Selama hidupnya, KH. Maksum juga aktif di pergerakan sosial, politik, maupun pendidikan. Pada tahun 1940, beliau ditunjuk oleh warga Nahdliyin sebagai wakil Syuriah NU, Jombang, antara Tahun 1946-1948, beliau aktif sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) di Jombang.
KH. Mandhur Temanggung lahir di Parakan, Temanggung, pada 1862 M. Ayah beliau, Joyo Jendul, merupakan salah seorang pengikut Pangeran Diponegoro.
KH. Marzuqi Dahlan merupakan putra bungsu dari empat bersaudara, dari pasangan KH. Dahlan dengan Nyai Artimah. Beliau lahir tahun 1906 M, di Desa Banjarmelati, sebuah desa di bantaran barat Sungai Brantas, Kota Kediri.
Sejak kecil, KH. Marzuqi Mustamar dibesarkan dan dididik oleh kedua orang tua dengan disiplin ilmu yang tinggi. Beliau dididik dengan belajar Al-Qur’an dan dasar ilmu agama.
KH. Masduqi Abdurrahman lahir di Dusun Ponggok Desa Banjarsari Kecamatan Bandarkedungmulyo Kabupaten Jombang. Dia merupakan anak ke-5 dari delapan bersaudara, pasangan KH Abdurrahman Bahri dengan Nyai Dewi Maryam. Sejak kecil Kiai Masduqi sudah mencintai ilmu agama.
KH. Masrochan lahir pada 30 September 1965 adalah salah satu contoh santri yang taat terhadap guru dan tekun membina masyarakat. Atas perjuangan tersebut, beliau berhasil mendirikan Pesantren Durrotu Ahlissunnah Wal-Jama'ah (Durrotu Aswaja/PPDA) di Desa Banaran, Gunungpati, Kota Semarang.
KH. Masruri Abdul Mughni Ulama Nahdlatul Ulama Brebes Jawa Tengah