Dalam perjalanan kehidupan, sering kali kita menemukan orang-orang yang tergelincir dalam dosa atau kebiasaan buruk. Respons kita terhadap mereka menjadi cerminan karakter dan pemahaman kita tentang hakikat kasih sayang serta keadilan Allah SWT.
Di tengah masyarakat yang semakin kompleks, dakwah dengan kasih sayang, empati, dan tanpa penghakiman akan lebih mudah diterima. Sebaliknya, sikap mencela dan memaki hanya akan memperburuk keadaan dan menjauhkan pelaku maksiat dari kemungkinan taubat.
Dalam membangun mentalitas dakwah, cara berdakwah harus dilambari (diberi alas) dengan akhlak para muballighnya. Begitu juga harus menjunjung tinggi etika dalam berdakwah. Dan berdakwah itu harus dilakukan dengan optimis, tabah, sabar dan ikhlas.
Secara bijak dapat dikemukakan bahwa bukanlah absensi kematian kita yang kita tunggu, bukan di wilayah mana kita menemui ajal, tetapi bekal apa yang harus kita siapkan di kala kematian menghampiri kita.
Meniti "laku suluk" bukanlah meninggalkan tugas kehambaan yang lain seperti mencari nafkah untuk keluarga, mendidik dan mengasuh anak. Memahami makrifat bukan berarti menjadi pemalas dan anti syariat. Tapi, justru terpancar ketakwaannya kepada Allah secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Mencintai dan membenci adalah hal yang lumrah dan wajar ada di dalam diri setiap orang. Semuanya berpotensi mengalami dua hal tersebut. Tetapi bagaimana kemudian mengelola kedua hal itu agar tetap seimbang, tidak boleh diabaikan.
Dengan memuliakan guru dan ulama, seorang ayah tidak hanya menanamkan kebijaksanaan bagi anak-anaknya, tetapi juga membuka jalan bagi mereka menuju keberhasilan dunia dan akhirat.
Dalam kitab Al-Fawaid Al-Mukhtaroh karya Habib Zein bin Ibrahim bin Smith, terdapat sebuah kisah yang menggugah hati dan penuh hikmah tentang seorang istri raja yang lama mendambakan keturunan namun tak kunjung mengandung.
Kisah tentang karomah Ummu Fatimah ini mengandung pelajaran mendalam tentang keimanan, ketawadhuan, dan kedekatan seorang hamba kepada Allah.
Ilmu adalah pelita kehidupan, penuntun langkah menuju keberkahan dunia dan akhirat. Namun, meraih ilmu bukanlah perkara instan; diperlukan kesungguhan dan usaha yang berkelanjutan.