l-Wirdu Al-Lathif memiliki arti “wirid yang lembut (ringan)”. Wirid ini disusun oleh salah satu Wali Quthub di zamannya, yakni Al-Imam Al-Habib Abdullah bin ‘Alawi Al-Haddad. Beliau juga merupakan penyusun wirid Ratib Al-Haddad.
Wirid ini dinamakan dengan “Al-Wirdu Al-Lathif” (wirid yang ringan) sebab isi dzikir dalam wirid ini cenderung pendek dan ringkas, berbeda dengan Al-Wirdu Al-Kabir (wirid yang agung) yang juga dikenal dengan nama Miftahus Sa’adah wal Falah yang juga disusun oleh Habib Abdullah.
Berikut ini Al-Wirdu Al-Lathif lengkap (Teks Arab) yang dibaca waktu sore sebagaimana terdapat di dalam kumpulan wirid kitab Khulashoh Al-Madad.
Ratib Al Haddad ini semuanya diambil atau berdasarkan dari Al-Qur’an dan Al-Hadis Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassallam. Jika berbicara tentang faedahnya tentu sangat luar biasa karena mencakup segala aspek kehidupan.
Dzikir dalam Islam sangat beragam jenisnya. Salah satu dzikir yang terkenal dan banyak dilafadhkan oleh masyarakat Muslim adalah Hasbunallah wa Ni'mal Wakil merupakan salah satu kalimat dzikir yang sangat dianjurkan oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW.
LADUNI.ID, Jakarta - Wirid dan Dzikir adalah bacaan yang dibacakan setelah salat fardhu. Namun dalam hal ini Dzikir bacaan yang dibaca untuk mengingat Allah SWT. Selain mengingat Allah SWT, amalan wirid ini berfungsi untuk mendekatkan diri kepada Allah dan meningkatkan keimanan kita kepada Allah SWT dengan cara wirid.
LADUNI.ID, Jakarta – Manusia adalah makhluk yang tidak luput dari dosa dan kesalahan. Karena itu, Islam mengajarkan untuk memperbaiki terus menerus agar menjadi Muslim yang lebih baik setiap harinya. Dan Manusia adalah makhluk Allah SWT yang diciptakan dalam bentuk terbaik.
Berdzikir dengan metode jahar memiliki sandaran kuat dari Al Quran dan Hadits. Di antaranya adalah firman Allah Ta’ala : “Maka jika engkau telah menunaikan shalat, berdzikirlah kepada Allah dengan keadaan berdiri, duduk dan berbaring”. (an Nisaa’: 102)
Amalan ini diajarkan Kanjeng Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam kepada istrinya, Ummul Mukminin Juwairiyah binti al-Harits bin Abi Dhirar bin Habib bin ‘A-idz bin Malik bin Jadzimah atau Sayyiddah Juwairiyah radliyallahu anha (wafat 56 H / 676 M).
Asal kata “Dzikir ” berasal dari bahasa Arab yaitu ” Ad-Dzikru ” yang berarti menyebut, menuturkan, mengingat, menjaga, mengerti perbuatan baik. Ucapan lisan, gerak raga, maupun getaran hati sesuai dengan cara-cara yang diajarkan agama