Konon, Hajjaj bin Yusuf, Sang Penguasa diktator yang cerdas tapi kejam di Masa Bani Umayyah itu, membacakan syair tersebut ketika prajuritnya urung membunuh tiga pemuda yang ia perintahkan agar dieksekusi. Usut punya usut ternyata sewaktu diinterogasi ketiga pemuda itu mengucap syair indah yang isinya seolah mereka anak orang terpandang.
Pelajaran yang dapat di petik dari ungkapan itu, dimana Syekh Abdul Azis (Abon Aziz Samalanga) membantah dakwaan tamu itu bahwa tamu itu berteman dengan wahabi demi menarik wahabi ke jalan yang benar, Abon Aziz menyebutkan bahwa perbuatannya tersebut akan berefek dia sendiri akan terjatuh dalam aqidah wahabi tanpa disadarinya
Gus Miek dalam usia 9 tahun sudah pernah ke pasuruan untuk mengunjungi KH. Hamid. Ini adalah sebuah pertemuan pertama yang sangat mengharukan.
Pertemuan dua ulama itu antara Syaikhna Dr. Abdun Nashir al-Malibari dengan Mbah Maimoen ke Sarang, ada minimal empat dawuh Mbah Maimun yang sangat berkesan bagi saya. Empat dawuh itu menunjukkan begitu "sundul langit"nya ketawadlu'an KH. Maimun
Kenyataan hidup seperti ini bukan hanya pada satu orang, tetapi terjadi pada banyak orang, hanya manusia sedikit belajar dan tidak mengambil hikmahnya.
Ketika umat islam di tantang duel dengan pembesar musyrikin Quraiys "Amr bin Wad al-Amiri". Rasulullah bertanya kepada para sahabat-sahabatnya siapa yang berani melawannya, semua tidak ada yang berani kecuali sayyidina Ali bin Abi Thalib sepupu nabi, melihat kala itu Ali masih muda nabi pun mengulangi pertanyaannya, tapi tetap semua diam, akhirnya majulah Ali menghadapai Amr.
Ayahanda beliau, Kyai Zubair, adalah murid Syaikh Sa’id Al-Yamani serta Syaikh Hasan Al-Yamani Al- Makky.