Terdapat satu hadits yang bisa diambil hikmah di dalamnya, hadits tersebut popular dengan pemaknaan keadilan. Yaitu hadits yang menjelaskan ketika puteri (Fatimah) Nabi SAW mencuri, maka beliau sendiri yang akan memotong tangannya.
“Kopi adalah penghilang kesusahan pemuda, senikmat-nikmatnya keinginan bagi engkau yang sedang mencari ilmu. Kopi adalah minuman orang yang dekat pada Allah didalamnya ada kesembuhan bagi pencari hikmah diantara manusia.
Tidak ada satupun manusia di bumi ini yang tak lepas dari perbuatan dosa, baik itu disadari maupun tidak. Dan tak ada satu manusia pun manusia yang mengetahui apakah ia akan meninggal dalam keadaan husnul khotimah atau su’ul khotimah.
Salah satu ajaran moral KH. Muslim Rifa’i Imampura adalah “nguwongke uwong, gawe legane uwong”, arti ungkapan tersebut adalah memanusiakan manusia dan membuat orang lain merasa lega/senang.
Diibaratkan seperti seorang koki yang memiliki banyak pisau tajam namun tidak menggunakan satupun diantaranya, sehingga pisau yang ia miliki tidak memberi manfaat kepada pemiliknya.
Bagi orang awam, mindset “kalau tidak dimakan, ya jangan beli” merupakan sebuah kekeliruan, sebab dengan membeli dagangan si penjual maka sudah pasti si penjual akan membawa uang untuk memberi makan keluarganya.
Dalam postingan di laman facebook pribadinya, KH. Taufik Damas menceritakan sebuah kisah dari seorang pelukis yang sangat bangga dengan lukisannya.
Pangersa Ajengan Aang Muhaiminul Aziz ra bercerita bahwa dulu pernah ada seseorang yang kalah main judi melintas di depan Madrasah Pontren Suryalaya. Pakaiannya sampai habis semua hanya menyisakan celana pendek yang masih dipakainya.
Dalam kitab Kifayatul Awwam, dihikayatkan atau dikisahkan bahwa Nabi Musa AS pernah sakit gigi. Beliau mengadukan rasa sakitnya kepada Allah SWT. Lalu Allah SWT memerintahkan Nabi Musa untuk mengambil sejenis rumput di tempat yang telah ditentukan untuk diletakan di atas giginya yang sakit. Nabi Musa AS melaksanakan apa yang diperintahkan, dan rasa sakitnya pun hilang seketika.
Aku membuka lembaran pertama pada kitab tersebut, menerangkan tentang pujian ulama atas karangan kitab Imam Hujjatul Islam Muhammad bin Muahmmad bin Muhammad Al-Ghazali, terutama pujian terhadap kitabnya yang berjudul Ihya Ulumuddin. Beberapa ulama yang memuji karangannya Imam Ghazali