Setelah bambu tersebut sudah terkumpul dan diruncingkan, KH. Sirajd kemudian membacakan doa ke bambu tersebut. Setelah dibacakan doa, para santri kemudian pergi berjihad melawan penjajah pada 1 Maret. Dan akhirnya, walaupun para santri hanya berbekal bambu runcing mereka memenangkan pertempuran dengan mengalahkan para tentara Belanda yang bersenjata lengkap.
Dajjal ini termasuk yang mendapat Istidraj[1] (dilulu). Karena itu, setiap tindakan dan ucapan Dajjal, Allah mengabulkannya. Seperti dia mengatakan: “Hai langit, turunkan hujan”. Seketika itu hujan turun. la mengatakan kepada bumi : “Wahai bumi keluarkan seluruh simpananmu”.
Banyak yang mengatakan, bahwa beliau adalah putra yang paling mirip dengan Ayahandanya, Kiai Ahmad Djazuli Usman. Ayah Kiai Fu'ad adalah pendiri Pesantren Al Falah Ploso Mojo Kediri.
Disarikan dari dawuh KH. Anwar Manshur Lirboyo dari berbagai acara, beliau memberikan nasihat kepada orang-orang yang berilmu agar hidupnya menjadi bermanfaat.
Banyak pasangan suami-istri yang datang kepada Hadrotus Syeikh Abah Aos Ra Qs dengan dua hal: 1) mengeluhkan anaknya 'nakal' bukan main, bingung harus bagaimana; 2) mengharap (dikaruniai) anak-anak yang sholeh. Inti kedua hal tersebut sama: menginginkan anak yang sholeh.
Salah seorang waliyulloh yang terkenal keramat, Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan-Madura, suatu kali menunaikan ibadah haji. Beberapa saat ketika beliau singgah di Madinah hendak berziarah ke makam Rasulullah di Ar-Roudhoh, beliau berjumpa dengan Nabi SAW.
Tujuh tahun setelah saya pulang, tepatnya pada hari jumat 15 Ramadhan 1425. bertepatan dengan 29 Oktober 2004, Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki meninggal dunia, kebetulan saat itu saya sedang di Makkah Al-Mukarramah, maka saya termasuk saksi mata yang melihat langsung ramainya orang yang mengiringi jenazah beliau.
Begitulah kisah yang dialami oleh Ervan beserta keluarganya. Doa yang tak hentinya dipanjatkan oleh sang kakek mampu menuntun Ervan menemukan jalan untuk pulang.
Saya ‘mengenal’ secara pribadi sosok Kiai Abdul Hamid, ketika saya masih tergolong remaja, sekitar tahun 60-an. Ketika itu saya dibawa ayah saya, KH Bisri Mustofa, ke suatu acara di Lasem. Memang sudah menjadi kebiasaan ayah, bila bertemu atau akan bertemu kiai-kiai, sedapat mungkin mengajak anak-anaknya untuk diperkenalkan dan dimintakan doa-restu.
Ketika Gus Miek pergi ke diskotik, beliau bertemu dengan Pengunjung yang sedang asyik menenggak minuman keras. Gus Miek kemudian menghampiri mereka dan mengambil sebotol minuman keras lalu ikut minum dengan mereka.