Ketahuilah, bahwa adu domba adalah perbuatan yang sangat dilarang dalam Islam karena dapat merusak persaudaraan, menimbulkan permusuhan, dan memecah belah umat. Sebab, pada dasarnya orang-orang Mukmin itu pada hakikatnya adalah saling bersaudara.
Hidup damai merupakan salah satu tujuan mulia dalam Islam. Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu menjaga kedamaian dan ketenteraman, baik di dalam keluarga, masyarakat, maupun antar bangsa.
Berprasangka baik kepada Allah juga merupakan sebab yang besar dalam meraih ketenangan hati, kedamaian pikiran, dan kelapangan dada.
Selain berpuasa, hari ‘Asyura juga merupakan momen yang sangat baik untuk memperbanyak amal kebaikan. Salah satu amal yang sangat dianjurkan adalah menyantuni anak yatim. Islam sangat menekankan pentingnya menyantuni dan memperhatikan anak yatim.
Setiap tahun baru adalah kesempatan untuk merenung dan mengevaluasi diri kita sendiri. Sejauh mana kita telah menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya? Seberapa banyak amal baik yang telah kita lakukan dan seberapa banyak dosa yang telah kita perbuat?
Jika dilihat dari dampak spiritual, maka bisa dipastikan bahwa perbuatan selingkuh atau zina itu pasti merusak iman seseorang. Ketika seseorang melakukan zina, ia sedang dalam keadaan jauh dari Allah SWT.
Keimanan itu harus menancap di dalam hati, lalu kemudian diamalkan melalui ucapan dan tindakan dengan melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Dan semuanya ini, tentu tidak bisa terlepas dari petunjuk dari Rasulullah SAW.
Di antara amalan yang dianjurkan dalam sepuluh hari pertama Dzulhijjah adalah berpuasa, terutama pada hari Tarwiyah dan Arafah, yakni tanggal 8 Dzulhijjah dan tanggal 9 Dzulhijjah. Puasa pada hari-hari ini memiliki keutamaan yang besar.
"Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan lebih disukai untuk beramal sholeh di dalamnya daripada sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah. Maka perbanyaklah pada hari-hari tersebut membaca tahlil, takbir, dan tahmid." (HR. Ahmad).
“(Di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, yaitu bagi orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Siapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Mahakaya (tidak memerlukan sesuatu pun) dari seluruh alam.”