Memaafkan adalah salah satu sifat dan akhlak utama yang diajarkan Islam. Meski membalas secara setimpal dibolehkan, tetapi memaafkan itu lebih baik. Nabi Muhammad SAW adalah manusia pemaaf dalam segala keadaan.
Mbah Harun adalah seorang nelayan yang tinggal di desa Karangmangu, Sarang, Rembang, Jawa Tengah. Setiap ba’da Subuh, beliau berangkat melaut dengan sebuah perahu kecil yang akrab disebut “cukrik” kemudia ia kembali ke darat ketika memasuki waktu shalat Dhuha.
Nabi SAW tampak begitu berwibawa. Kepada mereka, musuh lamanya itu, beliau dengan suaranya yang tenang dan sikap yang anggun penuh pesona, mengatakan; “Menurut kalian, apakah kira-kira yang akan aku lakukan terhadap kalian?”
Sering kali perjalanan hidup kerap kali membawa kita ke tempat-tempat yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Demikian pula yang dialami oleh Lee Kang Hyun, seorang warga Korea Selatan yang dikenal sebagai mantan Vice President Samsung Indonesia.
Malam kelahiran Nabi adalah malam yang bertaburan cahaya yang memancar dari langit biru bening. Syaikh Al-Barzanji menyenandungkan kidung-kidung Madah dan puisi-puisi Na’tiyah menyambut kelahiran sang Nabi, sang calon pemimpin dunia itu.
Ketahuilah, bahwa pintu husnul khatimah tidak pernah terkunci untuk para pelaku maksiat, selama tidak ada kesombongan dan kemunafikan di dalam jiwanya.
Suatu ketika, pergilah Habib Ali ke salah satu tempat majelis ulama, kemudian beliau berkisah tentang permasalahannya untuk mendapat ridho ibunya dengan syarat sebagaimana yang diinginkan oleh ibunya tersebut.
Jika makhluk yang tak bernyawa bisa mengenal Rasulullah SAW, menangis bersamanya, bertasbih dan merindukan, apalagi kita sebagaimana manusia yang beriman yang mengikuti teladannya.
Seandainya Rasulullah SAW lahir di waktu yang telah disebutkan di awal, seperti bulan Ramadhan, atau hari Jumat yang mana waktu-waktu tersebut sudah dianggap mulia oleh orang-orang, bisa jadi nanti orang akan mengira bahwa kemuliaan Rasulullah karena lahir di waktu tersebut. Padahal tidak.
Salman menceritakan peristiwa berkaitan dengan lelaki Yahudi tersebut, lalu Fatimah mengeluarkan jubah Rasulullah SAW, yang terdapat tujuh tambalan dengan tali serat kurma, dan menyerahkannya kepada Salman, yang langsung membawanya ke masjid.