Jika dirunut, maka akan terlihat sejarah berdirinya pesantren di Jawa Barat sebagai berikut.
Berikut ini adalah bagian halaman terakhir yang memuat kolofon (titimangsa) dari manuskrip kitab “Nûr al-Zhalâm” karangan seorang ulama besar Nusantara asal Banten yang berkarir di Makkah, yaitu Syaikh Muhammad Nawawi b. Umar al-Bantani al-Makki (Syaikh Nawawi Banten, w. 1897). Manuskrip tersebut merupakan koleksi perpustakaan King Saud University, KSA.
Berikut ini adalah manuskrip kitab berjudul “Nashîhah al-Muslimîn wa Tadzkirah al-Mu’minîn fî Fadhl al-Jihâd wa Karâmah al-Mujâhidîn” (Nashîhah al-Muslimîn) karangan seorang ulama besar Nusantara asal Kesultanan Palembang yang hidup di abad ke-XVIII, yaitu Syaikh Abdul Shamad al-Falimbani. Manuskrip merupakan koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Jakarta.
Berikut ini adalah surat yang ditulis oleh seorang yang bertanda tangan atas nama Ahmad Syaubandi Sukabumi. Surat ini ditulis dalam bahasa Sunda aksara Arab (Pegon) dan dimuat dalam majalah “Tjahja Islam” yang terbit di Garut, bilangan nomor 8, Bulan Februari 1931 (Puasa/ Ramadhan 1349 Hijri), tahun ke-II.
Berikut ini adalah teks soalan fatwa dan jawabannya yang termuat dalam rubrik “Neraca Ahlussunnah wal Jama’ah” majalah bulanan “al-Huda”, edisi bulan Zulkaedah 1349 Hijri (bertepatan dengan Maret 1931).
Berikut ini adalah halaman yang berisi catatan kepemilikan manuskrip kitab tentang sejarah hidup (biografi atau manaqib) Syaikh Ahmad al-Rifâ’î, salah satu wali sufi besar dunia Islam yang hidup di abad ke-XII M (w. 578 H/ 1182 M).
Di kalangan para santri banyak yang ingin dianugerahi ilmu laduni. Kenapa?
Sebuah masjid berbentuk kapal pesiar sedang viral. Seperti apa masjid itu?
Gus Mus adalah seorang kiyai, pemimpin pondok pesantren. Tetapi beliau kiyai unik. Ia bukan hanya menguasai kitab-kitab Islam klasik, atau yang populer disebut "kitab kuning", tetapi ia juga seorang seniman, penyair dan sastrawan. Ini yang eksklusif dari Gus Mus, yang tidak atau amat jarang dimiliki kiyai lain.