Uang bisa dicari, ilmu bisa digali, tapi kesempatan untuk mengasihi orangtua tak akan pernah terulang lagi.
Suatu ketika, tatkala mereka beristirahat, sang istri bertanya kepada suaminya: "Wahai suamiku, bukankah Musa adalah seorang Nabi yang bisa berbicara dengan Tuhannya (Allah)?"
Adalah KH. Thoifur Ali Wafa, kiai dari Sumenep, kota paling ujung di Pulau Madura, seorang alim produktif yang sampai sekarang berhasil menulis lebih dari 40 karya kitab berbahasa Arab.
Dua tahun setelah itu aku berhaji dan aku bertemu lagi dengan orang itu, tapi aku tidak lagi mendengarnya memuji-muji dagangannya dan bersumpah.
Seorang murid bertanya kepada gurunya yakni Imam al-Ghazali, "Syeikh, bukankah dzikir bisa membuat seseorang yang beriman lebih dekat dengan Allah Ta’ala dan setan akan berlari jauh darinya?"
"Suatu hari, Rasulullah SAW menjenguk seseorang yang sedang sakit demam. Beliau menghibur dan membesarkan hati orang tersebut.
Alkisah, Mbah Kiai Ihsan, ayah dari Si Mbah KH Chudlori pendiri Asrama Perguruan Islam (API) Pondok Pesantren Salaf Tegalrejo Magelang, memiliki cita-cita yang mulia, agar kelak dikaruniai keturunan yang ‘alim.
Alkisah, ada seorang muadzin bersuara jelek di negeri mayoritas Kristen. Walaupun ia bersuara jelek, ia tetap pede mengumandangkan adzan dan tak menghiraukan himbauan dari teman-temannya sesama umat Islam.
Dengan penuh hati-hati, Abu Bakar memasuki ruang gelap Gua Tsur. Ia meraba-raba dinding dan lantai gua, ia mencari lubang atau celah dalam gua itu untuk memastikan, tidak ada hewan berbisa yang mengganggu Nabi.
Musibah besar itu belum tentu berwujud sesuatu yang besar atau berat, karena ia bisa saja berwujud sesuatu yang kecil atau ringan. Maka, jangan meremehkan musibah apapun bentuknya. Sebab, terdapat banyak sekali hikmah yang terkandung di dalamnya.