Mulai dari lemparan batu, diejek, disoraki, dikasih besek mirip berkatan yang ketika dibuka isinya ternyata tai orang.
Sama sekali, tak ada kata terlambat untuk bertanya pada diri, “Apakah aku siap untuk mengubah hidup yang aku jalani saat ini? Apakah aku siap untuk mengubah diriku?”, bahkan meski hidupmu hanya tinggal satu hari.
Apapun yang terjadi dalam hidupmu dan semengerikan apapun segala sesuatu yang tampak di matamu, jangan sampai kau putus harapan, hingga meski semua pintu tertutup
Harus kita fahami bahwa ulama, ketika mengeluarkan pendapat itu tidak asal – asalan. Dan perkataan ulama bagi orang awam adalah petuah yang bisa dijadikan pedoman hidup.
Mungkin dipandang wajar dan adil jika orang yang berkata-kata buruk dan menyakitkan hati dibalas dengan cara yang sama. Jika tidak begitu dia akan makin berani dan melonjak. Begitu yang biasa kita dengar. Tetapi Syeikh Syamsi Tabrizi, sufi misterius itu menyampaikan pandangan lain. Mungkin kontoversial. Ia mengatakan :
Ayah, sosok yang teguh, yang hanya ingin istri dan anaknya bahagia. Simak kisahnya di sini...
Hari nahas berarti hari yang penuh kesialan, kesusahan, dan penderitaan. Dalam Alquran, hari nahas disebut "yaumi nahsin" (al-Qomar: 19) untuk makna tunggal dan "ayyamin nahisaatin" (Fusshilat: 16) untuk makna jamak. Keduanya menggambarkan penderitaan dan siksaan, seperti yang dialami oleh kaum 'Aad karena kedurhakaan mereka menolak risalah Nabi Hud a.s.
Ketika di awal-awal ada yang nyantri kepada KH. M. Utsman al-Ishaqy sebanyak 5 orang, beliau mengajak para santrinya LADUNIKampung Jatipurwo, Sawahpulo, dengan membaca Sholawat Burdah.
Catatan Gus Dur, 'Pelacur dan Anjing, Kiai dan Burung'