INFAK / SEDEKAH/ DONASI/ SUMBANGAN untuk LADUNI.ID
Seluruh dana yang terkumpul untuk operasional, pemeliharaan, dan pengembangan portal dakwah Islam ini
“Tidak ada penularan penyakit (dengan sendirinya), tidak ada thiyarah, tidak ada kesialan karena burung hantu, tidak ada kesialan pada bulan Shafar.” [HR. Al-Bukhari 5437, Muslim 2220, Abu Dawud 3911, Ahmad (II/327)].
Ada pula yang menyatakan bahwa nama Safar diambil dari nama suatu jenis penyakit sebagaimana yang diyakini oleh orang-orang Arab jahiliyah pada masa dulu, yakni penyakit safar yang bersarang di dalam perut, akibat dari adanya sejenis ulat besar yang sangat berbahaya.
Beranjak dari itu hendaklah bulan Safar ini dilihat seperti bulan-bulan yang lain dalam kalendar Hijriyah dan kita terus mengerjakan amal-amal ibadah yang disunnahkan dalam menambahkan pembendaharaan amal untuk hari esok nantinya.
, ada pula sebagian ahli yang menyatakan bahwa nama Safar diambil dari nama suatu jenis penyakit sebagaimana yang diyakini orang-orang Arab jahiliyah pada masa dulu. Yakni penyakit safar yang bersarang di dalam perut, akibatnya dari adanya sejenis ulat besar yang sangat berbahaya.
menepis anggapan Safar bulan sial, bahkan tidak baik untuk para lajang mengakhiri stutusnya di meja “pernikahan”. Dalam hal ini baginda Nabi juga melakukan pernikahan di bulan yang mulia ini.
Selanjutnya, ia memberikan contoh dengan menceritakan kejadian yang di alami oleh ayahanda nya, al Habib Ahmad bin Ali al-Athos. Ketika dalam kondisi sakit dan tubuhnya yang lemah lunglai dengan segepok obat yang baru saja dibelinya dari apotik
Uraian dari kitab tahkiknya ini awalnya adalah risalah Dukturah beliau yang diajukan ke Jami’ah Islamiyyah di Karachi Pakistan. Buku ini dicetak pertama kali oleh Dar Qutaibah di Beirut pada tahun 1996 dalam 15 Juz yang dikumpulkan dalam 10 Jilid besar
Beliau mengatakan, "aku ingin setiap jalan yang pernah aku lewati menyimpan jejak yang kelak akan menjadi saksi dan pembelaku di hari kiamat".
Dalam hadis yang lain disebutkan bahwa Rasulullah saw. juga bersabda: “Tidak ada wabah dan tidak ada keburukan binatang terbang dan tiada kesialan bulan Safar dan larilah (jauhkan diri) daripada penyakit kusta sebagaimana kamu melarikan diri dari seekor singa.” (HR. Bukhari)
Ada pula yang menyatakan bahwa nama Safar diambil dari nama suatu jenis penyakit sebagaimana yang diyakini oleh orang-orang Arab jahiliyah pada masa dulu, yakni penyakit safar yang bersarang di dalam perut, akibat dari adanya sejenis ulat besar yang sangat berbahaya.