karena kesederhanaannya.
Pada kisaran tahun 90-an, dalam sebuah Muktamar Tingkat Dunia yang diselenggarakan di Mesir, muncul pertanyaan dari Syaikh Mutawwali As-Sya'rawi tentang ke manakah perginya air bekas memandikan jasad Rasulullah SAW.
Laduni.ID Jakarta – Pada Tahun 1908 dan 1973, sejumlah analisis kimiawi melakukan analisis air zamzam Makkah untuk membuktikan bebas dari kuman dan polutan.
“Barang siapa yang mempunya empat orang anak, kemudian tidak memberikan nama salah seorang dari mereka dengan nama ‘Muhammad’, maka tidak masuk rasa kecintaan kepada Muhammad dalam hatinya.”
Menurut Gus Baha, orang yang tidak mampu naik haji secara materi, tidak perlu lantas putus asa untuk bisa naik haji. Jadi, seandainya kita memang tidak mampu naik haji, kita tetap perlu menunjukkan keseriusan dalam berhaji melalui orang yang berhaji.
Sedekah memang bisa lebih utama dari ibadah haji. Ada kisah menarik yang menggambarkan kebenaran pernyataan tersebut. Peristiwa ini dialami oleh seorang ulama besar di masa tabi'in. Adapun sosok yang terkait dengan kisah ini, tidak lain adalah Abdullah Ibnu Al-Mubarak.
Sepertinya kita dengan Rasulullah SAW berjarak sangat jauh. Lokasi makam jauh, abad 7 di mana beliau hidup juga sudah jauh dari abad kita saat ini, kepribadian welas asih kita juga sangat jauh, apalagi tensi perjuangan untuk menjadi rahmat bagi lingkungan, kita masih sangat jauh.
Rasulullah SAW selalu memberikan teladan yang baik dan mulia. Demikian pula sikap yang diteladankan ketika beliau bersama dengan orang yang terkena penyakit ganas.
Dalam banyak kitab tarikh, di antaranya Kitab Sirah Nabawiyah karya Ibnu Hisyam, dikisahkan tentang perang Uhud di mana saat itu umat Islam mengalami kekalahan, dan Rasulullah SAW pun terluka. Gigi geraham beliau patah, bibir bawahnya sobek, dahi dan keningnya yang mulia juga bercucuran darah.
Dikisahkan, Uwais Al-Qarni mendapatkan ujian berupa penyakit sopak. Seluruh tubuhnya menjadi belang belang karena penyakit sopak tersebut. Ibunya sudah tua dan sakit lumpuh, namun Uwais Al-Qarni senantiasa merawat ibunya dengan telaten dan penuh kesabaran.