Dalam Islam, konsep kepemimpinan dan ketaatan kepada penguasa memiliki aturan yang jelas. Salah satu pelajaran penting terkait hal ini dapat ditemukan dalam sikap bijak dan nasihat yang disampaikan oleh Imam Ahmad bin Hanbal ketika menghadapi permasalahan di masa pemerintahan Al-Watsiq.
Jika niat pemimpin terpusat pada kemaslahatan rakyat, maka kesejahteraan akan meluas. Tetapi jika niat itu berbalik pada keserakahan dan kezaliman, maka kehancuran akan mengikuti.
Dalam sejarah Islam, Umar bin Abdul Aziz merupakan salah satu sosok pemimpin yang dikenal karena keadilan, kesederhanaan, dan keteguhannya dalam memegang prinsip-prinsip agama. Bahkan ada yang menyebut beliau sebagai khalifah kelima yang masuk dalam kategori Al-Khulafa’ Ar-Rasyidun.
Alkisah, dalam sebuah diskusi, ada seorang murid bertanya kepada gurunya. Pertanyaan itu ditanggapi dengan sangat baik oleh gurunya, dan terjadilah interaksi yang menarik untuk diteladani.
Sungguh di zaman fitnah seperti ini kita sangat membutuhkan sosok seperti Imam Abdullah bin Mubarak di atas. Sosok yang bisa menyatukan dan mendamaikan tanpa harus terkesan mengajari. Menjadi juru damai adalah pilihan yang paling tepat dalam kehidupan sehari-hari.
Seekor lebah itu dikenal hanya menghisap sari bunga yang segar dan baik. Ia tidak akan hinggap di tempat yang kotor atau merusak dirinya. Hal ini mengajarkan kepada orang beriman agar senantiasa selektif dalam memilih apa yang dikonsumsi, baik secara fisik maupun spiritual.
Perempuan itu menjawab, "Saya takut tidak bisa memberi hak suami sebagaimana mestinya. Kalaupun sikap saya tidak disetujui keluarga, saya siap menikah tapi dengan syarat."
Khalifah Umar bin Khattab r.a, sosok pemimpin besar yang dikenal dengan keberanian, keadilan, dan ketegasan, ternyata juga menyimpan kisah luar biasa tentang kesabaran dan kasih sayang dalam rumah tangga.
Shalat berjamaah memiliki banyak keutamaan, di antaranya ialah mendapat keutamaan dihindarkan dari api neraka, dijauhkan dari sifat munafik, dan dibalas pahalanya dengan berlipat ganda. Shalat berjamaah juga memberikan peluang besar diterimanya shalat ketimbang shalat sendiri.
Dalam kehidupan yang fana ini, manusia sering terjebak dalam keasyikan duniawi yang melalaikan. Harta, kekuasaan, dan berbagai kenikmatan sementara menjadi prioritas, hingga banyak yang mengabaikan tujuan utama penciptaan mereka, yakni beriman dan tunduk kepada Allah SWT.