Indeks Kitab

Kitab - Is'adur Rofiq Wa Bughyatus Sidhiq

Kitab fan Tasawuf  yang menguak ajaran-ajaran kerohanian  karya Syaikh Muhammad bin Salim bin Sa’id Babashil as Syafi’i. Seorang Ulama` terkemuka juga ahli fatwa bermadzhab Syafi’i ahli dalam bidang tasawuf

Karya besar ini merupakan syarh (kitab penjelas) kitab Sulamut Taufiq karya Habib Abdulloh bin Husain bin Thohir bin Muhammad bin Hasyim Ba’alawiy.
Salah satu kitab masyhur di bidang fiqh taswauf. Kitab Is’adur Rofiq secara garis besar memuat keterangan yang sama dengan kitab asalnya, namun oleh penulis dilengkapi dengan penjelasan yang luas dan lebih kompleks serta diberikan keterangan tambahan yang sangat penting khususnya dalam bidang tasawuf.
Kitab ini terdiri dari dua juz setiap juznya memuat 100 halaman lebih jadi total ada sekitar 200 an halaman.

Pada juz awal di bagian pertama penulis menjelaskan tentang keimanan dan tauhid khususnya tentang kewajiban-kewajiban orang mukallaf, ke Tuhanan dan ke Nabian. Di bagian selanjutnya penulis menjabarkan keterangan tentang hukum-hukum fiqih khususnya bab ubudiyyah tentunya dengan menggunakan sudut pandang ilmu tasawuf. Pada bagian akhir jus satu penulis mengakhiri pembahasan dengan bab nafaqah. Pada jus dua penulis lebih fokus memberikan penjelasan tentang kerohanian.

Pada bagian ini pembahasan dimulai dengan bab kepatuhan hati dan tatacara amal bathiniyah. Mulai dari amal yang baik seperti keyaqinan, keikhlasan, berbaik sangka, ridho dan lain-lain, juga penyakit-penyakit hati seperti iri, dengki, sombong, bangga diri dan lain-lain. Di samping itu penulis juga menjelaskan berbagai macam kemaksiatan anggota badan dan tentunya dilengkapi dengan cara mengobatinya. Pada juz dua ini penulis mengakhiri pembahasan dengan pembahasan tentang taubat juga berbagai macam dzikir dan do’a dilengkapi dengan tatacara dan adabnya.

Terimakasih telah membaca Kitab Is'adur Rofiq Wa Bughyatus Sidhiq,  di web https://www.laduni.id/kitab, semoga kitab ini bisa memberikan manfaat untuk kita semua.
 Aamiin ya rabbal 'aalamiin

 

IDENTITAS KITAB

             
               

 

JUDUL                  

:

 Kitab Is'adur Rofiq Wa Bughyatus Sidhiq (PDF)

 

PENULIS              

:

Syaikh Muhammad bin Salim bin Sa’id Babashil as Syafi’i

 

 

PENERJEMAH   

:

------------

     

 

PENERBIT           

:

 

   

 

TAHUN                

:

---- M / -----H

       

 

Tebal                  

:

221 halaman (PDF)

       

 

                         

 

 

Sumber : Kitab Islam Lengkap

Lihat Kitab

Kitab Al - Iqna' Fi Halli Alfadz Abi Syuja'

AL- IQNA' FI ALFADZ ABI SUJA' kitab fan Fiqh Ditulis oleh Syamsuddin Muhammad bin Ahmad Asy-Syarbini Al-Khatib (w. 977 H).
Sesuai dengan nama kitabnya, penulis mencoba memberikan penjelasan secara lebih luas tentang hukum-hukum fiqih dari kitab fiqih yang lebih ringkas keterangannya.

Dalam kitabnya al-Iqna fi Halli Alfadz Abi Syuja’, beliau menjelaskan tentang hari jumat. Beliau menyatakan tentang sedekah hari jumat,

ويسن كثرة الصدقة وفعل الخير في يومها وليلتها، ويكثر من الصلاة على رسول الله صلى الله عليه وسلم في يومها وليلتها لخبر: إن من أفضل أيامكم يوم الجمعة، فأكثروا علي من الصلاة فيه، فإن صلاتكم معروضة علي

Dianjurkan memperbanyak sedekah dan beramal soleh di hari jumat atau malam jumat. Memperbanyak shalawat untuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam di malam atau siang hari jumat. Berdasarkan hadis: “Sesungguhnya hari yang paling afdhal adalah hari jumat. Karena itu, perbanyaklah membaca shalawat untukku. Karena shalawat kalian diperlihatan kepadaku.” (al-Iqna’, 1/170)
 
Kitab Iqna’ sendiri merupakan kitab penjelas kitab mungil tentang fiqih yang sering dikenal dengan nama kitab Taqrib, karangan Syaikh Abi Syuja’. Sebagaimana kitab asalnya, kitab ini tentunya tidak jauh beda isi kandungannya. Yakni meliputi pembahasan Ubudiyyah, Munakahah, Mu’amlah, dan Jinayah.
Tentunya pembahasanya sangat meluas dilengkapi dengan berbagai dalil baik naqli (Al qur`an & Hadist) dan dalil aqli (rasionalitas). Yang membedakan adalah penjelasan dan penjabarannya, bahkan sampai terbagi menjadi 3 Juz. Kitab ini memuat sekitar 1700 an halaman.

Pada juz 1 penulis membahas tuntas tentang Thoharoh (bersuci) & Sholat.
Kemudian pada juz 2 diawali pembahasan tentang Zakat dan diakhiri dengan bab Nikah.
Selanjutnya pada juz 3 diawali dengan pembahasan tentang Hukum Pidana dan ditutup dengan bab ithqi (Pembebasan budak).

Nama lengkap kitab “Al-Iqna’” (الإقناع) adalah “Al-Iqna’ fi Halli Alfadz Abi Syuja’” (الاقناع في حل ألفاظ أبي شجاع). Lafaz “iqna’” adalah mashdar “aqna’a” yang bermakna “memuaskan”. Jadi, dengan judul itu, pengarang memaksudkan agar orang yang membaca sudah merasa cukup dan puas dengan penjelasan yang ada di dalamnya sehingga tidak perlu bertanya-tanya lagi terkait memahami kalimat-kalimat yang terdapat pada “Matan Abu Syuja’”.

“Al-Iqna’ adalah kitab fikih bermazhab Asy-Syafi’i yang merupakan syarah untuk kitab “Matan Abu Syuja’”. Dari sisi posisinya sebagai syarah, kedudukannya seperti kitab “Fathu Al-Qorib” karya Ibnu Al-Ghorobili/Ibnu Qosim Al-Ghozzi, “Kifayatu Al-Akhyar” karya Al-Hishni, “Tuhfatu Al-Labib” karya Ibnu Daqiqi Al-‘Id, “An-Nihayah” karya Waliyyuddion Al-Bashir dan semisalnya. Hanya saja, kitab “Al-Iqna’” bisa digolongkan syarah panjang (“muthowwal”) meskipun juga tidak terlalu panjang lebar. Kitab “Al-Iqna’” tidak seringkas “Fathu Al-Qorib” atau pertengahan seperti “Kifayatu Al-Akhyar”. Al-Ghozzi menyebutnya sebagai “syarhun muthowwalun hafil” (syarah panjang nan padat)

Motivasi penulisan “Al-Iqna’” adalah atas permintaan kawan-kawan dan murid-murid Asy-Syirbini yang sering mengkaji ilmu bersama beliau. Asy-Syirbini diminta agar berkenan membuat syarah untuk “Matan Abu Syuja’” yang bisa mengurai ungkapan-ungkapan yang sulit dan samar, disertai penjelasan “fawaid fiqhiyyah”, penjelasan ushul fikih, dan pembahasan soal-soal fikih aktual sebagaimana yang ditulis oleh Asy-Syirbini dalam syarah “At-Tanbih”, syarah “Minhaj Ath-Tholibin” dan syarah “Al-Bahjah”. Setelah Asy-Syirbini beristikhoroh beberapa waktu dan salat di dekat makam imam Asy-Syafi’i lalu merasakan dada telah menjadi lapang, barulah beliau memulai menulis “Al-Iqna’” ini.

Sasaran kitab ini sebagaimana ditulis oleh Asy-Syirbini adalah muqoddimahnya adalah untuk para pelajar pemula dan pertengahan. Untuk pelajar pemula diharapkan sudah cukup berpegang kitab ini jika ingin menguasai fikih mazhab Asy-Syafi’i, sementara untuk pelajar pertengahan diharapkan sudah cukup merujuk padanya jika ingin mengajarkan pada orang lain.

Baik, itu tadi sekilas resensi dari kitab Al-Iqna’ fi Halli Alfadz Abi Syuja’, yang bisa kami bagikan. Semoga apa yang sudah dibagikan dan sampaikan bisa bermanfaat.

 

IDENTITAS KITAB:
Judul Kitab : Al- Iqna' Fi Halli Alfadz Abi Syuja' (PDF)
Tebal           : 1711 halaman (PDF)

Sumber : Kitab Islam Lengkap

Lihat Kitab

Kitab - Inarotud Duja fi Maghazi

INAROTUD DUJA FI MAGHAZI kitab tentang fan Sejarah, lebih tepatnya tentang perjalanan Jihad Nabi Muhammad SAW.
Karya agung seorang ulama Imam Hadist yang ahli ushul fiqh bernama Syaikh Hasan Muhammad Masath. Penulis lahir di kota Makkah pada tahun 1317 H.

Khusus membahas sejarah peperangan yang pernah terjadi pada zaman Nabi Muhammad SAW.
Kitab ini sangat tebal sekali memuat sekitar 800 an halaman di mana kitab ini merupakan kitab Syarh (penjelas) sebuah karya nadlom kitab yang berjudul ‘Amuudun Nasab karangan Syaikh Ahmad bin Amin al Alawiy as Syanqitiy.
Dalam kitab ini penulis membagi pembahasan menjadi dua bagian, yaitu bagian pertama berupa pembukaan membahas tentang biografi penulis, metode penjelasan yang digunakan penulis serta keistimewaan penjelasan yang ada. Pada bagian kedua penulis menjabarkan secara terperinci syarh (penjelasan) dari nadlom kitab ‘Amuudun Nasab serta penjelasan tentang perang-perang yang terjadi pada Nabi SAW.

Tepatnya ada sekitar 30 Peperangan  penulis jabarkan dalam kitab dengan penjelasan yang terperinci di setiap peristiwa perang. Lebih menariknya lagi penulis juga menjabarkan sebab terjadinya peperangan serta sejarahnya di setiap peristiwa perang. Di samping itu penulis juga menambahkan berbagai peristiwa penting ketika peperangan terjadi begitu pula sebelum dan sesudah peperangan. Tentunya hal itu sangat penting dalam perkembangan hukum syariat islam khususnya dalam bidang fiqih. Sehingga selain memuat sejarah kitab ini juga banyak memuat berbagai hukum fiqih. Pada bagian akhir penulis juga menambahkan catatan-catatan penting serta penutup kitab yang memuat ringkasan sejarah peristiwa yang terjadi pada masa kelahiran Nabi SAW sampai hari wafatnya.

Baik, itu tadi sekilas resensi dari kitab Inarotud Duja Fi Maghazi, yang bisa kami bagikan. Semoga apa yang sudah dibagikan dan sampaikan bisa bermanfaat.

 

IDENTITAS KITAB:
Judul Kitab : Inarotud Duja Fi Maghazi (PDF)
Tebal           : 834 halaman (PDF)

 

Sumber : Kitab Islam Lengkap

 

 

Lihat Kitab

Kitab - Juz`un Fiihi Ma Intaqo Abu Bakar Ahmad Bin Musa Bin Mardawaih

JUZ'UN FIIHI MA INTAQO ABU BAKAR AHMAD BIN MUSA BIN MARDAWIH (IBNU MARDAWAIH)  fan Hadist.
Kitab ini disusun oleh seorang ulama` ahli hadist yang Bernama Al Hafidz Abu Bakar Ahmad bin Muhammad bin Abi Bakar Musa bin Mardawaih (lahir 323 - wafat 410 hijriah). Kitab yang berisi beribu hadist yang berasal dari hadist-hadist yang dikumpulkan oleh al Hafidz Abi Qosim Sulaiman bin Ahmad bin Ayyub at Thobroniy (W. 360 H).

Kitab ini birisi banyak hadist lengkap dengan sanadnya. Hadist-hadist dalam kitab ini merupakan berbagai hadist yang disampaikan oleh al Hafidz at Thobroniy kepada penduduk Bashroh. Matan dan sanad hadist ditulis dalam setiap halamannya disertai catatan kaki yang cukup panjang serta beberapa penjelasan kata-kata yang asing ditambah dengan sumber referensi dari berbagai kitab hadist lain yang mu’tabar. Jumlah keseluruhan hadist sekitar 170 lebih hadist dengan diulang-ulang penulisannya karena beda proses sanadnya.

Dalam pembukaan kitab penulis menambahkan biografi singkat Imam al Hafidz at Thobroniy, Imam al Hafidz Abu Bakar Ahmad bin Mardawah, juga beberapa ulama ahli hadist lain. Selain itu penulis juga menambahkan keterangan tentang kriteria hadist yang tahqiq (benar/nyata) juga metode pen-tahqiq¬-an hadist. Secara garis besar hadist di dalam kitab ini di bagi dua bagian yakni hadist yang disandarkan pada penulis dan hadist yang disandarkan pada editornya.
Di bagian akhir penulis menambahkan keterangan tentang guru-guru Syaikh Imam at Thobroniy.

Baik, itu tadi sekilas resensi dari Kitab Juz`un Fiihi Ma Intaqo Abu Bakar Ahmad Bin Musa Bin Mardawaih, yang bisa kami bagikan. Semoga apa yang sudah dibagikan dan sampaikan bisa bermanfaat.

 

 

IDENTITAS KITAB:
Judul Kitab : Juz'un Fiihi Ma Intaqo Abu Bakar Ahmad Bin Musa Bin Mardawaih (PDF)
Tebal           : 432 halaman (PDF)

 

Sumber : Kitab Islam Lengkap

 

Lihat Kitab

Kitab - Hushunul Hamidiyyah

HUSHUNUL  HAMIDIYYAH kitab yang menjelaskan tentang Aqidah, tepatnya membahas tentang Tauhid.
Kitab ini disusun oleh seorang Ulama Mesir ahli ilmu kalam yang bernama As Sayyid As Syaikh Husain Afandi al Jisr at Torobalisi.

Secara garis besar kitab ini memuat 3 bagian besar pembahasan, yakni muqoddimah (pembukaan), isi dan penutup.
Dalam muqodimah-nya penulis menjelaskan tentang dasar aqidah agama Islam yang dijelaskan dalam 4 pembahasan.
Yakni meliputi pembahasan tentang ilmu tauhid, hakikat iman dan islam, penjelasan tentang sesuatu yang bisa menafikan keimanan, dan pembahasan tentang sifat wajib jaiz dan muhal.

Dalam kitab ini, aqidah yang harus dipegang oleh seorang muslim meliputi hal-hal sebagai berikut : 

Pertama: Definisi Ilmu Tauhid, keutamaan, dan kewajiban mempelajarinya. Ilmu tauhid adalah ilmu yang membahas tentang ketetapan kepercayaan/ aqidah agama dengan dalil yang yakin. Buahnya ialah mengenal sifat-sifat Allah ta’ala dan para utusanNya dengan bukti-bukti yang pasti, dan memperoleh kebahagian yang abadi.

Kedua: Hakikat Iman dan Islam. Iman adalah membenarkan bahwa Nabi Muhammad itu adalah utusan Allah dan membenarkan apa saja yang dibawa oleh yang diketahui datangnya dari nabi secara dharuri. Yaitu percaya akan kebenaran Muhammad saw dengan kepercayaan yang kokoh terhadap apa saja yang di bawa oleh Muhammad dari Allah ta’ala dan diketahui datangnya dari Nabi dengan yakin dan kepercayaan tersebut disertai ketetapan hati. Misalnya iman kepada Allah ta’ala, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya, hari akhir, qadla dan qadar, difardlukannya sholat, dan seluruh ibadah-ibadah lainnya membunuh dengan aniaya terhadap jiwa yang terjaga, haramnya zina dan sebagainya.

Islam adalah tunduk dan patuh zhahir-batin terhadap apa saja yang satu dan lainnya tidak dapat terlepas. Maka setiap mu’min adalah muslim dan setiap muslim adalah mu’min. Karena setiap orang yang membenarkan kebenaran Rasul, wajiblah ia tunduk terhadap hal-hal yang di bawa oleh beliau; dan setiap orang yang tunduk itupun wajib untuk membenarkan beliau.

Ketiga: Hal-hal yang menghapus dan membatalkan Keimanan. Islam melalui Al Qur’an yang mulia, melarang dan mengingatkan hal-hal yang dapat membatalkan keimanan: orang yang melakukannya dihukumi kafir, walaupun dalam hatinya membenarkan dan patuh terhadap apa-apa yang dibawa oleh Rasul saw, hal-hal itu misalnya mengucapkan kata-kata kafir dan sebagainya.

Keempat: Tiga hukum akli yaitu: Wajib, Mustahil dan Jaiz. Pengertian wajib menurut akal ialah: sesuatu yang tidak dapat diterima ketidak adaannya. Misalnya: Satu adalah separoh dari dua, dan adanya Pencipta alam. Perihal satu adalah separoh dari dua dan adanya Pencipta alam, adalah wajib akli. Keduanya tidak dapat diterima akan ketidak adaanya. Tetapi yang pertama itu wajib akli badhi’ (jelas sekali) tidak membutuhkan kepada pembuktian. Yang kedua wajib akli nazhari (pemikiran) yang membutuhkan kepada pembuktian.

Selain keempat hal tersebut, dalam kitab Husunul Hamidiyah juga dijelaskan tentang rukun iman, tetapi penjabaran rukun iman tersebut berbeda dengan urutan atau susunan rukun iman pada umumnya.

Rukun iman yang dipahami oleh mayoritas umat Islam adalah :

  1. Iman Kepada Allah SWT
  2. Iman kepada Malaikat,
  3. Iman kepada Kitab-kitab Allah,
  4. Iman kepada Nabi dan Rasul,
  5. Iman kepada hari kiamat, dan
  6.  Iman kepada Qadla dan Qadar.

Sedangkan rukun iman yang dijabarkan dalam kitab Husunul hamidiyah adalah : (1) iman iman Kepada Allah swt, (2) iman kepada Nabi dan rasul, (3) iman kepada Malaikat, (4) iman kepada Kitab-kitab Allah, (5) iman kepada hari Kiamat, dan (6) iman kepada Qadla dan Qadar.

Perbedaan urutan rukun iman tersebut terdapat pada penempatan iman kepada Malaikat setelah iman kepada kitab dan Rasul. Berbeda dengan urutan rukun iman yang secara umum, menempatkan iman kepada Malaikat setelah iman kepada Allah swt. Adapun lebih jelasnya urutan dan pengertian rukun iman dalam kitab tauhid Husunul Hamidiyah adalah sebagai berikut :

1. Iman kepada Allah Swt

Iman kepada Allah ta’ala ialah agar hamba itu mengetahui dan mempercayai dengan kepercayaan yang kokoh sifat-sifat Wajib, mustahil dan sifat-sifat jaiz-Nya. Seorang hamba seharusnya percaya secara global (ijmal) dengan kepercayaan yang kokoh bahwa wajib bagi Allah ta’ala seluruh sifat-sifat kesempurnaan yang sesuai dengan sifat ketuhanan dan mustahil atas-Nya segala sifat kekurangan. Jaiz bagi Allah ta’ala membuat setiap yang mungkin atau meninggalkan.

2.  Iman Kepada Para Rasul

Rasul (utusan Allah) adalah seorang laki-laki dan merdeka yang diberi wahyu oleh Allah dengan syari’at, dia disuruh untuk menyampaikan wahyu itu kepada mahluk, jika tidak diperintah untuk menyampaikannya maka disebut nabi saja. Iman kepada para Rasul adalah kita percaya bahwa Allah ta’ala mengutus mereka dengan membawa khabar gembira dan peringatan. Mereka dikuatkan dengan mu’jizat yang luar biasa. Dan agar kita mempercayai sesuatu yang wajib, mustahil dan jaiz atas mereka.

3. Iman Kepada Malaikat

Menurut syara’, wajib bagi setiap muslim beriman kepada malaikat, yaitu percaya dengan kepercayaan yang kokoh akan adanya mereka, dan mereka itu adalah hamba Allah yang mu’min kepada-Nya serta mereka itu dimuliakan.

Mereka tidak mendahului-Nya dengan perkataan sedang mereka melaksanakan perintahNya mereka takut kepada Tuhan dan mereka mengerjakan apa yan diperintahkan. Hakikat mereka adalah jisim-jisim halus, yang diberi kemampuan oleh Allah untuk dapat berubah dalam bentuk yang berbeda-beda, tempat tingggal mereka di langit.

4. Iman Kepada Kitab-kitab Allah Swt

Setiap orang Islam wajib beriman kepada kitab-kitab yang diturunkan dari Allah ta’ala kepada para Rasul a.s. Sesungguhnya Allah itu menurunkan kitab-kitab pada para utusan-Nya, dan di dalamnya Allah menjelaskan perintah dan larangan-Nya, janji dan ancaman-Nya. Kitab-kitab yang diturunkan dari Allah yang paling utama adalah Al-Qur’an, kemudian Taurat, Injil, Zabur dan seluruh Kalamullah.

5.  Iman Kepada Qadla dan Qadar

Termasuk hal yang wajib menurut syara’ bagi setiap mukallaf ialah iman kepada qhada’ dan qadhar , sebagaimana kita diperintahkan untuk iman kepada keduanya maka kita telah dilarang untuk mendalami pembahasan keduanya itu.

Qadar adalah ketentuan Allah ta’ala sejak azali terhadap semua makhluk yang mana Allah mewujudkannya dalam batas-batas itu, yaitu baik, buruk, manfaat serta lain sebagainya. Maksudnya yaitu Allah mengetahui dengan azali akan sifat-sifat makhluk. Hal ini kembali kepada sifat ilmu. Qadha’ ialah Allah mewujudkan segala sesuatu sesuai dengan ilmu dan ketentuan-Nya kepada sesuatu itu di zaman azali. Maka jelaslah bahwa qadha’ dan qadar itu kembali kepada hubungan (ta’alluq) sifat ilmu Tuhan yang azali kepada sesuatu dan berbuhungan (ta’alluq) dengan sifat kekuasaan Tuhan kepadanya.

6.  Iman kepada hari Akhir (Kiamat)

Setiap orang Islam wajib beriman kepada hari akhir (hari kemudian) yaitu hari Kiamat.
Mulainya sejak waktu dikumpulkan dan berakhir dengan masuknya penghuni surga ke surga dan penghuni neraka ke neraka.
Yang wajib adalah iman kepada-Nya dan kandungan-Nya sebagaimana wajib iman kepada tanda-tanda yang mendahuluinya yang telah tetap dengan nash-nash syara’, pencabutan nyawa (ruh), perihal kubur dan lain-lain sebagainya.

 

IDENTITAS KITAB:
Judul Kitab : Hushunul Hamidiyyah (PDF)
Tebal           :  215 halaman (PDF)

 

Sumber : Kitab Islam Lengkap

 

 

Lihat Kitab

Kitab - Hikmatut Tasyri' Wa Falsafatuhu

HIKMATUT TASYRI' WA FALSAFATUHU  kitab fan Filsafat.
Sebuah karya besar membahas tentang filsafat agama islam, khususnya membedah tentang bagaimana sebuah syariat agama islam itu diperintahkan.
Kitab ini disusun oleh Ulama Mesir salah satu guru besar Universitas Al Azhar yang bernama Syaikh Ali Ahmad Al Jurjawi.

Kitab ini terdiri dari 2 jus, jus 1 memuat sekitar 200 -an halaman dan jus 2 memuat sekitar 300- an halaman total sekitar 500 halaman. Penulis mencoba mengajak pembaca memahami segala ajaran agama Islam melalui nalar kritis dengan berdasarkan dalil-dalil agama Islam dan juga hukum alam (Sains). Pada jus 1 penulis menjabarkan tentang tujuan serta hikmah adanya ajaran-ajaran Islam yang berkaitan dengan keyaqinan dan penghambaan yakni penjelasan-penjelasan tentang ketauhidan, kenabian, ubudiyah, dll. Kemudian pada jus 2 penulis menjabarkan tujuan serta hikmah adanya perintah atau ajaran yang berhubungan dengan hukum keluarga (pernikahan, nafkah, warisan dll), hukum mu’amalah (transaksional) serta hukum pidana (had, ta’zir, qishos dll). Di samping itu penulis juga menjelaskan berbagai pendapat tokoh dunia tentang suatu tema bahasan tentang hikmah pensyariatan suatu ajaran.

Di antaranya, yang termaktub dalam kitab Hikmatut Tasyri’ wa Falsafatuhu yang ditulis oleh al-Allamah al-Faqih Syaikh Ali bin Ahmad al-Jurjawi al-Atsari al-Hambali (W. 1380 H/1961 M) sebagai berikut:

1. Bersyukur kepada Allah Ta’ala
Ibadah puasa merupakan bentuk syukur kepada Allah. Sebab ibadah secara mutlaq ialah bersyukurnya hamba kepada tuhannya atas kenikmatan yang tidak terhitung.

2. Menjaga Amanah, Tidak Menyianyiakan dan Melalaikannya
Perintah menahan makan, minum, dan apapun yang serupa dengan keduanya, berlaku di siang hari merupakan amanah dari Allah Ta’ala yang menjadi tanggung jawab kita. Amanah yang menuntut kepayahan dan kesulitan yang memang menentang hasrat manusiawi dan melemahkan anggota tubuh. Oleh karenanya, ketika seorang manusia tidak beranjak dari kesendirian dalam kondisi lapar dan haus maka akan berupaya mengisi energi tubuhnya. Keadaan ini membuka kesempatan agar makan dan minum tanpa pengawasan hingga berdampak menghianati amanah dan berhak menerima adzab. Jadi, seharusnya dengan memaksakan diri menahan keperihan, harus berusaha tetap menjaga amanah tersebut, dari pada menerima siksa pedih di akhirat kelak.

3. Menjernihkan Hati dan Membersihkan Jiwa dari Sifat Hewani
Hewan tidak memiliki tujuan kecuali makan, minum dan sesuatu untuk keberlangsungan hidup seperti panganan, air, bersetubuh, dan lainnya. Lalu ketika manusia menahan diri dari hal tersebut maka akan jernih hatinya dan bersih jiwanya dari sifat hewani, lantas naik ketingkatan derajat para malaikat. Sebab hikmah ini pula, manusia akan mengerjakan ibadah lainnya dengan ikhlasnya hati dan jiwa dari noda keraguan.

Bahkan para ahli hikmah, filsuf, orang zuhud, ahli ibadah ketika terkungkung kemalasan dan kejenuhan saat hendak menulis ilmu atau beribadah, mereka menjaga perutnya memperbanyak makanan. Sehingga mereka mampu melakukan apa yang dikehendaki.

4.Terhindar dari Penyakit Berbahaya
Para medis menjabarkan bahwasannya seseorang tidak boleh rakus makan apapun serta melebih-lebihkan makan, sebab dari perut akan menimbulkan penyakit berbahaya. Sebagaimana tertera dalam nash hadist:

المعدة بيت الداء والحمية رأس الدواد

“Perut adalah rumahnya penyakit dan diet merupakan rajanya obat.”
Mereka mengungkapkan: “Barang siapa yang banyak makan, akan banyak minum. Barang siapa yang seperti itu, akan banyak tidur. Barang siapa yang banyak tidur, akan menyianyiakan usia.”

Kita telah melihat para dokter saat mengobati pasien, ialah mengkosongkan bagian dalam perutnya kemudian yang dimasukkan ke dalam perutnya makanan halus seperti susu. Oleh karenanya, puasa dari segi menahan makan dan minum menyehatkan tubuh.

5. Melemahkan Syahwat
Manusia dan hewan memiliki syahwat berhubungan intim yang sulit dicegah —salah satu solusi ialah dengan menikah. Namun ketika seseorang fakir dan belum mampu untuk menikah, khawatir terjerumus perzinahan maka baginya berpuasa hingga lemah syahwatnya. Kanjeng Nabi Muhammad SAW bersabda:

يا معشر الشباب من استطاع منكم الباءة فليتزوج ومن لم يستطع فعليه بالصوم فانه له وجاء

Artinya, “Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian mampu menikah (secara finansial) maka menikahlah, dan yang tidak mampu maka berpuasalah sebab puasa adalah benteng (penawar syahwat).”

6. Bersimpati Kepada Orang Fakir dan Miskin
Manusia ketika berpuasa merasakan kepedihan lapar, maka akan terpancar rasa simpati kepada orang fakir dan miskin yang sulit menemukan sesuap makanan untuk menyambung hidupnya.

Demikianlah hikmah disyariatkannya ibadah puasa yang terangkum dalam kitab Hikmatut Tasyri’ wa Falsafatuhu.
Begitu besar hikmah dari ibadah puasa yang telah Allah Ta’ala perintahkan.

 

IDENTITAS KITAB:
Judul Kitab : Hikmatut Tasyri' Wa Falsafatuhu (PDF)
Tebal           :  515 halaman (PDF)

 

Sumber : Kitab Islam Lengkap

 

Lihat Kitab

Kitab - Hikam Ibnu Athaillah (Matan)

HIKAM IBNU ATHAILLAH ( MATAN ) tentang fan Tasawuf.
Kitab ini merupakan sebuah karya yang disusun oleh ulama yang sangat masyhur dengan derajat ke Waliannya.
Seorang ulama Sufi ahli wira’i dan ahli hukum bernama Syaikh Ahmad bin Athoillah As- Sakandariy.

Kitab cukup mungil hanya memuat sekitar 25 halaman, namun isi kandungan kitab ini sangat tinggi dan penuh dengan makna ajaran tasawuf.
Penulis langsung memberikan gambaran singkat menggunakan bahasa yang sangat padat dan jelas dalam mengungkapkan pesan makna ajaran tasawuf.
Lebih-lebih ungkapan ke-tauhid-an, ke-zuhud-an serta ke-wirai-an penulis yang sangat serat penuh makna. Ungkapan-ungkapannya sangat menarik dan sering dikutip oleh ulama-ulama sufi yang lain.

Syaikh Ibnu Athailah As-Sakandari melalui kitab tasawuf Al-Hikam, memberi peringatan agar seorang mukmin senantiasa memelihara kemampuannya berdzikir.

اِذاَ رَأيْتَ عَبْداً أقاَمهُ اللهُ تعالى بِوُجُودِ الاَورَدِ وَاَدَمَهُ عليهاَ مَعَ طُولَ الامساَدَ فَلاَ تـَسْتحْقِرَنَّ ماَمنَحَهُ مَولاهُ لاَنَّكَ لم تَرَعليهِ سِيماَ العاَرِفِينَ ولاَ بَهْجَةَ المُحِبِّينَ فَلولاَ واَرِدٌ ماكاَنَ وِرْدٌ

"Jika engkau melihat seseorang yang ditetapkan oleh Allah dalam menjaga wiridnya, dan sampai lama tidak juga menerima karunia [keistimewaan] dari Allah (warid), maka jangan engkau rendahkan [remehkan] pemberian Tuhan kepadanya, karena belum terlihat padanya tanda orang arif, atau keindahan orang cinta pada Allah, sebab sekiranya tidak ada warid [karunia Allah], maka tidak mungkin ada wirid."

Penjelasan (Syarah)
Wirid dan warid yang telah diterangkan pada Hikmah 64 disinggung lagi dalam Hikmah 77 ini.
Wirid ialah macam-macamnya ibadah yang dikerjakan oleh hamba, seperti sholat, puasa, dzikir, baca Al-Quran, baca shalawat dan lainnya.
Jadi apabila Anda merendahkan pemberian Allah pada sebagian hamba yang berupa wirid itu berarti  Anda kurang tatakrama pada hamba tersebut.

Hamba Allah yang mendapat keistimewaan dari Allah ada dua macam:

1. Muqarrabin.

2. Abror.

Adapun hamba yang muqarrabin yaitu mereka yang telah dibebaskan dari kepentingan nafsunya, dan ia hanya sibuk menunaikan ibadah dan taat kepada Allah, karena merasa sebagai hamba yang mengharapkan keridhoan Allah semata-mata, dan mereka ini juga yang disebut Arifin, Muhibbin.

Adapun orang Abrar yaitu mereka yang masih merasa banyak kepentingan dunia / nafsu keinginannya, dan mereka juga mengerjakan ibadah kepada Allah, mereka masih menginginkan masuk ke Surga dan selamat dari neraka. Dan mereka yang dinamakan orang Zahid dan Abid.
Dan masing-masing mendapat karunia sendiri-sendiri di dalam tingkat derajatnya yang langsung dari Allah Ta'ala.

Sebenarnya seseorang yang mendapat taufik dan hidayah dari Allah, sehingga dia istiqamah dalam menjalankan suatu wirid [taat ibadah], berarti telah mendapat karunia dan rahmat yang besar sekali, sebab ia telah diberi kunci oleh Allah untuk membuka dan menghasilkan karunia yang lain dan kebesaran Allah.

KESIMPULAN:
1. Muqarrabin adalah orang yang sangat dekat dan intim kepada Allah.
2. Arifin adalah orang yang sangat mengenal Allah.
3. Muhibbin adalah orang yang sangat mencintai Allah melebihi cinta pada dirinya sendiri.
4. Abrar adalah orang yang senang dan senantiasa berbuat kebaikan-kebaikan karena Allah.
5. Zahid adalah orang yang sangat berhati-hati pada keserakahan nafsu, syahwat dan rakus pada harta, jabatan dan kesenangan duniawi.
6. Abid adalah orang yang sangat rajin beribadah kepada Allah.

*) Berdasar kitab, Al-Imam Asy-Syaikh Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Atha'illah As-Sakandari, Kitab Al-Hikam, Pasal 77.

Baik, itu tadi sekilas resensi dari kitab Matnul Hikam, yang bisa kami bagikan. Semoga apa yang sudah dibagikan dan sampaikan bisa bermanfaat.

 

IDENTITAS KITAB:
Judul Kitab : Hikam Ibnu Athaillah (PDF)
Tebal           :  25 halaman (PDF)

Sumber : Kitab Islam Lengkap

 

Lihat Kitab

Kitab Hadist Al Arba'ina - Syaikh Yusuf An-Nabhani

HADIST Al ARBA'INA ARBAI’IN  kitab fan hadist.  Karya Imam ahli sufi Bernama Syaikh Yusuf bin Isma’il an Nabhani.
Seorang ulama yang ahli wirai, ahli ibadah, pemberi fatwa yang lahir di Palestina tepatnya di kota Ijzim (1849-1932 M).
Kitab ini memuat sekitar 1600 hadist, karna terdiri dari 40 bagian yang mana setiap bagiannya terdiri dari 40 hadist.
Kumpulan hadist di dalamnya merupakan hadist-hadist yang tinggi derajatnya dan bersumber dari kitab-kitab hadist mu’tabar.
Seperti kitab Targhib wa Tarhib, Riyadlus Sholihin, Taisirul Wushul dan lain sebagainya.pada setiap hadistnya pasti disebutkan perawi dan asal sanadnya.
Kitab ini cukup tebal, terdiri dari sekitar 370- an halaman.

Di awali dengan bagian pertama berupa 40 hadist Qudsi, bagian kedua tentang hadist Ke Nabian dan tentang ajaran-ajaran serta hukum Islam di bagian selanjutnya,pada bagian akhir penulis menyebutkan 40 hadist dari beberapa Imam besar ahli hadist seperti Imam al Hafidz Al Manduriy dan Imam al Hafidz Ibn Hajar.

Baik, itu tadi sekilas resensi dari kitab Al Arba’ina Arbai’in, yang bisa kami bagikan. Semoga apa yang sudah dibagikan dan sampaikan bisa bermanfaat.

IDENTITAS KITAB:
Judul Kitab : Hadist Al Arba'ina (PDF)
Tebal           :  376 halaman (PDF)

Sumber : Kitab Islam Lengkap

 

Lihat Kitab

Kitab - Dasuqi 'Ala Ummil Barohin

DASUQI 'ALA UMMIL BAROHIN karya Syaikh Muhammad Al-Dasuqi (1230 H.) atas Syarah Ummul Barahin karya Syaikh Muhammad ibn Yusuf as-Sanusi (w. 895 H.) yang merangkum ajaran aqidah menurut metode Abu Al-Hasan Al-Asy'ari.

Kitab ini merupakan sebuah hasyiyah (penjabaran) matan-nya yakni matan al-Aqidah as-Sanusiyah. Dalam kitab ini Syaikh ad-Dusuqi memberikan catatan atas teks-teks tertentu dalam Syarh Ummul Barahin. Dalam kitab ini dibahas berbagai isu dalam ilmu kalam.
Diuraikan juga argumentasi naqli dan aqli atas beberapa materi,dengan pembahasan yang sistematis dan luas, kitab ini layak dijadikan rujukan utama dalam pembahasan ilmu Tauhid Ahlus Sunnah Wal Jamaah dari kalangan Asyariyah,sebagai kitab Tauhid yang ditulis di masa awal kodifikasi keilmuan, kitab ini tidak disusun berdasarkan bab atau sub bab.
Karena itu untuk mempermudah pembaca menelaah isinya. Kitab ini memuat sekitar 276 halaman yang terdiri dari 16 topik utama, meliputi penejelasan makna puji dan syukur, sesuatu yang penting dilakukan bagi orang berakal, penjelasan hukum syariat dan pembagianya,  penjelasan hukum adat, perbedaan rasional dalam hal sebab-sebab adat, pembenaran masalah luka badan sebab gerak atau diam, hukum rasionalitas, penjelasan perkara yang wajib bagi mukallaf secara syara’, perbuatan dholim mustahil bagi Allah SWT, sifat-sifat wajib bagi Allah SWT, dalil-dalil sifat Allah SWT, sifat-sifat wajib bagi Allah SWT, sifat kemanusian yang boleh bagi para Nabi, pembicaraan tentang kalimat Tauhid, dan penjelasan 4 fashl tentang kalimat tauhid serta diawali dengan muqoddimah kitab dan penutup.

Syaikh Muhammad Al-Dasuqi, beliau merupakan seorang tokoh sufi yang sangat terkenal.
Dan beliau juga merupakan pendiri salah satu tarekat sufi bernama thoriqoh Dasuqiyah atau juga dikenal dengan thariqah Burhamiyyah.
Kitab Hasyiah Al-Dasuqi Ala Ummi al-Barahin adalah kitab penjelas atau kitab syarah (syarh) dari kitab ummi al-barahin karangan Imam Sanusi.
Dan kitab dasuki merupakan kitab yang ditulis oleh Syaikh Muhammad Al-Dasuqi.

Sedikit mengenal biografi Syaikh Muhammad Al-Dasuqi.
Beliau memiliki nama lengkap Ibrahim bin Abdul-Aziz Abul-Majdi atau lebih familiar dikenal dengan nama Ibrahim Ad Dasuqi.
Dan Syaikh Al-Dasuqi merupakan ulama wali qutub ke-4 dan yang terakhir setelah Syaikh Al Badawi, Syaikh Ar Rifai dan Syaikh Abdul Qadir Jailanai.
Beliau juga memiliki beberapa nama julukan, diantaranya adalah Abul Ainain, Syaikhul Islam dan Burhanul Millati Waddin.

Sebagai seorang ulama ternama, beliau meninggalkan banyak sekali kitab kitab kuning dibidang ilmu tauhid, fiqih dan tafsir.Dan yang paling terkenal adalah kitabnya yang berjudul Al Jawahir atau Al Haqaiq.
Syaikh Al Dasuki juga dikenel sebagai seorang tokoh tasawuf yang sangat luas keilmuannya.

Baik, itu tadi sekilas resensi dari kitab Hasyiyah Dasuki Ummul Barohin, yang bisa kami bagikan. Semoga apa yang sudah dibagikan dan sampaikan bisa bermanfaat.

 

IDENTITAS KITAB:
Judul Kitab : Dasuqi 'Ala Ummil Barohin (PDF)
Tebal           :  278 halaman (PDF)

Sumber : Kitab Islam Lengkap

 

Lihat Kitab

Kitab - Afdholus Sholawat 'Ala Sayydis Sadat

AFDHOLUS SHOLAWAT'ALA SAYYDIS SADAT berisi kumpulan dzikir-dzikir sholawat.
Penyusun kitab ini adalah seorang ulama ahli ma’rifat dan tinggi derajatnya bernama Syaikh Yusuf bin Ismail Al- Nabhani. Sesuai dengan judul kitab, dalam kitab ini penulis menjabarkan berbagai macam dzikir sholawat yang diutamakan dari berbagai sumber yang sangat kuat. Selain itu penulis juga memberikan penjelasan tata cara bersholawat yang baik, menjelaskan faidah-faidah dan berbagai manfaatnya serta menyebutkan keistimewaan juga periwayatnya.

Secara garis besar kitab ini terdiri dari 112 halaman memuat sekitar 70 macam sholawat. Mulai dari sholawat yang pendek bacaannya hingga yang panjang bacaannya, di akhir kitab ini penulis menambahkan sholawat ringkas yang sering dibaca oleh ulama yang ahli mahabbah.

Dalam kitab Afdhalus Shalawat ‘ala Sayyidis Sadat, Syaikh Yusuf bin Ismail Al-Nabhani menyebutkan bahwa ada dua bentuk lafal salawat yang dimiliki dan disusun oleh Imam Syafi’i. Lafal salawat pertama adalah sebagai berikut

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ مَنْ صَلَّى عَلَيْهِ وَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ بِعَدَدِ مَنْ لَمْ يُصَلِّ عَلَيْهِ وَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ كَمَا أَمَرْتَ بِالصَّلاَةِ عَلَيْهِ وَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ كَمَا تُحِبُّ أَنْ يُصَلَّى عَلَيْهِ وَصَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ كَمَا تَنْبَغِي الصَّلاَةُ عَلَيْهِ

Allohumma sholli ‘ala muhammadin bi ‘adadi man shola ‘alaihi wa sholli ‘ala muhammadin bi ‘adadin man lam yusholli ‘alaihi wa sholli ‘ala muhammadin kama amarta bis sholati ‘alaihi wa sholli ‘ala muhammadin kama tuhibbu an yusholla ‘alaihi wa sholli ‘ala muhammadin kama tanbaghis sholatu ‘alaihi.

“Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad sebanyak jumlah orang yang bershalawat kepadanya, limpahkanlah salawat kepada Nabi Muhammad sebanyak jumlah orang yang tidak bershalawat kepadanya, limpahkanlah salawat kepada Nabi Muhammad sebagaimana Engkau perintahkan untuk bershalawat kepadanya, limpahkanlah shalawat kepada Nabi Muhammad sebagaimana Engkau suka agar dibacakan shalawat atasnya, dan limpahkanlah pula shalawat kepada Nabi Muhammad sebagaimana selayaknya ucapan shalawat atasnya.”

Terkait shalawat ini, disebutkan oleh pensyarah kitab Dala-ilul Khairat, Syaikh Abul Abbas Ibn Mindil menyebutkan dalam kitab Tuhfatul Maqashid bahwa Imam Syafi’i pernah dimimpikan oleh seseorang. Orang itu bertanya kepada Imam Syafi’i, “Apa yang telah diperbuat Allah atas diri Anda?” Imam Syafi’i menjawab, “Allah telah mengampuni diriku.” Orang itu bertanya lagi, “Dengan amal apa?”. Imam Sayfi’i menjawab, “Dengan lima kalimat yang aku pergunakan untuk bershalawat kepada Nabi”. “Seperti apa bentuknya?” Lantas Imam Syafi’i mengucapkan shalawat tersebut di atas.

Baik, itu tadi sekilas resensi dari kitab Afdhalus Shalawat ‘ala Sayyidis Sadat,  yang bisa kami bagikan. Semoga apa yang sudah dibagikan dan sampaikan bisa bermanfaat.

 

IDENTITAS KITAB:
Judul Kitab : Afdholus Sholawat 'Ala Sayydis Sadar (PDF)
Tebal           :  115 halaman (PDF)

Sumber : Kitab Islam Lengkap

Lihat Kitab