Pada saat malam Takbiran Sayyidina Ali bin Abi Thalib as terlihat sibuk membagi-bagikan gandum dan kurma Beliau bersama istrinya, Sayyidah Fathimah az-Zahra, Sayyidina Ali menyiapkan tiga karung gandum dan dua karung kurma.
Setiap bulan Ramadhan pergi meninggalkan, mereka selalu meneteskan air mata. Di lisan mereka terucap sebuah doa yang merupakan ungkapan kerinduan akan datangnya kembali bulan Ramadhan menghampiri diri mereka.
Suatu hari, Abuya Sayyid Muhammad pernah memarahi putranya yang bernama Sayyid Alawi Muhammad Al-Maliki ketika hendak pamit berangkat sekolah SD (perumpamaan tingkatan sekolah di Indonesia) dengan membawa buku tulis.
KH. Manshur bin Hadi Popongan, Klaten adalah guru Thariqahnya Mbah Arwani. Saat Mbah Manshur dirawat di sebuah Rumah Sakit di Kota Solo, Mbah Arwani menjenguk gurunya itu.
Dikisahkan, salah satu santri Abuya Sayyid Muhammad yang tinggal di Jawa Timur. Santri tersebut tidak bisa memulai pelajaran yang akan diajarkan sebelum bertemu dengan Abuya Sayyid Muhammad.
"Ada beberapa ulama yg menjadi paku bumi tanah Jawa, mereka yakni KH. Arwani Amin Kudus, KH. Abdul Hamid Pasuruan, Hb. Anis b. Alwi Al Habsyi Solo dan KH. Ahmad Umar Abdul Manan Mangkuyudan."
Alkisah, seorang pelacur tua, mungkin tinggal seonggok daging penuh dengan kuman penyakit kotor, tertatih-tatih menempuh perjalanan di padang pasir. Perbekalan tinggal air sekendi belaka, padahal perjalanan masih jauh.
Suatu ketika, Sultonul Auliya’ Syekh Abdul Qadir al-Jailani bersama murid-muridnya berpapasan dengan seorang pemabuk yang teler berat. Walaupun dengan kondisi mabuk berat, si pemasuk itu memberikan 3 pertanyaan kepada Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
Bicaralah kepada manusia sesuai dengan tingkat pemikiran (pendidikan) mereka. Jika berbicara di dalam suatu majelis yang dihadiri oleh orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, jangan berkata
Tiga syair spesial Gus Mus dalam Panggung Penyair Asia Tenggara; Hanin, Mulut, Tadarus.