Indeks Kitab

Kitab - Umdatu As-Salik Wa Uddatu An-Nasik ( OLD )

Karya  yang disusun oleh al-Imam al-‘Allamah Syihabuddin Abu al-‘Abbas Ahmad bin al-Naqib al-Mishri (702-769H). Beliau terkenal dengan  Ibnu al-Naqib al-Mishri.
Salah satu kitab yang membahas tentang cara seorang hamba dalam beribadah dalam perspektif fiqh. Kitab ini termasuk dalam kategori kitab fiqh tasawwuf yang mensatu padukan tuntunan ibadah beserta hukm fiqhnya, mazhab Syafi’i.

Cara seorang hamba berinteraksi dengan Tuhannya adalah melalui ibadah. Ibadah adalah suatu perkara yang dicintai Allah bila mana kita mengerjakannya, baik itu perkara wajib,sunnah ataupun mubah seperti sholat, puasa dan lainnya. Beberapa ibadah seperti shodaqoh bisa kita lakukan kapan dan dimana saja, namun Sebagian ibadah lainnya, seperti  ibadah wajib memiliki tatacara yang harus dimengerti. Diantara ikhiyar yang harus dilakukan adalah mempelajari karya para ulama salaf yang mengkaji tentang hal tersebut
Sebagaimana judul kitab Umdatus Salik  wa Uddatun Nasik (tumpuan dan perlengkapan ibadah seorang hamba dalam menuju jalan Allah), secara keseluruhan kitab ini membahas tuntunan  dalam ibadah yang disajikan dalam bentuk fiqh. Kitab ditulis dengan sangat detail dan jelas terutama dalam keluasan fiqhnya, didalam kitab juga termuat ikhtilaf, dalil dalil pendukung dan sebagainya. Kitab ini merupakan kitab independen (bukan syarah atau mukhtashor) yang tergolong dalam kategori menengah, tidak terlalu tipis dan tidak terlalu tebal. Meskipun bukan kategori kitab besar namun kitab ini sudah mencakup seluruh pembahasan penting dlam mazhab syafi’i.

Kitab ini telah disyarah oleh beberapa ulama, antaranya; 
(1) Syaikh Umar Barakat al-Syami al-Baqa’iy (1313H) dengan karyanya “Fayd al-Ilah  al- Malik Syarh ‘Umdah al-Salik ”,

(2) al-‘Allamah al-Syaikh Muhammad al-Zuhri bin Mustafa al-Ghumrawi () dengan karyanya “Anwar al-Masalik Syarh ‘Umdah al-Salik wa ‘Uddah al-Nasik ”.

(3) al-‘Allamah al-Syaikh Dr Musthafa Dib al-Bugha al-Dimasyqi al-Syafi’i (1938-) dengan dua buah karyanya “Tanwir Masalik bi Syarah wa Adillah ‘Umdah  al-Salik” dan “Tashil al-Masalik bi Syarh wa Tazhib ‘Umdah al-Salik ”.

Baik, itu tadi sekilas resensi dari kitab UMDATUS SALIK WA UDDATUN NASIK, yang bisa kami bagikan. Semoga apa yang sudah dibagikan dan sampaikan bisa bermanfaat, dan kita bisa mengambil pelajaran darinya.

 

IDENTITAS KITAB:

Judul Kitab  :  UMDATUS SALIK WA UDDATUN NASIK (old) (PDF)

Tebal            :    201  halaman (PDF)

 

Sumber: Kitab Islam Lengkap

Lihat Kitab

Kitab - Umdatu As-Salik Wa Uddatu An-Nasik (NEW)

Pengarangnya bernama Ibnu An-Naqib (ابن النقيب). Nama lengkapnya Syihabuddin Abu Al-‘Abbas Ahmad bin Lu’lu’ bin Abdullah An-Naqib Ar-Rumi Al-Mishri. Beliau adalah generasi langsung setelah generasi Ar-Rofi’i dan An-Nawawi. Ar-Rofi’i wafat tahun 623 H, sementara An-Nawawi wafat tahun 676 H. Ibnu An-Naqib lahir tahun 702 H di Kairo, wafat tahun 769 H di Kairo, Mesir.  Beliau keturunan Eropa karena ayahnya berasal dari Nasrani Antiokia. An-Naqib adalah gelar kemiliteran yang setara dengan kapten/captain yang dimiliki ayahnya setelah dimerdekakan oleh tuannya. Jadi, beliau disebut Ibnu An-Naqib karena dinisbatkan pada laqob ayahnya ini. Selain kitab “Umdatu As-Salik”, beliau juga mengarang syarah untuk “Minhaju At-Tholibin” karya An-Nawawi yang berjudul “As-Siroj ‘Fi Nukati Al-Minhaj”.

Kitab ini adalah salah satu kitab yang membahas tentang cara seorang hamba dalam beribadah dalam perspektif fiqh. Kitab ini termasuk dalam kategori kitab fiqh tasawwuf yang menyatupadukan tuntunan ibadah beserta hukm fiqhnya.
Cara seorang hamba berinteraksi dengan Tuhannya adalah melalui ibadah. Ibadah adalah suatu perkara yang dicintai Allah bila mana kita mengerjakannya, baik itu perkara wajib,sunnah ataupun mubah seperti sholat, puasa dan lainnya. Beberapa ibadah seperti shodaqoh bisa kita lakukan kapan dan dimana saja, namun Sebagian ibadah lainnya, seperti  ibadah wajib memiliki tata cara yang harus dimengerti. Di antara ikhiyar yang harus dilakukan adalah mempelajari karya para ulama salaf yang mengkaji tentang hal tersebut

Sebagaimana judul kitab Umdatus Salik  wa Uddatun Nasik (tumpuan dan perlengkapan ibadah seorang hamba dalam menuju jalan Allah), secara keseluruhan kitab ini membahas tuntunan  dalam ibadah yang disajikan dalam bentuk fiqh. Kitab ditulis dengan sangat detail dan jelas terutama dalam keluasan fiqhnya, didalam kitab juga termuat ikhtilaf, dalil dalil pendukung dan sebagainya. Kitab ini merupakan kitab independen (bukan syarah atau mukhtashor) yang tergolong dalam kategori menengah, tidak terlalu tipis dan tidak terlalu tebal. Meskipun bukan kategori kitab besar namun kitab ini sudah mencakup seluruh pembahasan penting dlam mazhab syafi’i.

Baik, itu tadi sekilas resensi dari kitab UMDATUS SALIK WA UDDATUN NASIK, yang bisa kami bagikan. Semoga apa yang sudah dibagikan dan sampaikan bisa bermanfaat, dan kita bisa mengambil pelajaran darinya.

 

IDENTITAS KITAB:

Judul Kitab  :  UMDATUS SALIK WA UDDATUN NASIK (PDF)

Tebal            :    252  halaman (PDF)

 

Sumber: Kitab Islam Lengkap

Lihat Kitab

Kitab - Umar Al-Faruq - Husein Haikal

Karya Muhammad Husain Haikal lahir di Kafr Ghanam, Sinbillawain, Dagahlia, Mesir, pada 20 Agustus 1888, wafat 8 Desember 1956.
Kitab ini membahas secara detail tentang Umar al Faruq semenjak beliau lahir, masuk islam hingga kisah akhir hayatnya. Beliau mengangap penting mengetahui dan menjadikan tokoh luar biasa seperti Umar Al Faruq sebagai figur di kalangan umat muslim.
Kepemimpinan beliau di masa kekhalifannya juga mempunyai pengaruh besar terhadap islam dalam hal agama, social maupun politik.
Umar bin Khottob merupakan salah satu dari 4 sahabat  Rasululullah SAW yang menjadi Khulfaur Rosyidin. Beliau merupakan sahabat Rasulullah SAW, yang diberi julukan Al faruq (pembeda), sikapnya yang berani, tegas dan berwibawa serta sifat istiqomahnya dalam membedakan perkara yang hak dan yang batil.
Beliau merupakan sahabat Nabi yang menjadi panutan dan suri tauladan bagi  umat muslim baik dalam akhlaknya maupun kecintaannya tehadap Rosulullah SAW.

Baik, itu tadi sekilas resensi dari kitab UMAR AL-FARUQ – Husein Haikal , yang bisa kami bagikan. Semoga apa yang sudah dibagikan dan sampaikan bisa bermanfaat, dan kita bisa mengambil pelajaran darinya.

 

IDENTITAS KITAB:
Judul Kitab  :  UMAR AL-FARUQ – Husein Haikal (PDF)
Tebal            :    659  halaman (PDF)

 

Sumber: Kitab Islam Lengkap

Lihat Kitab

Kitab - Tazkiyatun Nufus

Tazkiyatun nufus, wa tarbiyatuha kama yuqarrirruhu 'ulama as-salaf.
Konsep penyucian jiwa menurut para salaf Atau Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Ibnu Rajab Al-Hambali, Imam Ghazali ; penerjemah, Imtihan Asy-Syafi'i ; editor, Abu Fatiah Al-Adnani

HATI ADALAH RAJA Ibarat pisau bermata dua: ia bisa menjadi organ tubuh paling taat, atau menjadi yang paling bermaksiat; mendorong pemiliknya untuk mengorbankan jiwa dan raga, atau membujuknya menjadi pecundang; memotivasi kekerasan tanpa belas atau pengabdian tanpa batas. Ialah yang menentukan hitam-putihnya akhlak seseorang. Ia pula yang menjadi barometer keberesan seluruh anggota badan. jika ia baik maka baiklah seluruh raga. namun jika buruk, buruk pulalah seluruh raga, demikian sabda Nabi. Oleh sebab itu, perbaikan dan penjagaan kondisi hati merupakan kebutuhan tak terelakkan.
Bedanya dengan terapi pengobatan hati lainnya yang kadang mengandung unsur bidah dan khurafat atau mengajak pada pola hidup sufistik, buku ini merujuk pada pondasi dasar syariat islam: Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah.

Jiwa manusia yang memiliki dua sisi (yaitu baik dan buruk), sangatlah penting dan urgen untuk diperhatikan. Allah Ta’ala telah bersumpah dengan sejumlah makhluk-Nya yang agung, yang menunjukkan keagungan-Nya dalam surat Asy-Syams, bahwasanya di sana ada jiwa yang beruntung dan ada jiwa yang tidak beruntung,
“Demi matahari dan cahayanya di pagi hari. Dan bulan apabila mengiringinya. Dan siang apabila menampakkannya. Dan malam apabila menutupinya. Dan langit serta pembinaannya. Dan bumi serta penghamparannya. Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams [91]: 1-10)

lbnu Qayyim berpandangan bahwa mengenal jiwa adalah kunci untuk mengenal Tuhan, sebagaimana hadits Nabi yang berbunyi: "Barangsiapa yang mengenal dirinya maka dia akan mengenal Tuhannya." Jiwa adalah kesempurnaan pertama bagi tubuh yang bersifat alamiah dan mekanistik.Ruh adalah kenyataan terdekat dan sekaligus misteri terjauh. Begitu dekat, ia selalu hadir kemanapun kita melangkah; ia adalah penyebab kehidupan dan gerakan itu sendiri . Begitu misterius, tak terjangkau oleh akal pikiran.

Pentingnya tazkiyatun nufus ini akan semakin jelas kalau kita memahami bahwa makna takwa yang hakiki adalah pensucian jiwa itu sendiri (Lihat kitab Manhajul Anbiya’ fii Tazkiyatin Nufuus, hal. 19-20). Artinya ketakwaan kepada Allah Ta’ala yang sebenarnya tidak akan mungkin dicapai kecuali dengan berusaha menyucikan dan membersihkan jiwa dari kotoran-kotoran yang menghalangi seorang hamba untuk dekat kepada Allah Ta’ala.

Allah Ta’ala menjelaskan hal ini dalam firman-Nya,

وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاها قَدْ أَفْلَحَ مَنْ زَكَّاهَا وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسَّاهَا

“Dan (demi) jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaan. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu (dengan ketakwaan) dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya (dengan kefasikan).” (Qs Asy Syams: 7-10)

Demikian juga sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam doa beliau:

اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِى تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلاَهَا

“Allahumma aati nafsii taqwaaha wa zakkihaa, anta khoiru man zakkaahaa, anta waliyyuhaa wa mawlahaa” [Ya Allah, anugerahkanlah kepada jiwaku ketakwaan, dan sucikanlah jiwaku (dengan ketakwaan itu), Engkau-lah Sebaik-baik Yang Mensucikannya, (dan) Engkau-lah Yang Menjaga serta Melindunginya]” (HSR. Muslim dalam Shahih Muslim no. 2722).

Baik, itu tadi sekilas resensi dari kitab TAZKIYATUN NUFUS, yang bisa kami bagikan. Semoga apa yang sudah dibagikan dan sampaikan bisa bermanfaat, dan kita bisa mengambil pelajaran darinya.

 

IDENTITAS KITAB:

Judul Kitab  :   TAZKIYATUN NUFUS​ (PDF)

Tebal            :   86 halaman (PDF)

 

Sumber: Kitab Islam Lengkap

Lihat Kitab

Kitab - Ulama'ul Mujaddidun

K.H. Maimoen Zubair atau Mbah Moen yang ada dalam bukunya al-Ulama al-Mujaddidun.
kitab karangan beliau yang membahas tentang dinamika dinamika baru yang dilakukan para ulama di zaman baru ini yang selalu berubah ubah kondisi, sehingga kondisi seperti ini menuntut adanya para ulama yang baru (mujaddid) yang mampu memberikan solusi atas dinamika yang terjadi di masyarakat dengan tetap berpegang teguh pada Syari’at Islam.

Ulama adalah pewaris para Nabi, artinya para ulama memiliki tugas yang sangat mulia yaitu menjaga dan mewarisi ilmu agama yang telah disampaikan oleh Roulullah SAW. Ulama yang dimaksud bukanlah sekedar ulama pada masa Nabi melainkan juga ulama saat ini yang masih senantiasa berjuang untuk agam islam.
Dua topik yang dibahas.
Pertama wajib mengikuti ulama yang dalam ilmu fiqhnya.
Kedua, tidak boleh fanatik membabi buta terhadap satu mazhab.

Mbah Moen menerangkan dalam  hadits Nabi:

يحمل هذا العلم من كل خلف عدوله ينفون عنه تحريف الغالين وانتحال المبطلين وتأويل الجاهلين

Kelak Ilmu akan dipegang oleh orang yang dapat dipercaya pada setiap masa. Mereka akan menghilangkan pemahaman agama yang tak lurus dari orang-orang yang berkhianat, meniru orang-orang yang batil, juga menghindari penafsiran orang-orang bodoh.

Beliau juga menyebutkan dalam Surat an-Nisa’(4):59 yang menurut sebagian mufassir ‘Uli al-Amri’ adalah ulama dan ahli fiqh. Berdasarkan ayat ini, wajib hukumnya mengikutinya, memperoleh petunjuk darinya, melaksanakan fatwanya.

Mbah Moen mendorong umat muslim untuk mengikuti mazhab empat  “Wajib bagi umat muslim untuk berpegang teguh kepada agama Allah dan jangan berpecah belah, hendaknya mengikuti al-Qur’an dan as-Sunnah, dan ajaran yang disampaikan oleh Ulama seperti Imam Abu Hanifah, Malik bin Anas, as-Syafi’i, dan Ahmad bin Hanbal.”

“Maka dari itu orang awam yang tidak berkompetensi untuk berijtihad, wajib hukumnya untuk taklid atau mengikuti pendapat salah satu mujtahid”. Karena taklid adalah jalan satu-satunya bagi orang awam dalam beragama. Tetapi taklid di sini tidak boleh taklid membabi buta, sehingga muncul fanatik yang berlebihan. Ada banyak pilihan pendapat ulama mazhab, kita boleh memilih salah satunya dan tidak dilarang untuk berpindah mazhab.

Mengikuti ulama yang  berkompeten adalah usaha untuk tetap memeluk agama dengan benar. Ulama yang selalu memelihara peraturan Allah, mengerjakan syari’at Rasulullah. Mereka juga dapat menerangkan hukum-hukum Allah, dan menjadi penolong agama-Nya. Maka bagi orang awam diperintah untuk mengikutinya, dan tidak boleh untuk menjauhi dan memusuhinya. Dengan mengikutinya kita akan memperoleh jalan yang lurus yang bisa menyelamatkan kita, baik di dunia maupun akhirat,

Bermazhab adalah cara atau sikap dalam beragama. Bermazhab mengikuti cara beragama ulama-ulama yang sudah terkualifikasi untuk berijtihad. Ulama ini tidak perlu diragukan lagi, karena menggali hukum dari al-Qur’an dan as-Sunnah tentu tidaklah mudah.

 

Baik, itu tadi sekilas resensi dari kitab ULAMA’UL MUJADDIDUN , yang bisa kami bagikan. Semoga apa yang sudah dibagikan dan sampaikan bisa bermanfaat, dan kita bisa mengambil pelajaran darinya.

 

IDENTITAS KITAB:

Judul Kitab  :  ULAMA’UL MUJADDIDUN (PDF)

Tebal            :   58 halaman (PDF)

 

Sumber: Kitab Islam Lengkap

Lihat Kitab

Kitab - Tuhfatuth Thullab

Kitab singkat dari kitab yang judul lengkapnya adalah “Tuhfah al-Thullab bi Syarh Tahrir Tanqih al-Lubab ”.
Karya Syaikh al-Islam, al-Qadhi Zaynuddin Abu Yahya Zakariya bin Muhammad bin Ahmad al-Anshari al-Sunaiki al-Mishri (823-926H). Kitab ini adalah huraian (syarah) Syaikh al-Islam Zakariyya al-Anshari atas kitab yang beliau karang sendiri yaitu kitab “Tahrir Tanqih al-Lubab”.

Oleh sebab itu, kitab Tuhfah al-Thullab ini lebih dikenali dan populer sebagai kitab Syarh al-Tahrir. Adapun Kitab Tahrir Tanqih al-Lubab itu sendiri adalah ringkasan (mukhtashar) dari Kitab Tanqih al-Lubab karya al-Imam Waliyuddin Abu Zur’ah Ahmad bin al-Hafizh Abdul Rahim al-‘Iraqi (762-826H ).
Kitab Tanqih al-Lubab itu adalah sebuah kitab ringkasan terhadap kitab karya Imam Abu al-Hasan Ahmad bin Muhammad bin Ahmad al-Dhabi al-Mahamili al-Syafi’i (368-415H ) yang berjudul al-Lubab fi al-Fiqh al-Syafi’i.

Secara garis besar kitab ini membahas secara luas tentang hukum hukum fiqh dalam madzhab Syafi’i, dimulai dari thoharoh, wudlu, dan seterusnya seperti kitab fiqh pada umumnya. Kitab terdiri dari  311 halaman dan setiap pembahasan ditandai dengan istilah bab sebagai pembagian besar dan pasal sebagai pembagian yang lebih kecil. ditulis dalam bahasa arab dan menggunakan bahasa sederhana, selain itu kealiman pengarangnya yang  masyhur mengangkat kedudukan kitab ini yang membuat karyanya ini banyak dikaji di kalangan umat muslim.
Di samping mensyarah Kitab Tahrir Tanqih Al Lubab, Syaikh al-Islam meringkas juga kitab al-Tahrirnya tersebut dengan kitab lain yang berjudul al-Taysir.
Kitab al-Taysir ini sebagai sebuah ringkasan kitab al-Tahrir, disusun dalam bentuk nazam.

Baik, itu tadi sekilas resensi dari kitab TUHFATUTH THULLAB , yang bisa kami bagikan. Semoga apa yang sudah dibagikan dan sampaikan bisa bermanfaat, dan kita bisa mengambil pelajaran darinya.

 

IDENTITAS KITAB:

Judul Kitab  :  TUHFATUTH THULLAB (PDF)

Tebal            :   311 halaman (PDF)

 

Sumber: Kitab Islam Lengkap

Lihat Kitab

Kitab - Tibyan fi Hamalatil Qur'an

Menjelaskan perihal Al-Qur’an yang penting untuk umat muslim ketahui At-Tibyan (artinya: penjelasan).
Kitab ini membahas tentang adab seorang muslim saat berinteraksi dengan Kalamullah Al-Qur’an.
Karya ulama yang masyhur kealimannya yaitu Imam Abu Zakariyyah Muhyiddin Yahya bin Syarafuddin an- Nawawi atau lebih dikenal dengan Imam Nawawi.

Secara keseluruhan kitab ini membahas tentang tata cara umat muslim dalam menghormati  dan memuliaan Al-Qur’an, termasuk didalamnya adab dalam membaca, mempelajari, menghafal dan mengajarkan Al-Qur’an. Kitab  yang paling masyhur dan banyak dikaji di pesantren-pesantren.
Selain at-Tibyan karya an-Nawawi, ada kitab-kitab lain yang juga menggunakan kata at-Tibyan sebagai judul utamanya.
Di antaranya:
 1. At-Tibyan fi Syarhi Akhlaqi Hamalatil Qur’an karya Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al-Badr (Salafi).

 2. At Tibyan Fii Mutasyabihatil Quran (Mushaf al-Qur’an) disusun oleh Yasir Muhammad Mursi Bayyumi.

 3. At-Tibyan fi I’rabil Qur’an karya seorang ulama tunanetra, Syekh Abul Baqa’ Abdillah al-‘Ukbari al-Hanafi.

 4. At-Tibyan fi Aqsamil Qur’an/ At-Tibyan fi Aimanil Qur’an (berisi kajian tentang sumpah-sumpah yang ada dalam al-Qur’an) karya Ibnu Qayyim al-Jauziyah.

 5. At-Tibyan di Tafsiril Qur’an (kategori tafsir sastra bermadzhab Syi’ah sebanyak 10 Jilid) karya Abu Ja’far Muhammad ibn al-Hasan ibn ‘Ali ath-Thusi asy-Syi’i.

 6. At-Tibyan fi ‘Ulumil Qur’an karya Syekh Muhammad Ali ash-Shabuni.

 7. At-Tibyan li Badi’atil Bayan (berisi kumpulan biografi ulama hadits) karya Syekh Ibnu Nashiruddin ad-Dimasyqi.

 8. At-Tibyan fin-Nahyi ‘an Muqatha’atil Arham wal Aqarib wal Ikhwan (risalah ringkas berisi kajian tentang larangan memutus persaudaraan, kekerabatan, dan pertemanan) karya Pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asy’ari.

Penamaan at-Tibyan diinspirasi oleh kata yang terdapat dalam QS. an-Nahl: 89, تبيانا لكلّ شيئ, yang berarti bahwa Al-Qur’an merupakan penjelasan atas segala sesuatu.
Kembali kepada at-Tibyan karya Imam Nawawi, secara garis besar kitab ini menjelaskan bagaimana semestinya adab kita dalam memuliakan Al-Qur’an.
Kitab ini terdiri dari sepuluh Bab:
Bab I menjelaskan keutamaan membaca dan menghafal Al-Qur’an.

Bab II  menjelaskan keutamaan pembaca Al-Qur’an.

Bab III menjelaskan cara memuliakan ahli Al-Qur’an dan larangan menyakitinya.

Bab IV menjelaskan adab-adab pengajar dan orang yang belajar Al-Qur’an.

Bab V menjelaskan adab dan panduan menghafal Al-Qur’an.

Bab VI menjelaskan adab membaca Al-Qur’an.

Bab VII menjelaskan adab manusia dalam berinteraksi dengan Al-Qur’an.

Bab VIII menjelaskan ayat dan surat yang dianjurkan membacanya pada waktu atau keadaan tertentu.

Bab IX menjelaskan penulisan Al-Qur’an dan pemuliaan terhadap mushaf.

Bab X menjelaskan makna lafal atau istilah asing/sulit yang ada dalam kitab at-Tibyan. Dari bab I sampai bab IX terdapat kata-kata yang diberi semacam footnote, nah di bab inilah kata-kata tersebut dijelaskan maknanya.

Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar yang dirurunkan kepada nabiiyyuna Muhammad SAW, yang Allah jadikan sebagai bukti kebesarannya. Al-Qur’an tidak akan usang dimakan zaman dan kebenarannya tidak akan diragukan. Sehingga sebaik baik manusia adalah orang yang menjaganya, sebagaimana hadits sahih yang dirwayatkan Ustman bin Affan dalam kitab bukhori “Sebaik baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”.

Baik, itu tadi sekilas resensi dari kitab TIBYAN FI HALAMATIL QUR’AN, yang bisa kami bagikan. Semoga apa yang sudah dibagikan dan sampaikan bisa bermanfaat, dan kita bisa mengambil pelajaran darinya.

 

IDENTITAS KITAB:

Judul Kitab  :  TIBYAN FI HALAMATIL QUR’AN (PDF)

Tebal            :   247 halaman (PDF)

 

Sumber: Kitab Islam Lengkap

Lihat Kitab

Kitab - Tibbun Nabawi Ibnul Qoyyim

Kitab  karya dari Syaikh Ibnu Qoyyim al Jauziyyah.
Ibnu Qayyim pada tahun 1300-an menulis karya yang penting dalam aspek thibbun nabawi, yang berjudul Ath-Thibbun Nabawi yang berisi 277 bab. Beliau membahas beragam perawatan sesuai petunjuk Rosulullah SAW, juga bertalian dengan kebaikan budi pekertinya, malpraktik dan pentingnya kompetensi dari seorang dokter. Kebaikan budi pekerti di dalam babak pengobatan terus mempunyai kedudukan penting di dalam pengobatan Islami.
Ulama lainnya, seperti As-Suyuthi juga mempunyai dua buah kitab tentang thibbun Nabawi, juga Imam Adz-Dzahabi (w. 1348 M)

Hakikat ilmu kedokteran Nabi adalah wahyu dan ilham, sehingga mengandung unsur pengobatan terhadap banyak penyakit yang belum bisa di ungkap oleh otak para pakar ilmu kedokteran terhebat sekalipun, dan juga belum bisa di capai oleh pengetahuan, eksperimen dan analogi mereka, yakni pengobatan penyakit hati dan penyakit ruhani, memperkuat ketahanan jiwa, rasa bersandar dan tawakkal kepada Allah, dan berpulang kepada hukum-Nya.

Setiap penyakit itu mempunyai obatnya, seperti hadits Rasulullah SAW yang artinya:
“Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia turunkan bagi penyakit itu obatnya.” (HR. Bukhari no. 5678 dan Muslim, dari Sisa dari pembakaran Hurairah)”

Secara keseluruhan kitab ini membahas pengobatan secara islami yang bersumber dari Al Qur’an dan As Sunnah yang sahih. Musonnif mengatakan jika masih bisa disembuhkan secara sederhana maka jangan mengkonsumsi obat (kimiawi) karena sesungguhnya setiap penyakit tertentu dapat ditolak dengan makanan tertentu beserta cara pencegahannya.

Thibbun Nabawi merujuk pada sikap yang dibuat dan perkataan (hadits) Nabi Muhammad mengenai penyakit, pengobatan, dan kebersihan, maupun genre tulisan oleh para sarjana non-medis bagi mengumpulkan dan menjelaskan tradisi-tradisi tersebut. Istilah Thibbun Nabawi ini dimunculkan oleh para dokter muslim sekitar ratus tahun ke-13 M bagi menunjukkan ilmu-ilmu kedokteran yang berada dalam bingkai keimanan pada Allah, sehingga terjaga dari kesyirikan, takhayul dan khurafat.

Baik, itu tadi sekilas resensi dari kitab TIBBUN NABAWI, yang bisa kami bagikan. Semoga apa yang sudah dibagikan dan sampaikan bisa bermanfaat, dan kita bisa mengambil pelajaran darinya.

 

IDENTITAS KITAB:

Judul Kitab  :  TIBBUN NABAWI (PDF)

Tebal            :   495 halaman (PDF)

 

Sumber: Kitab Islam Lengkap

Lihat Kitab

Kitab - Tasywiqul Khilan

KH Muhammad Maksum bin Salim  seorang ulama asal Indonesia yang unggul dalam dalam keilmuannya.  Salah satu karyanya yang banyak dikaji di kalangan masyarakat kitab Tasywiqul Khillan, kitab ini merupakan hasyiyah (catatan Panjang) dari kitab Mukhtashor Jiddan syarah dari kitab Jurumiyyah karya Sayyid Zaini dahlan guru besar dan salah seorang Mufti Syafi’iyah abad 19 M di Mekkah. KH Muhammad Makshum menyelesaikan kitabnya pada Jumadil Akhir 1303 H/1886 M Semarang. Meskipun begitu, karya yang berjumlah 222 halaman baru dicetak 54 tahun kemudian oleh penerbit Al-Maktabah Al-Ilmiyah pada Dzulqa‘dah 1358 H yang bertepatan dengan Januari 1940 M. Sebelum masuk cetak, Tasywiqul Khillan dibaca kembali oleh salah seorang guru besar Universitas Al-Azhar Ahmad Sa’ad Ali.

Sebagaimana kitab matannya, secara keseluruhan kitab ini membahas tentang ilmu nahwu dengan penjabaran yang lebih luas. Kitab disusun dalam naskah arab dengan menuliskan catatan matannya kemudian penjabarannya, diantara pembahasan yang beliau tulis adalah urain tentang kalimat Bismillahirrahmanirrahim dengan tujuan menjabarkan I’rab yang benar dan mengambil barakahnya.
Menulis kitab adalah tradisi pelestarian keilmuan yang sudah dilakukan para ulama sejak zaman dahulu hingg saat ini. Kitab merupakan representasi keilmuan pengarang agar dapat dibaca,dipahami dan dipelajari banyak orang, disisi lain sebagai ulama juga bertugas memahamkan umat ajaran yang benar, sehingga dengan adanya kitab yang bersumber dari ahlinya menjadi sangat penting dan berpengaruh.

Baik, itu tadi sekilas resensi dari kitab TASYWIQUL KHILLAN, yang bisa kami bagikan. Semoga apa yang sudah dibagikan dan sampaikan bisa bermanfaat, dan kita bisa mengambil pelajaran darinya.

 

IDENTITAS KITAB:

Judul Kitab  :  TASYWIQUL KHILLAN (PDF)

Tebal            :   208 halaman (PDF)

 

Sumber: Kitab Islam Lengkap

Lihat Kitab

Kitab - Tashilus Salik Arab

“Tashilus Salik fi Tarjamati Alfiyyah Ibni Malik”, Karya Ulama Nusantara atas Alfiyyah Ibnu Malik ditulis oleh KH Muhammad Aniq Muhammadun, Pengasuh Pondok Pesantren Mamba’ul Ulum Pakis Tayu Pati, yang menjadi Rais Syuriyyah PCNU Kabupaten Pati, ahli di bidang Fiqh, Ushul Fiqh dan Ilmu Nahwu-Sharaf.
Kyai Aniq adalah putra KH Muhammadun Pondowan Tayu Pati, seorang ulama pakar Ilmu Nahwu asal Jawa, yang konon dijuluki oleh Sayyid Muhammad Alawi al-Makki sebagai Sibawaih Jawa.
Perlu diketahui, bahwa di Pati ada tiga Kyai Muhammadun yang masyhur, yang terkadang banyak orang salah faham dan salah sebut, yaitu:
Kyai Muhammadun Pondowan Abah dari Kyai Aniq Muhammadun, Kyai Muhammadun Kajen Abah dari Kyai Junaidi Muhammadun, Kyai Muhammadun Runting Abah dari Kyai Arsyad Muhammadun.

Kepakaran Kyai Aniq Muhammadun di dalam disiplin ilmu Nahwu dapat terbaca melalui karya beliau “Tashilus Salik fi Tarjamati Alfiyyah Ibni Malik”. Di dalam kitab ini, Kiai Aniq berusaha untuk menerjemahkan dan menjelaskan bait-bait alfiyyah secara gamblang, dan melengkapinya dengan catatan-catatan ta’liqat yang bersumber dari kitab-kitab babon Kajian Ilmu Nahwu, seperti:

– Syarah Ibnu ‘Aqil karya Syekh Baha’uddin Abdullah Ibnu ‘Aqil,

– Hasyiyah Khudhari ‘ala Ibni ‘Aqil ‘ala Alfiyyah Ibni Malik

– Hasyiyah Ash-Shabban ‘ala Syarah Al-Asymuni ‘ala Alfiyyah Ibni Malik

– Hasyiyah Ibni Hamdun ‘ala Syarah Makudi, dan lain-lain

Kyai Aniq menyebut bahwa Kitab Tashilus Salik ini sebagai Terjemah Alfiyyah Ibnu Malik. Tetapi, penulis berpendapat bahwa Kitab ini sangat pantas untuk disebut sebagai Syarah atas Kitab Alfiyyah Ibnu Malik, bukan sekedar terjemah. Karena, Kitab ini berupaya menjelaskan nadzam-nadzam Alfiyyah secara detail, memberikan contoh-contoh dan catatan-catatan kaki yang bersumber dari referensi inti Kajian Ilmu Nahwu.

Penulisan Kitab Tashilus Salik fi Tarjamati Alfiyyah Ibnu Malik oleh Kyai Aniq Muhammadun  menggunakan Aksara Pegon, yakni huruf Arab yang digunakan untuk menuliskan bahasa-bahasa daerah di Nusantara seperti: Jawa, Madura, Sunda, menunjukkan bahwa Kyai Aniq berupaya untuk melestarikan tradisi Ulama Nusantara dalam merawat aksara Pegon. Utamanya, dalam merawat tradisi pemaknaan atas teks-teks keagamaan (an-nushush ad-diniyyah) dengan menggunakan makna pegon atau makna jinggotan. Makna pegon membaca teks bukan sekedar kata per kata, melainkan secara menyeluruh, baik melalui sudut pandang Mu’jamiy (leksikal), Tarkibiy (sintaksis), maupun Siyaqiy (kontekstual). Tidak sekedar memaknai kata berdasarkan makna leksikal saja, tetapi juga memaknai kata sampai pada tataran struktural dan fungsi sebuah kata menjadi apa dalam sebuah kalimat. Apakah itu menjadi Mubtada’ yang melahirkan makna “Utawi”, ataukah Khabar yang melahirkan makna “Iku”, ataukah Fa’il yang melahirkan makna “Sapa atau Apa”, dan yang lain-lain. Bahkan tak jarang pula, pembacaan atas teks bisa sampai pada tataran kontekstual.

Baik, itu tadi sekilas resensi dari kita Tashilus Salik, yang bisa kami bagikan. Semoga apa yang sudah dibagikan dan sampaikan bisa bermanfaat, dan kita bisa mengambil pelajaran darinya.

 

IDENTITAS KITAB:
Judul Kitab  :  TASHILUS SALIK (PDF)
Tebal            :   313 halaman (PDF)

 

Sumber: Kitab Islam Lengkap

Lihat Kitab