Kitab - Misyaktul Anwar Imam Ghazali
ID Kitab | 121 | ||
---|---|---|---|
Pengarang | Muhammad bin Muhammad Al Ghazali | Tahun Terbit Masehi/Hijriah | 1902 M (S)/1322 H |
Penerbit | Matbah Ash Shiddiq | Fan/Kategori | Sains |
Download Kitab | Tersedia di pukul 08:00 s/d 15:00 WIB | Informasi buku tersebut dapat diperoleh di : |
MISYAKTUL ANWAR salah satu kitab populer karya Muhammad bin Muhammad Al Ghazali atau dikenal dengan Imam Ghozali.
Kitab ini sangat populer di kalangan ilmuwan- ilmuwan yang membahas tentang metafisika cahaya.
Misykat bermakna ceruk atau relung, sedangkan Al-Anwar adalah bentuk plural dari cahaya (nur). Kitab ini merujuk pada penafsiran atas ayat Al-Quran yang berbicara tentang Nur (Cahaya) seperti Allah Nuur al-Samaawaati wa al-Ardh (Allah merupakan cahaya langit dan bumi), juga hadist yang menyatakan bahwa ada 70 tirai, yang masing-masing tirai memiliki cahaya dan kegelapan. Jika seluruh tirai itu tersingkap, keagungan Tuhan akan tampak jelas terlihat.
Pada bahasan kitab Misykat al-Anwar proyeksi awal sesungguhnya Al-Ghazali adalah bertutur pada muridnya yang bertanya tentang hakikat Allah, Tuhan pencipta langit dan bumi. Karena objek yang ingin dijelaskan bernuansa metafisika, akhirnya Al-Ghazali mengutip ayat 35 surat An-Nur. Untuk kemudian diterangkan dengan epik: ‘Filsafat Cahaya.’
Menurut Al-Ghazali, kebenaran sesungguhnya ‘hanya’ mampu diraih dalam Nur Ilahi. Atau dalam tafsirnya Al-Ghazali menjelaskan bahwa cahaya hakiki adalah Allah, dan cahaya selain-Nya hanya metafor (majazi) dan tidak hakiki.
Oleh karenanya Al-Ghazali menuturkan bahwa selain indera mata, keberadaan benda sangat ditentukan cahaya. Oleh karenanya tanpa cahaya maka benda tidak akan pernah ada. Cahaya—lah yang sebenarnya membuat semuanya tampak dan terjadi, dam cahaya yang memanifestasikan benda sekitar. Singkatnya Al-Dzhuhur hanya dimungkinkan karena adanya Al-Nuur.
Bagi Al-Ghazali, cahaya memiliki tingkatan sesuai persepsi orang yang memahaminya. Lebih lanjut dalam kitabnya dalam memaknai cahaya dikelompokkan dengan tiga tahapan—diantaranya pandangan cahaya menurut kaum awam (umum), khawas (khusus), dan khawas al-khawas (khusus dari yang khusus), yang masing-masing tingkatannya dijelaskan Al-Ghazali secara rinci.
Selanjutnya Al-Ghazali mengklasifikasi dua jenis mata untuk melihat, Pertama: mata indrawi, Kedua: mata ruhani. Mata indrawi memiliki berbagai keterbatasan. Sedangkan, objek mata ruhani tak terbatas.
Sehingga cahaya yang dipantulkan mata ruhani bisa menjadi sumber cahaya. Dalam konteks ini, Al-Ghazali ingin menyatakan bahwa cahaya sejati adalah cahaya Ilahi. Semua cahaya ada karena cahaya mutlak. Allah adalah cahaya mutlak itu atau dengan bahasa lain: Nur fauqa Nur (cahaya di atas cahaya).
IDENTITAS KITAB:
Judul Kitab: Kitab Misyaktul Anwar (PDF)
Tebal: 46 halaman (PDF)
Sumber: Kitab Islam Lengkap
Simak Video bermanfaat lainnya di kanal Youtube LADUNI.ID! Subscribe!