Indeks Kitab

Kitab - Tafsir Jalalain (Jelas)

TAFSIR JALALAIN  salah satu kitab populer dalam bidang tafsir yang banyak menjadi rujukan umat muslim.  Kitab ini ditulis  dua ulama besar yaitu imam Jalaludin al Mahalli dan Imam Jalaludin As Suyuti maka dari itu dinamakan tafsir jalalain karena ditulis oleh dua jalal. Imam Jalaludin al Mahalli  Nama lengkap Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim bin Ahmad Al-Imam al-Allamah Ahmad Jaluluddin al-Mahalli. Lahir pada tahun 791H/ 1389 M Kairo, Mesir (wafat pada tahun 864 H di Mesir).
Jalaludin As Suyuti nama lengkap Abdurrahman bin Abu Bakar bin Muhammad bin Sabiq al-Din Abu Bakar bin Usman ibnu Muhammad bin Khidhir bin Ayyub bin Muhammad bin Syaikh Hamam al-Din al-Khudairi as-Suyuti al Syafi’i, lahir di Kairo, sesudah maghrib, malam ahad, awal Rajab 849 H,
( wafat pada malam Jumat 19 Jumadal Ula di rumahnya di Mesir dalam usia 61 tahun pada tahun 911 H ).

Imam Jalaludin al Mahalli mengawali penulisan tafsir dimulai dari surat Al Kahfi sampai surat  An Naas kemudian melanjutkannya kembali dari Al Fatihah namun beliau wafat sebelum sempat melanjutkannya, sehingga akhirnya Imam Jalaludin as Suyuti meneruskannya sampai selesai.

Surah Al-Fatihah dalam Tafsir Al-Jalalain disebutkan adalah surah Makkiyyah (turun sebelum hijrah) terdiri dari tujuh ayat. Dalam Tafsir Al-Jalalain (hlm. 10), Jalaluddin Al-Mahalli menyebutkan, “Jika basmalah itu bagian dari Al-Fatihah, maka terdiri dari tujuh ayat, ayat ketujuh adalah “shirotholladziina” sampai akhir surah. Sedangkan jika basmalah bukan merupakan bagian dari surah Al-Fatihah, ayat ketujuh adalah “ghoiril magh-dhuubi ‘alaihim” sampai akhir surah. Dari ayat “iyyaka na’budu” itu dimaksudkan untuk hamba sebagaimana disebutkan dalam hadits.”

Al Qur’an merupakan mukjizat terbesar yang Allah turunkan kepada Rosulullah melalui malaikat Jibril. Tepat pada usia nabi Muhammad yang ke 40 tahun, Al Qur’an diturunkan kepada beliau sebagi bukti kebesaran Allah. Diantara keagungan Al Qur’an adalah keindahan susunannya yang hingga saat ini tak satupun dapat menandinginya dan untuk memahami maknanya secara utuh juga memerlukan beberapa ilmu lain seperti ilmu lughot, ulumul qur’an, tafsir dan beberapa ilmu lainnya.
Al-Qur’an laksana intan permata, setiup ujung penjurunya.

Baik, itu tadi sekilas resensi dari kitab TAFSIR JALALAIN, yang bisa kami bagikan. Semoga apa yang sudah dibagikan dan sampaikan bisa bermanfaat.

 

 IDENTITAS KITAB:
Judul Kitab:  TAFSIR JALALAIN   (PDF)

Tebal          : 835 halaman (PDF)

 

Sumber: Kitab Islam Lengkap

Lihat Kitab

Kitab - Tafsirul Qur'an wa Lughotus Sufiyyah

TAFSIRUL QUR'AN WA LUGHOTUS SUFIYYAH Salah satu karya dalam bidang tasawwuf yang dinilai paling berhasil dalam menjelaskan tahapan tahapan seorang hamba untuk mencapai drajat yang lebih tinggi. Kitab ini ditulis oleh Hujjatul Islam Syaikhuna Abdul Qodir al Jailani (470-561 H).

Sesuai dengan namanya, kitab ini mampu menyingkap rahasia dari rahasia yang tidak banyak ditemukan di kitab tasawwuf lainnya. Imam Ghazali berhasil memadukan antara syari’at dan tasawwuf dengan menetapkan syari’at sebagai pijakan awal seorang hamba untuk meraih keselamatan dunia maupun akhirat .
kitab ini  merupakan salah satu bukti kealiman Syaikh Abdul Qodir yang tidak lapuk dimakan zaman meskipun sudah berusia  sekitar 1000 tahun lamanya dan hingga saat ini masih menjadi rujukan banyak orang dalam bidang tasawwuf.

Baik, itu tadi sekilas resensi dari kitab TAFSIRUL QUR'AN WA LUGHOTUS SUFIYYAH, yang bisa kami bagikan.  Semoga apa yang sudah dibagikan dan sampaikan bisa bermanfaat.

 

 IDENTITAS KITAB:
Judul Kitab   :  TAFSIRUL QUR'AN WA LUGHOTUS SUFIYYAH  (PDF)
Tebal             :   392 halaman (PDF)

 

Sumber: Kitab Islam Lengkap

 

Lihat Kitab

Kitab - Tahafut At - Tahafut

TAHAFUT AT – TAHAFUT (bahasa Indonesia: Kerancuan dari Kerancuan) adalah sebuah risalah filsafat Islam penting yang ditulis oleh filsuf polimatik muslim Ibnu Rusyd di abad pertengahan dimana di dalamnya sang penulis mempertahankan penggunaan pemikiran aristotelianis dalam pemikiran Islam. Nama lengkap Abul Walid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Rusyd (Ibnu Rusyd) sangat terkenal di dunia Islam. Ia tidak saja dikenal sebagai ahli fikih (kitabnya Bidayatul Mujtahid dan Al-Muqaddimah), Ibnu Rusyd (1126-1198) juga dikenal sebagai seorang filsuf Islam.

Salah satu karyanya yang sangat terkenal dan fenomenal dalam bidang filsafat adalah Tahafut at-Tahafut (Keruntuhan Kitab Tahafut). Kitab ini ditulisnya sebagai bantahan dan kritik atas kitab Al-Ghazali (1059-1111) yang berjudul Tahafut al-Falasifah (Keruntuhan Filsafat).

Tak ada catatan persis, kapan Ibnu Rusyd menulis kitab Tahafut at-Tahafut. Tetapi yang jelas, jika menilik kitabnya yang lain, seperti Fash al-Maqal fima baina al-Hikmati wa as-Syariati min al-Ittishal (Kata Pemutus tentang Pertemuan Agama dan Filsafat) dan Manahij al-Adilllah (Metode Pembuktian), kitab ini ditulis saat Ibnu Rusyd mencapai puncak kematangan rasional dan berpikir kira-kira saat berusia 50 tahun ke atas.

Indikasi kematangan ini misalnya terlihat tatkala Ibnu Rusyd menggunakan kata yang sama untuk nama bukunya sebagaimana Al-Ghazali, yaitu Tahafut, yang berarti kontradiksi atau keruntuhan. Ibnu Rusyd tidak secara gamblang menyebutkan kontradiksi siapakah yang dimaksud, tetapi cukup disebutkan dengan Tahafut at-Tahafut, bukan Tahafut Al-Ghazali. Sebab, tidak semua asumsi Al-Ghazali dibantah oleh Ibnu Rusyd.

Namun, banyak pihak meyakini bahwa karya itu dimaksudkan atas bantahannya terhadap Al-Ghazali yang menyatakan tentang keruntuhan filsafat. Hal serupa juga terlihat dalam karya Al-Ghazali dengan menyebut karyanya Tahafut al-Falasifah.

Penamaan tersebut dimaksudkan Al-Ghazali untuk menyerang keprofanan pemikiran para filsuf, terutama dalam beberapa persoalan filsafat ketuhanan dan kosmologi. Al-Ghazali tidak menyerang keseluruhan pemikiran filsafat. Namun, ia menganggap ada sesuatu yang salah dengan pemikiran filsafat yang dikemukakan banyak orang pada saat itu.

Tentu saja, tidak tepat memposisikan Al-Ghazali antipati terhadap filsafat secara total, begitu pula mengklaim bahwa Ibnu Rusyd mengkritik keseluruhan bantahan Al-Ghazali atas filsafat. Sebab, sebagaimana dijelaskan oleh Sulaiman Dunya dalam pengantar atas terjemahan kitab Tahafut al-Falasifah, kitab Al-Ghazali ini ditulisnya ketika ia dalam fase skeptis ringan (asy-Syakk al-khafif), yakni ketika ia belum mendapatkan petunjuk pada hakikat kebenaran sejati.

Hal ini diungkapkan sendiri oleh Al-Ghazali dalam mukadimah kitab tersebut dengan berkata, "Kami tidak menetapkan dalam buku ini, kecuali mendustakan mazhab mereka (para filsuf). Sedangkan, untuk mengafirmasi mazhab yang benar, kami akan menyusun sebuah buku yang kami beri judul Qawa’id al-’Aqa’id. Dengan buku tersebut, kami bermaksud melakukan afirmasi sebagaimana kami bermaksud melakukan dekonstruksi dengan buku Tahafut."

 

Terimakasih telah membaca Kitab TAHAFUT AT – TAHAFUT  di web https://www.laduni.id/kitab, semoga bermanfaat, dan silahkan lihat di daftar isi kami untuk mencari kitab kitab yang lain.

 

 IDENTITAS KITAB:
Judul Kitab :   TAHAFUT AT – TAHAFUT  (PDF)
Tebal           :   536  halaman (PDF)

 

Sumber: Kitab Islam Lengkap

Lihat Kitab

Kitab - Tahafutul Falasifah

Tahafut Al Falasifah  Salah satu kitab fenomenal yang mengkritisi pemikiran filusuf islam ibnu sina.
Karya Imam Al - Ghazali yang tidak diragukan lagi keilmuannya.
Kitab ini diawali dengan catatan ringkas dari pemikiran filsafat ibnu sina kemudian meneruskan tulisannya yang berjumlah 20 bab atau pembahasan.

Filsafat merupakan pengetahuan yang menilai sebuah kebenaran melalui akal atau logika. Pemikirannya yang selalu mengedepankan akal membuat beberapa ahli filusuf menilai semua yang tidak dibuktikan dengan akal adalah salah. Sehingga terjadilah kontroversial antara filusuf yang masih mempertimbangkan beberapa hal lainnya dan filusuf yang hanya menilai kebenaran murni hanya dari akal. Perbedaan pendapat disampaikan dengan berbagai cara seperti adu pendapat, debat terbuka ataupun melaui karya tulis.

Melalui karya ini, Al-Ghazali memiliki kehadiran ganda dalam jagad pemikiran Islam:

Pertama, Imam Al-Ghazali mengemukakan fatwa fikih tentang hukum mempelajari filsafat dan pemikiran para filosof;

Kedua, Al-Ghazali membuktikan kelemahan para filosof dalam membahas persoalan-persoalan akidah melalui metafisika dalam filsafat.

Terkait poin pertama, Al-Ghazali dengan sangat menarik membagi pemikiran Yunani menjadi beberapa cabang atau bagian. Tak hanya itu, Al-Ghazali menerbitkan fatwa fikih ke masing-masing cabang pemikiran filsafat tersebut.

Misalnya, Al-Ghazali mengatakan cabang ilmu ini wajib dipelajari dan karenanya harus diambil; cabang ilmu ini bagus dan karenanya boleh digunakan; cabang ilmu itu hukumnya mubah dan karenanya tidak  ada salahnya untuk dipelajari; dan yang ini makruh jadi harus ditinggalkan; dan yang ini haram jadi harus disingkirkan.

Jadi dalam hal ini, penilaian Al-Ghazali terhadap cabang-cabang pemikiran filsafat ditentukan oleh hukum halal, haram, mubah, mustahab dan seterusnya. Al-Ghazali sampai di sini menggunakan perspektif fikih untuk memilah-milah pengetahuan yang berasal dari para filosof.

Al-Ghazali membolehkan mempelajari matematika karena:

تتعلق بعلم الحساب والهندسة وعلم هيأة العالم وليس شيئ منها بالدين نفيا وإثباتا.

“matematika memiliki kaitan erat dengan ilmu hitung, arsitektur dan ilmu fisika. Ilmu-ilmu ini tidak ada kaitannya dengan agama. Agama sendiri tidak memiliki ketetapan boleh atau tidak boleh mengenai ilmu ini.”

Al-Ghazali juga membolehkan untuk mempelajari logika dengan alasan yang sama. Bahkan al-Ghazali mempertegas kebolehan mempelajari semua ilmu yang dibangun di atas fondasi-fondasi argumen yang rasional selagi tidak bertentangan dengan agama.

 

Seperti halnya ilmu fisika yang membahas tentang komponen fisik yang membangun semesta ini tanpa ada kaitan larangan agama sedikitpun, ilmu kedokteran juga menurut Al-Ghazali boleh dipelajari. Al-Ghazali bahkan lebih jauh dalam kitab Tahafut al-Falasifah mengatakan demikian:

وكما ليس من شرط الدين إنكار علم الطب فليس من شرطه أيضا إنكار ذلك العلم إلا في مسائل معينة.

“Agama sama sekali tidak melarang untuk mempelajari ilmu kedokteran kecuali dalam persoalan-persoalan tertentu.”

Sedangkan terkait ilmu ketuhanan atau metafisika dalam filsafat, Al-Ghazali sangat melarang mempelajari ilmu tersebut. Dari dua puluh persoalan yang dibahas dalam ilmu ke Tuhanan, ada tiga persoalan yang kalau diyakini maka orang yang bersangkutan kata Al-Ghazali disebut kafir. Sementara sisanya yang tujuh belas persoalan dipandang bidah oleh Al-Ghazali.

Ilmu lainnya seperti ilmu politik dihukumi boleh oleh Al-Ghazali karena menurutnya pandangan-pandangan para filosof berkenaan dengan politik selalu merujuk kepada:

الحكم المصلحية المتعلقة بالأمور الدنيوية والإيالة السلطانية.

“Kebijaksanaan-kebijaksanaan yang mengandung maslahat baik jika dilihat dari perspektif yang bersifat duniawi maupun dilihat dari perspektif kepentingan negara.”

Lebih dari itu, dalam kitab Tahafut al-Falasifah, Al-Ghazali mengatakan bahwa pandangan kaum filosof banyak diambil dari:

إنما أخذوها من كتب الله المنزلة على الأنبياء ومن الحكم المأثورة عن سلف الأنبياء.

“Kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada para nabi serta kata-kata bijak yang berasal dari mereka.”

Setelah itu, Al-Ghazali kemudian membahas ilmu akhlak. Al-Ghazali mempertegas kebolehan mempelajari ilmu ini karena:

كلامهم فيها يرجع إلى حصر صفات النفس وأخلاقها

“pandangan-pandangan para filosof dalam hal ini berkutat pada persoalan sejauh mana kondisi jiwa kita dapat menahan diri dari memperturut hawa nafsu dan perilaku yang buruk.”

Selain itu, pandangan para filosof terkait ilmu akhlak ini banyak mengadopsi dari pandangan kaum mistikus.

Dalam berbagai karya-karyanya, Al-Ghazali memang terbiasa mengutip pandangan berbagai macam ahli dari sana-sini, dimulai dari mengutip pandangan para pemikir Yunani, Taurat, Injil sampai mengutip para pemikir Persia, India atau bahkan mengutip hadis-hadis palsu atau hadits yang diragukan kebenarannya selagi sesuai dengan selara intelektualnya dan sesuai pula dengan bangunan pemikirannya yang sinkretis.

Kitab Tahafut al-Falasifah merupakan karya satu-satunya dalam kebudayaan Arab Islam yang tiada bandingannya dengan karya-karya lainnya dalam soal pengaruh. Peran kitab ini dalam membendung pemikiran Arab Islam dari pengaruh filsafat sama besarnya dengan pengaruh kitab Ihya Ulumuddin yang menganjurkan tasawwuf. Meski sebagian kritik-kritik Al-Ghazali terhadap filsafat sebenarnya banyak terinsipirasi oleh kritik Yahya an-Nahwi terhadap Perikels terutama soal kekekalan alam, tetap saja kitab ini menjadi karya monumental tentang dekonstruksi terhadap filsafat Islam.

 

Al-Ghazali telah menghantam filsafat sampai ke akar-akarnya sampai tidak bisa dibangun kembali. Kalaupun masih ada warisan filsafat rasional, ia tidak akan laku di negeri Islam. Filsafat Ibnu Rusyd yang muncul di Andalusia, misalnya, tidak bisa bertahan lama di wilayah-wilayah Islam dan malah tumbuh subur di Eropa yang Kristen.

Filsafat yang rasional sudah lenyap dari wilayah-wilayah Islam. jelas ini adalah kenyataan sejarah. Sementara itu tidaklah mungkin kita dapat menafsirkan kenyataan mengenai kematian filsafat rasional dalam Islam kecuali dengan menyebut kitab Tahafut al-Falasifah ini sebagai salah satu penyebab utamanya. Allahu A’lam.

 

Baik, itu tadi sekilas resensi dari kitab Tahafut Al Falasifah, yang bisa kami bagikan. Semoga apa yang sudah dibagikan dan sampaikan bisa bermanfaat.

 

 IDENTITAS KITAB:
Judul Kitab :  Tahafut Al Falasifah  (PDF)
Tebal           :  187 halaman (PDF)

 

Sumber: Kitab Islam Lengkap

Lihat Kitab

Kitab - Taisirul Kholaq ( Cahaya Akhlak )

Karya Syaikh Hafidz Hasan Al-Mas’udi.
Nama lengkapnya adalah Abu al-Hasan Ali ibn Husain ibn Ali,  lahir di Baghdad-Fustat, 285 H/ 896 M, wafat pada jumadil akhir 345 H/ 956 M.akhir  abad  ke-9  M. Beliau  seorang sejarawan dan ahli geografi, ahli geologi, akhlaq, dan ahli zoologi Muslim, juga mempelajari ilmu kalam (theologi), politik, dan ilmu bahasa, keturunan Sahabat Abdullah bin Mas'ud.

Kitab  Taisirul  Khalaq  yaitu  kitab  yang  berisi  tentang  akhlaq - akhlaq  agama  baik  terhadap  Allah  maupun  terhadap  sesama  manusia.
Sangat  cocok  untuk  dijadikan pembelajaran bagi orang  yang  pemula  dalam mempelajari tentang  akhlaq. Syaikh Hafidz Hasan Al-Mas’udi berpendapat bahwa ilmu akhlaq adalah kumpulan kaidah untuk mengetahui kebaikan hati dan semua alat perasa lainnya.
Objek pembahasan ilmu akhlaq ialah tingkah laku baik atau jeleknya. Adapun buah ilmu akhlaq ialah kebaikan hati dan semua anggota badan ketika di dunia dan keberhasilan mencapai derajat yang mulia di akhirat nanti

Daftar Isi Terjemah Kitab Taisirul Kholaq

1.TAQWA
2.ADAB GURU
3.ADAB MURID
4.HAK-HAK ORANG TUA
5.HAK SAUDARA
6.HAK TETANGGA
7.ADAB PERGAULAN
8.PERSAHABATAN (PERSATUAN)
9.PERSAUDARAAN
10.ADAB DI FORUM PERTEMUAN
11.ADAB MAKAN
12.ADAB MINUM
13.ADAB TIDUR
14.ADAB MESJID
15.KEBERSIHAN
16.JUJUR DAN DUSTA
17.AMANAH
18.MEMELIHARA DIRI
19.KHARISMA (MURU-AH)
20.HILM (BIJAKSANA, TIDAK CEPAT MARAH)
21.PEMURAH
22.TAWADDU` (MERENDAHKAN DIRI
23.BERJIWA BESAR
24.DENDAM
25.DENGKI/IRI HATI
26.GOSIP/MENGUMPAT
27.FITNAH (ADU DOMBA)
28.TAKABUR (SOMBONG)
29.GHURUR (TERTIPU)
30.ZHALIM (ANIAYA)
31.ADIL

Pada bagian akhir pendahuluannya, Syaikh Hafizh Hasan Al-Mas’udi menuturkan bahwa “wa tsamratuhu shalahul qalbi wa sa`iril hawasi fid dunya wal fawzu bi `a’lal maratibi fil akhirat”, yakni hasil pendidikan akhlak adalah baiknya hati dan seluruh anggota badan ketika di dunia dan keberhasilan mencapai derajat tinggi di akhirat. Pernyataan Syaikh Hafizh Hasan Al-Mas’udi ini menegaskan bahwa siapa pun yang memiliki akhlaq mulia dipastikan yang bersangkutan memiliki komitmen dan hati yang bersih dan fisiknya juga akan lebih sehat. Artinya, terdapat relasi yang kuat antara hati atau jiwanya yang baik dengan kesehatan fisik. Pernyataan ini sesungguhnya telah menjadi pijakan sekaligus mengafirmasi atas berbagai hasil temuan psikologi dan riset medis.

Demikian Tulisan ini penulis persembahkan untuk generasi muda muslim, semoga  mampu mengamalkan dan merubah karakter menjadi berbudi luhur dan santun sebagai generasi penerus Islam serta dapat meniru akhlaq Nabi Muhammad sebagai suri tauladan bagi seluruh umat manusia. Semoga bermanfaat Aamiin.

 

IDENTITAS KITAB:
Judul Kitab :  TAISIRUL KHOLAQ (PDF)
Tebal           :  24 halaman (PDF)

 

Sumber : Kitab Islam Lengkap

Lihat Kitab

Kitab - Tajrid Al- Sharih Li Ahaditsi Al jami'i al shohih

Ringkasan kitab shohih Al Bukhori. Karya Zainuddin Abi al-Abbas Ahmad bin Abdi al-Lathif al-Zabidi.
Beliau adalah seorang ulama yang berasal dari Yaman. Dalam muqaddimah dijelaskan Kitab ini merupakan kitab hadits yang di cuplik dari kitab Fathul bari Syarah shohih Bukhori, dalam muqaddimah juga dijelaskan, kitab ini  bersinergi dengan kitab shohih Bukhori, shohih muslim dan shohih Ahmad, dan susunan babnya pun sangat mirip dengan ketiga kitab tersebut, tentunya kualitas haditsnya pun juga tidak kalah shohihnya dengan kitab tersebut.

Isi kitab Tajrid Al -Sharih sangat simple dan padat, jadi untuk mempelajari kitab ini perlu bimbingan seorang guru atau ustadz. Kitab ini disebut sebagai salah satu kitab mulia, karena didalamnya hanya disebutkan daftar hadits hadits yang bersanad sampai dengan Rasulullah Shalallahu’alaihi Wa Sallam.
Dan hadits hadits Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi Wa Sallam, merupakan petunjuk ke dua setelah Al Quran, dan kita sebagai umat muslim dianjurkan untuk mengamalkan apa  yang sudah disabdakan oleh Rasulullah Shalallahu’alaihi Wa Sallam.

Baik, itu tadi sekilas resensi dari kitab TAJRID AL- SHARIH, yang bisa kami bagikan. Semoga apa yang sudah dibagikan dan sampaikan bisa bermanfaat.

 

 

IDENTITAS KITAB:
Judul Kitab :  TAJRID AL- SHARIH   (PDF)
Tebal           :  768 halaman (PDF)

Sumber : Kitab Islam Lengkap

Lihat Kitab

Kitab - Tajul Arus

Sedang banyak masalah?
Galau berkepanjangan?
Melamar sana sini selalu ditolak?
Hutang menumpuk?

Ziarah Kubur solusinya

Imam Ibnu Athaillah As-Sakandari dawuh dalam kitab Tajul Arus:

فإن كانت الذنوب منفتحة في وجهك . . فاستغث بالله، والجأ إليه، واحث التراب على رأسك، وقل اللهم انقلني من ذل المعصية إلى عز الطاعة، وزر ضرائح الأولياء والصالحين، وقل: يا أرحم الراحمين

Jika dosa-dosa selalu terbuka di hadapanmu, maka:
1. Mintalah pertolongan kepada Allah
2. Kembali kepadaNya.
3. Taburkan debu di kepalamu (kinayah dari musibah besar).
4. Berdoalah, "Ya Allah, pindahkan saya dari kehinaan maksiat kepada kemuliaan thaat".
5. ZIARAHILAH MAKAM WALI ALLAH DAN ORANG-ORANG SHOLIH.
6. Berdoalah, "Wahai Dzat yang Paling Pengasih."

Muhaqqiq kitab berkomentar:

زيارة القبور أمر مشروع، إذا ضاقت عليكم الأمور .. فعليكم بزيارة القبور.

Ziarah kubur adalah perkara yang disyariatkan. Jika urusan kalian ruwet, ziarahlah ke kuburan.

 

Harga : Rp. 200.000

Pesan via WA: 0819-3704-6356
Atau klik : http://bit.ly/Salafsoleh

 

Lihat Kitab

Kitab - Talkhisul Asas

Kitab yang menerangkan tentang ilmu shorof kitab ini di karang oleh Syaikh Aly bin Ustman, kitab yang sangat masyhur dalam ilmu Shorof dikaji dan dipelajari di mana-mana khusus para pemula dalam mempelajari ilmu sharaf karena bahasannya singkat dan mudah dihafal.
Kitab ini menjelaskan semua Bab-bab tashrif dalam ilmu Shorof dengan urutan berdasarkan jumlah hurufnya dimulai dengan tsulasi mujarad, tsulasi maziz, ruba'i mujarad, ruba'i maziz dan mulhaq ruba'i.

Masing-masing bab dijelaskan wazannya, contoh mauzunnya, ciri-cirinya, faedah babnya dan contoh kalimat yang termasuk dalam bab beserta maknanya.

Baik, itu tadi sekilas resensi dari kitab TALKHISUL ASAS, yang bisa kami bagikan. Semoga apa yang sudah dibagikan dan sampaikan bisa bermanfaat, dan kita bisa mengambil pelajaran darinya.

 

 

IDENTITAS KITAB:
Judul Kitab  :   TALKHISUL ASAS   (PDF)
Tebal            :   65 halaman (PDF)

 

Sumber: Kitab Islam Lengkap

 

Lihat Kitab

Kitab - Tanbihul Mughtarrin

Kitab Tasawwuf Karya Imam Abdul Wahab bin Ahmad bin Ali Asy Syafi’i yang terkenal dengan nama Imam Asy Sya’roni,( Ringkasan cerita-cerita Ulama’ ) salah satu ulama' yang memiliki ilmu yang sangat luar biasa, Beliau lahir di Mesir, ketika berumur 7 atau 8 tahun Beliau sudah hafal Al Qur'an, karangan kitabnya pun sangat banyak dan masyhur di kalangan pesantren. Kitab ini sangat klasik, karena ajarannya langsung diambil dari sumber-sumber klasik, seperti sirohnya para sahabat Nabi, kitab Taurot.

Tanbihul Mughtarrin mengajarkan kita tentang bagaimana kita bisa meneladani ajaran Rasulullah dan para sahabat, dan memberikan pengetahuan kepada kita bahwa tasawwuf adalah ajaran yang sesuai dengan Qur'an dan Hadits. Jika kita membaca kitab ini secara keseluruhan akan merasa puas, melihat langsung kiprah para Ulama’ Salaf dalam menyikapi kehidupan dan menghabiskan waktu panjang.

Berikut Akhlak-Akhlak Para Salaf Sholeh, yang patut diteladani:

1. Senantiasa menetapi al Qur’an dan As Sunnah seperti halnya orang yang berteduh dari teriknya panas sinar matahari.
2. Menimbang apapun baik ucapan atau perbuatan dengan pertimbangan Al Quran dan Hadist. Dan juga menimbangnya dengan adat istiadat yang baik.
3. Berusaha ikhlas dalam setiap ilmu yang dimiliki dan amalan yang dilakukan dan takut amal yang dikerjakannya masuk dalam kategori Riya’.
4. Menjauhi saudaranya ketika saudaranya srawung dengan para umaro’ dan sering riwa-riwi ke pendopo kecuali karena darurat syar’i atau datangnya karenn membawa sebuah maslahat.
5. Senantiasa bersabar dan mengakui segala yang menimpa memang karena banyaknya dosa terdahulu yang dilakukan.
6. Marah jika urusan Allah dilecehkan.
7. Mengharap kematian, ketika takut pada diriya terjerumus pada apa yang dibenci oleh Allah.
8. Banyak bersedih dan prihatin setiap mengingat kematian dan sakaratul maut.
9. Melihat keindahan dunia sebagai Ibroh bukan dengan kecintaan dan penuh kesyahwatan.
10. Melihat dirinya sendiri adalah orang yang paling buruk diantara manusia lainnya.
11. Banyaknya memberikan ampunan dan maaf bagi orang-orang telah mendzolimi, memukul, mencuri hartanya dan berlaku tidak adil.
12. Senantiasa menghormati sesama manusia dan menghendaki kebaikan kepada mereka.
13. Kesabaran mereka terhadap perilaku buruk istrinya.
14. Tidak mencari pangkat dan jabatan.
15. Memperbaiki adabiyahnya baik kepada anak kecil maupun orang besar.
16. Takut akan akhir hayatnya, dalam keadaan suul khotimah.
17. Memperbanyak Qiyamul lail baik ketika musim panas atau ketika musim dingin.
18. Bersikap waro’ (hati-hati) terhadap urusan makanan dan minuman.
19. Mendahulukan kepentingan akherat dari pada kepentingan duniawi.
20. Senantiasa berziarah kubur.
21. Senantiasa Berdzikir, dan membaca sholawat.
22. Persangkaaan yang kuat akan bencana yang menimpanya sebab lalainya dalam melaksanakan ketaatan.
23. Tidak begitu mementingkan rumah singgah.
24. Berlemah lembut kepada semua manusia baik yang taat maupun yang mblunat dan juga berkasih sayang terhadap hewan.
25. Memiliki sifat Qona’ah nriman pada apa yang ada dan tidak ingin menambah-nambah harta.
26. Senantiasa menjaga jamaah sholat lima waktu, menyertai takbirotul ikhrom sang imam sholat.
27. Malu, jika seringnya pergi ke kamar mandi untuk buang hajat.
28. Lebih memilih hidup dengan kesengsaraan dari pada mewah dengan kenikmatan-kenikmatan.
29. Tidak bermahal-mahal dalam urusan pakaian.
30. Tidak pula memperbanyak perkara-perkara yang halal.
31. Banyak memberikan wasiat kepada sesama dan senang jika dinasihati.
32. Menganggap amalnya masih sedikit sekali yang dilakukan.
33. Takut ilmu dan amal yang dimilikinya justru masuk pada hal-hal yang membahayakan.
34. Banyak mempertanyakan kabar-kabar para sahabatnya.
35. Sibuk dengan aibnya sendiri dan Suka menutupi aib sesama.
36. Bersikap tenang, dan sedikit berbicara.
37. Banyak berkirim surat nasehat kepada para sahabat dan santrinya.
38. Bertambah tawadlu’ saat banyak orang yang memuji.
39. Mencintai orang-orang miskin.
40. Cinta terhadap harta Lil infaq la lil Imsak (untuk berinfak buka untuk dirinya sendiri).
41. Memperbanyak sedekah siang dan malam.

Baik, itu tadi sekilas resensi dari kitab TANBIHUL MUGHTARRIN, yang bisa kami bagikan. Semoga apa yang sudah dibagikan dan sampaikan bisa bermanfaat, dan kita bisa mengambil pelajaran darinya.

 

 

IDENTITAS KITAB:
Judul Kitab  :  TANBIHUL MUGHTARRIN   (PDF)
Tebal             : 362 halaman (PDF)

 

Sumber: Kitab Islam Lengkap

 

Lihat Kitab

Kitab - Tanwirul Hija' Nadzam Safinatun Naja

Tanwirul Hija (تنوير الحجا), yang berarti pencerahan pikiran, karya KH. Ahmad Qusyairi bin Shiddiq bin Abdullah al-Lasimi al-Fasurwani (11 Sya'baan 1311H / 17 Februari 1894M - 22 Syawal 1392 H/28 November 1972 M), kakak Rais Aam ke-5 PBNU KH Ahmad Shiddiq. KH. Ahmad Qusyairi lahir di Lasem, Jawa tengah, kemudian hijrah dan wafat di Pasuruan.

Secara global, kitab ini mengupas dasar-dasar agama, tata cara bersuci, seperti “cebok” (istinja`), wudlu`, bagaiamana kita beribadah kepada Allah, shalat dengan benar, serta mengajarkan jenis dan berapa harta yang wajib kita keluarkan sebagai zakat.
Syaikh KH. Akhmad Qusyairi bin Siddiq menuntaskan nadzam ini pada tahun 1343 H, dengan penambahan bab Puasa, Haji-‘Umroh, dan ditutup dengan nasihat-nasihat. Nadzam ini banayak dipelajari di pondok pesantren- pesantren Indonesia.

Baik, itu tadi sekilas resensi dari kitab TANWIRUL HIJA’ NADZAM SAFINATUN NAJA, yang bisa kami bagikan. Semoga apa yang sudah dibagikan dan sampaikan bisa bermanfaat, dan kita bisa mengambil pelajaran darinya.

 

IDENTITAS KITAB:
Judul Kitab  :  TANWIRUL HIJA’ NADZAM SAFINATUN NAJA   (PDF)
Tebal            :   62 halaman (PDF)

 

Sumber: Kitab Islam Lengkap

Lihat Kitab