Dalam hadis yang lain disebutkan bahwa Rasulullah saw. juga bersabda: “Tidak ada wabah dan tidak ada keburukan binatang terbang dan tiada kesialan bulan Safar dan larilah (jauhkan diri) daripada penyakit kusta sebagaimana kamu melarikan diri dari seekor singa.” (HR. Bukhari)
Ada pula yang menyatakan bahwa nama Safar diambil dari nama suatu jenis penyakit sebagaimana yang diyakini oleh orang-orang Arab jahiliyah pada masa dulu, yakni penyakit safar yang bersarang di dalam perut, akibat dari adanya sejenis ulat besar yang sangat berbahaya.
Kita telah mengetahui bersama bahwa bulan Safar merupakan bulan kedua setelah Muharam dalam kalendar Islam (Hijriyah) yang berdasarkan tahun Qamariyah (perkiraan bulan mengelilingi bumi). Safar artinya kosong. Dinamakan Safar karena dalam bulan ini orang-orang Arab dulu sering meninggalkan rumah untuk menyerang musuh. Banyak yang bilang kalo bulan Safar ini adalah bulan sial.
Kedua, Tragedi Ar Raji’. Pada tahun 3 H bulan Safar datanglah kepada Rasulullah kaum dari Bani ‘Adhal dan al-Qaarah dan menyatakan bahwa mereka masuk Islam.
Pada kesempatan lain Rasulullah bersabda, “Tidak ada wabah dan tidak ada keburukan binatang terbang dan tiada kesialan bulan Safar dan larilah (jauhkan diri) daripada penyakit kusta sebagaimana kamu melarikan diri dari seekor singa” (HR. Bukhari).
Berikut adalah urutan sejarah kitab-kitab madzhab Syafi’i. Dari sejarah perkembangan madzhab Syafi’i, kitab-kitab fiqh madzhab Syafi’imm dicoba dibagi ke dalam tujuh kelompok
Imam ar-Rafi’i juga mensyarah kitab al-Wajiz karya Imam Ghazali dalam dua buah karyanya yakni asy-Syarh as-Shagir, dan asy-Syarh al-Kabir yang diberi nama dengan al-’Aziz
Banyaknya buku-buku ini, adalah berkat kejuhudan murid-murid dan ulama Syafi’iyyah. Juga karena buku-buku fiqh Madzhab Syafi’i ini satu sama lain ditulis dengan saling mengacu pada kitab sebelumnya, sehingga berkaitan dan bersambung
Diantara bentuk ijazah, seorang syaikh (guru) mengatakan kepada muridnya, “Ajaztuka hadza kama ajazani syaikhi”. Artinya, “Aku ijazahkan (ilmu) ini kepadamu, sebagaimana guruku telah mengijazahkan kepadaku
Lebih lanjut Imam An-Nawawi, sebagaimana dinukil Imam Suyuthi dalam kitab bernama Tadribur Rawi, menyebutkan, langkah tahammul wal ada’ (upaya