Buku Fiqih kebencanaan yang membahas secara detail tentang kebencanaan dalam perspektif Al-Qur'an, Hadis dan penjelasan para ulama, yang berkaitan dengan cara pandang dalam menyikapi bencana sebagai ujian atau adzab, aspek ibadah dengan segala keterbatasan yang ada saat bencana terjadi, memperlakukan korban bencana, aspek muamalah dengan berbagai permasalahannya, dan lain sebagainya.
Kami menyambut baik buku ini, karena sangat dibutuhkan oleh para relawan, korban, pihak-pihak terkait dan khalayak umum agar mengetahui apa dan bagaimana yang semestinya mereka lakukan saat terjadi suatu bencana supaya sesuai dengan konsep-konsep yang telah ditetapkan oleh agama Islam dalam hal keyakinan, pemahaman, ibadah dan muamalah.
Kami mengharap agar semua kalangan bisa memiliki buku ini, demi menghindari terjebak pada hal-hal negatif dalam segala aspek yang ada.
~ KH. Anwar Manshur
(Rais Syuriyah PWNU Jawa Timur)
Penerbit dan Penyusun : PW LT & LBM NU Jawa Timur
Kertas : HVS/ Soft Cover
Tebal : 132 Hlm.
Ukuran : 21 x 15 cm
Harga : Rp. 30.000
Pesan via WA 0819-3704-6356
Atau klik : http://bit.ly/Salafsoleh
Dalam berbagai macam persoalan yang diangkat dalam buku ini, penulis selalu merujuknya kepada sumber primer dalam agama Islam, yakni Al-Qur'an, Al-Hadits dan disertakan pula pendapat para ulama yang memang ahli dalam bidangnya. Hal ini menunjukkan bahwa tradisi keagamaan yang berkembang di tengah-tengah kehidupan masyarakat muslim Indonesia tidak menyimpang dari tuntunan agama dan merupakan warisan ulama salafuna sholeh sebagai hasil ijtihad yang bisa dipertanggungjawabkan.
Buku ini mendapatkan sambutan hangat dari beberapa tokoh kharismatik diantarnya Habib Hasan Baharun Bondowoso, KH. Bashori Alwi Singosari, KH. Abdullah Faqih Tuban.
Penyusun : KH. Muhyiddin Abdusshomad
Penerbit : Pustaka Bayan, PP. Nurul Islam dan Khalista
Tebal : xxx + 393 Hlm.
Kertas : CD/Soft Cover
Berat : 350 Gram
Harga : Rp. 60.000
Pesan via WA : 0819-3704-6356
Atau klik : http://bit.ly/Salafsoleh
Pada zaman Syaikh Basaudan, di Hadramaut banyak sekali orang yang memiliki nama Abdullah. Dari sekian banyak Abdullah yang ada, terdapat tujuh Abdullah (Al-'Abadilah As-Sab’ah) yang memiliki kedudukan tinggi, diantaranya adalah Syaikh Abdullah bin Ahmad Basaudan.
Hadrah Basaudan adalah kumpulan dzikir, qasidah yang berisi doa, permohonan, tawasul kepada nabi-nabi, malaikat, wali-wali, ahlul bait, orang-orang soleh dan tokoh-tokoh agama Islam di zamannya. Hadrah ini memiliki kesan tersendiri karena seluruh orang yang hadir di majlis ikut serta membacanya dari awal hingga akhir hadrah.
Hadrah ini mujarrab untuk mengkabulkan hajat, menjauhkan diri dari bala’ dan musibah berkat doa dan tawassul di dalamnya. Semoga kitab Hadrah Basaudan ini bermanfaat untuk seluruh umat Islam di mana saja mereka berada. Aamiin
Penulis : Syaikh ‘Abdullah bin Ahmad bin ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdur Rahman BaSaudan rahimahumullah jami`an
Penerbit : Pustaka Al-Batul
Kertas : HVS/ Soft Cover
Ukuran : 14,5 x 10,5 Cm (saku)
Tebal : 54 Hlm.
Stok banyak, bisa untuk pengajian, madrasah, pondok pesantren, ma'had, jam'iyah, majlis, hadiah dan lain-lain.
Harga : Rp. 8.000
Pesan via WA: 0819-3704-6356
Atau klik : http://bit.ly/Salafsoleh
HADYUL MUHIBBIN ILA SIYAROTI SAYYIDIL MURSALIN kitab fan Sejarah.
Karya yang menjabarkan sejarah perjalanan Rasulullah SAW, mulai dari kelahiran beliau sampai beliau wafat.
Kitab disusun oleh Ulama kontemporer Bernama Dr. Fuad Abdullah Umar.
Kitab ini memuat sekitar 200- an halaman, yang terdiri dari 7 tema besar. Penulis mencoba mengungkap sejarah perjalanan kehidupan Rasulullah SAW yang bersumber dari berbagai kitab sejarah dan tentunya kitab-kitab hadist.
Di awali dengan pembahasan tentang hakikat cinta pada Nabi dan bagaimana konsep mencintai Allah SWT dan Nabi.
Pembahasan kedua menjelaskan tentang kelahiran Nabi masih kecil dan masa kehidupan Nabi sebelum mendapat wahyu ke Nabian.
Pembahasan ketiga menjelaskan tentang titah Ke Nabian dan perintah untuk berdakwah serta proses perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW.
Pada bagian keempat membahas tentang proses Hijrah dan pendirian sebuah Negara/kerajaan/peradaban Islam.
Bagian kelima membahas tentang Jihad, yakni menjabarkan berbagai peperangan yang pernah di perjuangkan oleh Nabi SAW juga berbagai hukum syariat yang berkaitan dengan Jihad.
Bagian Ke enam membahas tentang kemenangan dan penyempurnaan Agama.
Dan yang terakhir membahas tentang Wada.
Baik, itu tadi sekilas resensi dari kitab Hadyul Muhibbin, yang bisa kami bagikan. Semoga apa yang sudah dibagikan dan sampaikan bisa bermanfaat.
IDENTITAS KITAB:
Judul Kitab : Hadyul Muhibbin Ila Siyaroti Sayydil Mursalin (PDF)
Tebal : 212 halaman (PDF)
Sumber : Kitab Islam Lengkap
Lihat KitabAlhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan nikmatnya sehingga kami mampu menuliskan deskripsi singkat dari kitab ini, Sholawat salam semoga tetap tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW.
Kitab karya dari Syaikh Abdur Rahman bin Muhammad bin Qosimal Hanbali an Najday.
Salah satu kitab tafsir tematik yang disusun berdasarkan beberapa hal penting sebelum mempelajari ilmu tafsir, sehingga musonnif menamainya dengan Muqoddimah Tafsir yang artinya pendahuluan dari tafsir. Secara umum kitab membahas beberapa istilah penting yang perlu diketahui dalam memahami tafsir seperti penjelasan mengenai tujuan penafsiran dan cara mengetahui tafsir secara makna. Dalam muqoddimah (pendahuluan) kitab, musonnif mengatakan kitab seperti sebuah perantara yang bisa menjembatani para pembaca dalam mencapai sesuatu yang dituju. Kitab ini terdiri dari empat puluh enam pembahasan dengan jumlah 169 halaman, kitab ditulis sistematis dengan bahasa yang singkat dan jelas, sangat cocok bagi pelajar dan para santri sebelum mempelajari kitab tafsir.
Terimakasih telah membaca Kitab HASYIYAH MUQODDIMAH TAFSIR, di web https://www.laduni.id/kitab, semoga kitab ini bisa memberikan manfaat untuk kita semua.
Aamiin ya rabbal 'aalamiin
IDENTITAS KITAB:
Karya : Syaikh Abdur Rahman bin Muhammad bin Qosimal Hanbali an Najday
Judul Kitab : HASYIYAH MUQODDIMAH TAFSIR (PDF)
Tebal : 169 halaman (PDF)
Sumber: Kitab Islam Lengkap
Lihat Kitab
Peringatan dan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW adalah sebuah hal yang selalu dijadikan perdebatan panjang di kalangan umat Islam yang seolah tidak pernah ada titik temunya.
Padahal kegiatan ini telah menjadi 'kebutuhan' bagi umat Islam Ahlussunnah Wal Jama'ah di dunia, terutama di negara kita Indonesia. Namun dalam perjalanannya selalu ada 'kerikil-kerikil tajam' yang selalu mengusik kegiatan serta peringatan ini dan hal ini telah menimbulkan sakit hati dikalangan umat Islam mayoritas.
Bukan hanya cap bid'ah yang selalu disematkan kepada para pecinta Maulid Nabi Muhammad SAW. Bahkan stempel syirik, sesat dan kafir, tak luput dari gelar yang diberikan para 'pembenci maulid'. Padahal agenda terbesar umat Islam adalah Ukhuwah Islamiyyah, namun gara-gara perbedaan ini, akhirnya misi terbesar Rasulullah SAW terabaikan, bahkan dilupakan begitu saja.
Oleh karenanya masalah ini perlu diberikan penjelasan yang memadai dan akurat, sehingga masalah ini tidak menjadi sebuah perseteruan yang akan merugikan imat Islam itu sendiri.
Dalam buku ini al-'Allamah Prof. Dr. as-Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani mengupas secara tuntas dan gamblang tentang kedudukan Seputar Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, yang disertai dalil-dalil dari Al-Qur'an, Al-Hadist, serta pendapat para ulama yang memiliki kridibilitas dalam keilmuan.
Dengan membacanya, kami berharap, Anda semua mendapatkan pencerahan dan jawaban yang memuaskan.
Penulis : Prof. Dr. Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki al-Hasani
Judul Asli : Haulal Ihtifal bi Dzikra al Maulid an Nabawi Asy Syarif
Penerjemah : Ust. Masyhuda al Mawwaz
Tebal : viii + 164 Hlm.
Ukuran : 14 x 21 cm
Harga : Rp 35.000
Pesan via WA: 0819-3704-6356
Atau klik : http://bit.ly/Salafsoleh
HIKAM IBNU ATHAILLAH ( MATAN ) tentang fan Tasawuf.
Kitab ini merupakan sebuah karya yang disusun oleh ulama yang sangat masyhur dengan derajat ke Waliannya.
Seorang ulama Sufi ahli wira’i dan ahli hukum bernama Syaikh Ahmad bin Athoillah As- Sakandariy.
Kitab cukup mungil hanya memuat sekitar 25 halaman, namun isi kandungan kitab ini sangat tinggi dan penuh dengan makna ajaran tasawuf.
Penulis langsung memberikan gambaran singkat menggunakan bahasa yang sangat padat dan jelas dalam mengungkapkan pesan makna ajaran tasawuf.
Lebih-lebih ungkapan ke-tauhid-an, ke-zuhud-an serta ke-wirai-an penulis yang sangat serat penuh makna. Ungkapan-ungkapannya sangat menarik dan sering dikutip oleh ulama-ulama sufi yang lain.
Syaikh Ibnu Athailah As-Sakandari melalui kitab tasawuf Al-Hikam, memberi peringatan agar seorang mukmin senantiasa memelihara kemampuannya berdzikir.
اِذاَ رَأيْتَ عَبْداً أقاَمهُ اللهُ تعالى بِوُجُودِ الاَورَدِ وَاَدَمَهُ عليهاَ مَعَ طُولَ الامساَدَ فَلاَ تـَسْتحْقِرَنَّ ماَمنَحَهُ مَولاهُ لاَنَّكَ لم تَرَعليهِ سِيماَ العاَرِفِينَ ولاَ بَهْجَةَ المُحِبِّينَ فَلولاَ واَرِدٌ ماكاَنَ وِرْدٌ
"Jika engkau melihat seseorang yang ditetapkan oleh Allah dalam menjaga wiridnya, dan sampai lama tidak juga menerima karunia [keistimewaan] dari Allah (warid), maka jangan engkau rendahkan [remehkan] pemberian Tuhan kepadanya, karena belum terlihat padanya tanda orang arif, atau keindahan orang cinta pada Allah, sebab sekiranya tidak ada warid [karunia Allah], maka tidak mungkin ada wirid."
Penjelasan (Syarah)
Wirid dan warid yang telah diterangkan pada Hikmah 64 disinggung lagi dalam Hikmah 77 ini.
Wirid ialah macam-macamnya ibadah yang dikerjakan oleh hamba, seperti sholat, puasa, dzikir, baca Al-Quran, baca shalawat dan lainnya.
Jadi apabila Anda merendahkan pemberian Allah pada sebagian hamba yang berupa wirid itu berarti Anda kurang tatakrama pada hamba tersebut.
Hamba Allah yang mendapat keistimewaan dari Allah ada dua macam:
1. Muqarrabin.
2. Abror.
Adapun hamba yang muqarrabin yaitu mereka yang telah dibebaskan dari kepentingan nafsunya, dan ia hanya sibuk menunaikan ibadah dan taat kepada Allah, karena merasa sebagai hamba yang mengharapkan keridhoan Allah semata-mata, dan mereka ini juga yang disebut Arifin, Muhibbin.
Adapun orang Abrar yaitu mereka yang masih merasa banyak kepentingan dunia / nafsu keinginannya, dan mereka juga mengerjakan ibadah kepada Allah, mereka masih menginginkan masuk ke Surga dan selamat dari neraka. Dan mereka yang dinamakan orang Zahid dan Abid.
Dan masing-masing mendapat karunia sendiri-sendiri di dalam tingkat derajatnya yang langsung dari Allah Ta'ala.
Sebenarnya seseorang yang mendapat taufik dan hidayah dari Allah, sehingga dia istiqamah dalam menjalankan suatu wirid [taat ibadah], berarti telah mendapat karunia dan rahmat yang besar sekali, sebab ia telah diberi kunci oleh Allah untuk membuka dan menghasilkan karunia yang lain dan kebesaran Allah.
KESIMPULAN:
1. Muqarrabin adalah orang yang sangat dekat dan intim kepada Allah.
2. Arifin adalah orang yang sangat mengenal Allah.
3. Muhibbin adalah orang yang sangat mencintai Allah melebihi cinta pada dirinya sendiri.
4. Abrar adalah orang yang senang dan senantiasa berbuat kebaikan-kebaikan karena Allah.
5. Zahid adalah orang yang sangat berhati-hati pada keserakahan nafsu, syahwat dan rakus pada harta, jabatan dan kesenangan duniawi.
6. Abid adalah orang yang sangat rajin beribadah kepada Allah.
*) Berdasar kitab, Al-Imam Asy-Syaikh Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Atha'illah As-Sakandari, Kitab Al-Hikam, Pasal 77.
Baik, itu tadi sekilas resensi dari kitab Matnul Hikam, yang bisa kami bagikan. Semoga apa yang sudah dibagikan dan sampaikan bisa bermanfaat.
IDENTITAS KITAB:
Judul Kitab : Hikam Ibnu Athaillah (PDF)
Tebal : 25 halaman (PDF)
Sumber : Kitab Islam Lengkap
Lihat Kitab
HIKMATUT TASYRI' WA FALSAFATUHU kitab fan Filsafat.
Sebuah karya besar membahas tentang filsafat agama islam, khususnya membedah tentang bagaimana sebuah syariat agama islam itu diperintahkan.
Kitab ini disusun oleh Ulama Mesir salah satu guru besar Universitas Al Azhar yang bernama Syaikh Ali Ahmad Al Jurjawi.
Kitab ini terdiri dari 2 jus, jus 1 memuat sekitar 200 -an halaman dan jus 2 memuat sekitar 300- an halaman total sekitar 500 halaman. Penulis mencoba mengajak pembaca memahami segala ajaran agama Islam melalui nalar kritis dengan berdasarkan dalil-dalil agama Islam dan juga hukum alam (Sains). Pada jus 1 penulis menjabarkan tentang tujuan serta hikmah adanya ajaran-ajaran Islam yang berkaitan dengan keyaqinan dan penghambaan yakni penjelasan-penjelasan tentang ketauhidan, kenabian, ubudiyah, dll. Kemudian pada jus 2 penulis menjabarkan tujuan serta hikmah adanya perintah atau ajaran yang berhubungan dengan hukum keluarga (pernikahan, nafkah, warisan dll), hukum mu’amalah (transaksional) serta hukum pidana (had, ta’zir, qishos dll). Di samping itu penulis juga menjelaskan berbagai pendapat tokoh dunia tentang suatu tema bahasan tentang hikmah pensyariatan suatu ajaran.
Di antaranya, yang termaktub dalam kitab Hikmatut Tasyri’ wa Falsafatuhu yang ditulis oleh al-Allamah al-Faqih Syaikh Ali bin Ahmad al-Jurjawi al-Atsari al-Hambali (W. 1380 H/1961 M) sebagai berikut:
1. Bersyukur kepada Allah Ta’ala
Ibadah puasa merupakan bentuk syukur kepada Allah. Sebab ibadah secara mutlaq ialah bersyukurnya hamba kepada tuhannya atas kenikmatan yang tidak terhitung.
2. Menjaga Amanah, Tidak Menyianyiakan dan Melalaikannya
Perintah menahan makan, minum, dan apapun yang serupa dengan keduanya, berlaku di siang hari merupakan amanah dari Allah Ta’ala yang menjadi tanggung jawab kita. Amanah yang menuntut kepayahan dan kesulitan yang memang menentang hasrat manusiawi dan melemahkan anggota tubuh. Oleh karenanya, ketika seorang manusia tidak beranjak dari kesendirian dalam kondisi lapar dan haus maka akan berupaya mengisi energi tubuhnya. Keadaan ini membuka kesempatan agar makan dan minum tanpa pengawasan hingga berdampak menghianati amanah dan berhak menerima adzab. Jadi, seharusnya dengan memaksakan diri menahan keperihan, harus berusaha tetap menjaga amanah tersebut, dari pada menerima siksa pedih di akhirat kelak.
3. Menjernihkan Hati dan Membersihkan Jiwa dari Sifat Hewani
Hewan tidak memiliki tujuan kecuali makan, minum dan sesuatu untuk keberlangsungan hidup seperti panganan, air, bersetubuh, dan lainnya. Lalu ketika manusia menahan diri dari hal tersebut maka akan jernih hatinya dan bersih jiwanya dari sifat hewani, lantas naik ketingkatan derajat para malaikat. Sebab hikmah ini pula, manusia akan mengerjakan ibadah lainnya dengan ikhlasnya hati dan jiwa dari noda keraguan.
Bahkan para ahli hikmah, filsuf, orang zuhud, ahli ibadah ketika terkungkung kemalasan dan kejenuhan saat hendak menulis ilmu atau beribadah, mereka menjaga perutnya memperbanyak makanan. Sehingga mereka mampu melakukan apa yang dikehendaki.
4.Terhindar dari Penyakit Berbahaya
Para medis menjabarkan bahwasannya seseorang tidak boleh rakus makan apapun serta melebih-lebihkan makan, sebab dari perut akan menimbulkan penyakit berbahaya. Sebagaimana tertera dalam nash hadist:
المعدة بيت الداء والحمية رأس الدواد
“Perut adalah rumahnya penyakit dan diet merupakan rajanya obat.”
Mereka mengungkapkan: “Barang siapa yang banyak makan, akan banyak minum. Barang siapa yang seperti itu, akan banyak tidur. Barang siapa yang banyak tidur, akan menyianyiakan usia.”
Kita telah melihat para dokter saat mengobati pasien, ialah mengkosongkan bagian dalam perutnya kemudian yang dimasukkan ke dalam perutnya makanan halus seperti susu. Oleh karenanya, puasa dari segi menahan makan dan minum menyehatkan tubuh.
5. Melemahkan Syahwat
Manusia dan hewan memiliki syahwat berhubungan intim yang sulit dicegah —salah satu solusi ialah dengan menikah. Namun ketika seseorang fakir dan belum mampu untuk menikah, khawatir terjerumus perzinahan maka baginya berpuasa hingga lemah syahwatnya. Kanjeng Nabi Muhammad SAW bersabda:
يا معشر الشباب من استطاع منكم الباءة فليتزوج ومن لم يستطع فعليه بالصوم فانه له وجاء
Artinya, “Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian mampu menikah (secara finansial) maka menikahlah, dan yang tidak mampu maka berpuasalah sebab puasa adalah benteng (penawar syahwat).”
6. Bersimpati Kepada Orang Fakir dan Miskin
Manusia ketika berpuasa merasakan kepedihan lapar, maka akan terpancar rasa simpati kepada orang fakir dan miskin yang sulit menemukan sesuap makanan untuk menyambung hidupnya.
Demikianlah hikmah disyariatkannya ibadah puasa yang terangkum dalam kitab Hikmatut Tasyri’ wa Falsafatuhu.
Begitu besar hikmah dari ibadah puasa yang telah Allah Ta’ala perintahkan.
IDENTITAS KITAB:
Judul Kitab : Hikmatut Tasyri' Wa Falsafatuhu (PDF)
Tebal : 515 halaman (PDF)
Sumber : Kitab Islam Lengkap
Lihat Kitab
HUJJAH AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH salah satu kitab karya KH. Ali Maksum Krapyak Yogyakarta, mantan Ketua Rais ‘Am PBNU tahun 1980-1984.
Di sisi lain, kitab ini juga cukup masyhur di kalangan Nahdliyin dan beberapa pesantren.
Kyai kharismatik yang dikenal banyak kalangan karena kejeniusannya serta mampu mengkader banyak tokoh-tokoh nasional.
Beliau merupakan putra dari KH. Maksum yang lebih dikenal sebagai pendiri dan pengasuh pesantren Al Hidayat Lasem, Rembang.
Awalnya, kitab Hujjah Ahlus Sunnah wal Jamaah merupakan karangan asli yang ditulis oleh KH. Ali Maksum. Namun, terdapat keterangan di halaman awal bahwa kitab Hujjah Ahlus Sunnah wal Jamaah yang sekarang beredar merupakan hasil suntingan dari Kiai Subki Pekalongan, disertai sedikit tambahan yang sama sekali tidak mengubah tujuan dan maksud awal ditulisnya kitab tersebut. Selain menyunting, Kiai Subki juga diberi izin oleh Kyai Ali Maksum untuk mencetak dan menyebar luaskan.
Sebagaimana yang tertulis di pendahuluan, kitab tersebut memiliki latar belakang tentang masifnya tuduhan bid’ah atau sesat. Kitab ini hadir untuk merespons dan menangkis tudingan bid’ah sembari menyusun kembali pendapat-pendapat para ulama mengenai permasalahan agama yang sudah disepakati golongan Ahlus Sunnah wal Jamaah. Di sisi lain, kitab tersebut juga berusaha meyakinkan dan mempertegas argumen amaliyah Ahlus Sunnah wal Jamaah yang banyak diragukan masyarakat.
Adapun metode yang digunakan dalam kitab Ahlus Sunnah wal Jamaah ialah:
Pertama, menentukan tema-tema pembahasan.
Kedua, menginventarisasi pendapat empat imam mazhab atau ulama’-ulama’ lain yang berkaitan dengan tema pembahasan.
Ketiga, diperkuat dengan hadis-hadis Nabi.
Keempat, terkadang memberikan sedikit faedah.
Kelima, memberikan ziyadah (tambahan) terkait keterangan-keterangan yang masih kurang.
Hampir seluruh pembahasan kitab Hujjah Ahlus Sunnah wal Jamaah selalu diperkaya dengan pendapat dari empat imam mazhab: Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hanbali.
Selain itu, kitab tersebut juga dilengkapi dengan beberapa pendapat ulama’ abad pertengahan, hingga modern kontemporer seperti Ibn Qayyim Al-Jauziyah, Ibn Taimiyah, Habib Abdullah bin ‘Alawiy Al-Haddadi dan ulama’-ulama’ lain.
Adapun klasifikasi hadist-hadist yang bersumber dari kutubu al-tis’ah, seperti hadist dari Shahih Bukhari memuat 13 hadist, Shahih Muslim 15 hadist, Sunan At-Turmudzi 12 hadist, Sunan Abu Daud 6 hadist, Sunan Ibnu Majah 8 hadis, Musnad Ahmad 7 hadist, Muawattha’ Imam Malik 2 hadist, Sunan An-Nasa’i 4 hadist dan tidak ditemukan hadist yang bersumber dari kitab Sunan Ad-Darimi. Sementara itu, terdapat juga hadist-hadist yang tidak masuk kategori kutub al-Tis’ah seperti hadist dari Al-Hakim, Al-Baihaqi, At-Thabrani dan masih banyak lagi.
KH. Ali Maksum selalu memberikan nasihat agar umat Islam tidak melakukan hal-hal seperti fitnah, pertengkaran, perdebatan dan sikap antipati kepada pelaku dan penentangnya, karena semua memiliki dasar dan argumen. Oleh karena itu, kitab ini dinamai dengan Hujjah Ahlus Sunnah wal Jamaah, yang di dalamnya memuat dalil-dalil kuat dari golongan Ahlus Sunnah wal Jamaah.
IDENTITAS KITAB:
Judul Kitab : Hujjah Ahlussunnah Wal Jama'ah (PDF)
Tebal : 60 halaman (PDF)
Sumber: Kitab Islam Lengkap
Lihat Kitab
HUSHUNUL HAMIDIYYAH kitab yang menjelaskan tentang Aqidah, tepatnya membahas tentang Tauhid.
Kitab ini disusun oleh seorang Ulama Mesir ahli ilmu kalam yang bernama As Sayyid As Syaikh Husain Afandi al Jisr at Torobalisi.
Secara garis besar kitab ini memuat 3 bagian besar pembahasan, yakni muqoddimah (pembukaan), isi dan penutup.
Dalam muqodimah-nya penulis menjelaskan tentang dasar aqidah agama Islam yang dijelaskan dalam 4 pembahasan.
Yakni meliputi pembahasan tentang ilmu tauhid, hakikat iman dan islam, penjelasan tentang sesuatu yang bisa menafikan keimanan, dan pembahasan tentang sifat wajib jaiz dan muhal.
Dalam kitab ini, aqidah yang harus dipegang oleh seorang muslim meliputi hal-hal sebagai berikut :
Pertama: Definisi Ilmu Tauhid, keutamaan, dan kewajiban mempelajarinya. Ilmu tauhid adalah ilmu yang membahas tentang ketetapan kepercayaan/ aqidah agama dengan dalil yang yakin. Buahnya ialah mengenal sifat-sifat Allah ta’ala dan para utusanNya dengan bukti-bukti yang pasti, dan memperoleh kebahagian yang abadi.
Kedua: Hakikat Iman dan Islam. Iman adalah membenarkan bahwa Nabi Muhammad itu adalah utusan Allah dan membenarkan apa saja yang dibawa oleh yang diketahui datangnya dari nabi secara dharuri. Yaitu percaya akan kebenaran Muhammad saw dengan kepercayaan yang kokoh terhadap apa saja yang di bawa oleh Muhammad dari Allah ta’ala dan diketahui datangnya dari Nabi dengan yakin dan kepercayaan tersebut disertai ketetapan hati. Misalnya iman kepada Allah ta’ala, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya, hari akhir, qadla dan qadar, difardlukannya sholat, dan seluruh ibadah-ibadah lainnya membunuh dengan aniaya terhadap jiwa yang terjaga, haramnya zina dan sebagainya.
Islam adalah tunduk dan patuh zhahir-batin terhadap apa saja yang satu dan lainnya tidak dapat terlepas. Maka setiap mu’min adalah muslim dan setiap muslim adalah mu’min. Karena setiap orang yang membenarkan kebenaran Rasul, wajiblah ia tunduk terhadap hal-hal yang di bawa oleh beliau; dan setiap orang yang tunduk itupun wajib untuk membenarkan beliau.
Ketiga: Hal-hal yang menghapus dan membatalkan Keimanan. Islam melalui Al Qur’an yang mulia, melarang dan mengingatkan hal-hal yang dapat membatalkan keimanan: orang yang melakukannya dihukumi kafir, walaupun dalam hatinya membenarkan dan patuh terhadap apa-apa yang dibawa oleh Rasul saw, hal-hal itu misalnya mengucapkan kata-kata kafir dan sebagainya.
Keempat: Tiga hukum akli yaitu: Wajib, Mustahil dan Jaiz. Pengertian wajib menurut akal ialah: sesuatu yang tidak dapat diterima ketidak adaannya. Misalnya: Satu adalah separoh dari dua, dan adanya Pencipta alam. Perihal satu adalah separoh dari dua dan adanya Pencipta alam, adalah wajib akli. Keduanya tidak dapat diterima akan ketidak adaanya. Tetapi yang pertama itu wajib akli badhi’ (jelas sekali) tidak membutuhkan kepada pembuktian. Yang kedua wajib akli nazhari (pemikiran) yang membutuhkan kepada pembuktian.
Selain keempat hal tersebut, dalam kitab Husunul Hamidiyah juga dijelaskan tentang rukun iman, tetapi penjabaran rukun iman tersebut berbeda dengan urutan atau susunan rukun iman pada umumnya.
Rukun iman yang dipahami oleh mayoritas umat Islam adalah :
Sedangkan rukun iman yang dijabarkan dalam kitab Husunul hamidiyah adalah : (1) iman iman Kepada Allah swt, (2) iman kepada Nabi dan rasul, (3) iman kepada Malaikat, (4) iman kepada Kitab-kitab Allah, (5) iman kepada hari Kiamat, dan (6) iman kepada Qadla dan Qadar.
Perbedaan urutan rukun iman tersebut terdapat pada penempatan iman kepada Malaikat setelah iman kepada kitab dan Rasul. Berbeda dengan urutan rukun iman yang secara umum, menempatkan iman kepada Malaikat setelah iman kepada Allah swt. Adapun lebih jelasnya urutan dan pengertian rukun iman dalam kitab tauhid Husunul Hamidiyah adalah sebagai berikut :
1. Iman kepada Allah Swt
Iman kepada Allah ta’ala ialah agar hamba itu mengetahui dan mempercayai dengan kepercayaan yang kokoh sifat-sifat Wajib, mustahil dan sifat-sifat jaiz-Nya. Seorang hamba seharusnya percaya secara global (ijmal) dengan kepercayaan yang kokoh bahwa wajib bagi Allah ta’ala seluruh sifat-sifat kesempurnaan yang sesuai dengan sifat ketuhanan dan mustahil atas-Nya segala sifat kekurangan. Jaiz bagi Allah ta’ala membuat setiap yang mungkin atau meninggalkan.
2. Iman Kepada Para Rasul
Rasul (utusan Allah) adalah seorang laki-laki dan merdeka yang diberi wahyu oleh Allah dengan syari’at, dia disuruh untuk menyampaikan wahyu itu kepada mahluk, jika tidak diperintah untuk menyampaikannya maka disebut nabi saja. Iman kepada para Rasul adalah kita percaya bahwa Allah ta’ala mengutus mereka dengan membawa khabar gembira dan peringatan. Mereka dikuatkan dengan mu’jizat yang luar biasa. Dan agar kita mempercayai sesuatu yang wajib, mustahil dan jaiz atas mereka.
3. Iman Kepada Malaikat
Menurut syara’, wajib bagi setiap muslim beriman kepada malaikat, yaitu percaya dengan kepercayaan yang kokoh akan adanya mereka, dan mereka itu adalah hamba Allah yang mu’min kepada-Nya serta mereka itu dimuliakan.
Mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan sedang mereka melaksanakan perintahNya mereka takut kepada Tuhan dan mereka mengerjakan apa yan diperintahkan. Hakikat mereka adalah jisim-jisim halus, yang diberi kemampuan oleh Allah untuk dapat berubah dalam bentuk yang berbeda-beda, tempat tingggal mereka di langit.
4. Iman Kepada Kitab-kitab Allah Swt
Setiap orang Islam wajib beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan dari Allah ta’ala kepada para Rasul a.s. Sesungguhnya Allah itu menurunkan kitab-kitab pada para utusan-Nya, dan di dalamnya Allah menjelaskan perintah dan larangan-Nya, janji dan ancaman-Nya. Kitab-kitab yang diturunkan dari Allah yang paling utama adalah Al-Qur’an, kemudian Taurat, Injil, Zabur dan seluruh Kalamullah.
5. Iman Kepada Qadla dan Qadar
Termasuk hal yang wajib menurut syara’ bagi setiap mukallaf ialah iman kepada qhada’ dan qadhar , sebagaimana kita diperintahkan untuk iman kepada keduanya maka kita telah dilarang untuk mendalami pembahasan keduanya itu.
Qadar adalah ketentuan Allah ta’ala sejak azali terhadap semua makhluk yang mana Allah mewujudkannya dalam batas-batas itu, yaitu baik, buruk, manfaat serta lain sebagainya. Maksudnya yaitu Allah mengetahui dengan azali akan sifat-sifat makhluk. Hal ini kembali kepada sifat ilmu. Qadha’ ialah Allah mewujudkan segala sesuatu sesuai dengan ilmu dan ketentuan-Nya kepada sesuatu itu di zaman azali. Maka jelaslah bahwa qadha’ dan qadar itu kembali kepada hubungan (ta’alluq) sifat ilmu Tuhan yang azali kepada sesuatu dan berbuhungan (ta’alluq) dengan sifat kekuasaan Tuhan kepadanya.
6. Iman kepada hari Akhir (Kiamat)
Setiap orang Islam wajib beriman kepada hari akhir (hari kemudian) yaitu hari Kiamat.
Mulainya sejak waktu dikumpulkan dan berakhir dengan masuknya penghuni surga ke surga dan penghuni neraka ke neraka.
Yang wajib adalah iman kepada-Nya dan kandungan-Nya sebagaimana wajib iman kepada tanda-tanda yang mendahuluinya yang telah tetap dengan nash-nash syara’, pencabutan nyawa (ruh), perihal kubur dan lain-lain sebagainya.
IDENTITAS KITAB:
Judul Kitab : Hushunul Hamidiyyah (PDF)
Tebal : 215 halaman (PDF)
Sumber : Kitab Islam Lengkap
Lihat Kitab