“Dari Abu Hurairah, dia berkata, ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW dan bertanya: ‘Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku perlakukan dengan baik?’ Rasul pun menjawab: ‘Ibumu’. ‘Lalu siapa lagi?’, ‘Ibumu’. ‘Siapa lagi’, ‘Ibumu’. ‘Siapa lagi’, ‘Ayahmu’.”
Seorang teman bertanya: “apakah hal tersebut juga terjadi dalam komunitas muslim?” Dengan redaksi lain: “Apakah semua orang yang beragama Islam juga berkeyakinan dan bertingkah laku sama atau berbeda-beda?”
Kiai Maemon Zubair pernah bercerita, bahwa Kiai Abdul Karim, pendiri dan pengasuh pertama pesantren Lirboyo Kediri, memiliki dua menantu adalan. Pertama, adalah Kiai Marzuqi Dahlan, kedua, adalah Kiai Mahrus Aly.
Allah menunjukkan karomah kewalian seseorang hanya untuk orang-orang yang Dia kehendaki, Allah juga yang menganugerahkan hidayah rasa cinta dan keyakinan kewaliannya kepada orang-orang yang Dia kehendaki.
Saya bingung, kenapa kita sudah mendo'akan orangtua sehari 5 kali, kok masih di bilang anak durhaka? Saya coba balik lagi ke Masjid tempat saya membeli buku tersebut, saya tanyakan kepada pengurus kajian di Masjid itu, di mana saya bisa menemui Syaikh yang kemarin memberi kajian di Masjid ini.
Rasulullah sebelum diutus sebagai Rasul, beliau dicintai oleh kaumnya karena beliau adalah orang baik. Namun ketika Allah Ta'ala mengutus nya sebagai Penyeru Kebaikan, kaumnya langsung memusuhinya dengan menggelarinya sebagai tukang sihir, pendusta, gila, dll.
Alkisah, ketika Bahar kecil mondok di pesantren Syaikhona Kholil, beliau bermimpi tidur dengan istri Syaikhona Kholil. Pagi harinya (versi lain waktu Subuh) Syaikhona Kholil keluar dengan membawa pedang (versi lain golok tumpul) sambil marah-marah pada santrinya.
Sementara mengenai sadah, baik menjadi wali Allah maupun tidak, kita tetap berkewajiban menghormati mereka. Sebab dalam tubuh mereka, yang disebut dzuriyah Rasulullah SAW, terdapat darah daging Baginda Nabi SAW. Mereka menjadi ulama ataupun tidak, kita tetap berkewajiban mencintai dan menghormati mereka.
Sebagai bentuk syukur kepada Allah ﷻ, Nur Baginda Nabi Sayyidina Muhammad ﷺ kemudian bersujud sebanyak 5 (lima) kali. 5 (lima) sujud itulah yang menjadi ketentuan sholat 5 (lima) waktu untuk umat Baginda Nabi Sayyidina Muhammad ﷺ kelak dan menjadi kefardhuan sholat 5 (lima) waktu yang memang telah ditentukan sejak zaman azali.
Guru Bangil dulu pernah berkata, ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan dalam kehidupan sehari-hari, baik itu laki-laki dan perempuan, diantaranya: