Kitab - Hikmatut Tasyri' Wa Falsafatuhu

Didownload setiap hari mulai pukul 08:00 s/d 15:00 WIB
ID Kitab 78
Pengarang Syaikh Ali Ahmad Al Jurjawi Tahun Terbit Masehi/Hijriah 2003 M/1423 H (2)
Penerbit Daar Al Fikr Fan/Kategori Kedokteran
Download Kitab Tersedia di pukul 08:00 s/d 15:00 WIB Informasi buku tersebut dapat diperoleh di :

HIKMATUT TASYRI' WA FALSAFATUHU  kitab fan Filsafat.
Sebuah karya besar membahas tentang filsafat agama islam, khususnya membedah tentang bagaimana sebuah syariat agama islam itu diperintahkan.
Kitab ini disusun oleh Ulama Mesir salah satu guru besar Universitas Al Azhar yang bernama Syaikh Ali Ahmad Al Jurjawi.

Kitab ini terdiri dari 2 jus, jus 1 memuat sekitar 200 -an halaman dan jus 2 memuat sekitar 300- an halaman total sekitar 500 halaman. Penulis mencoba mengajak pembaca memahami segala ajaran agama Islam melalui nalar kritis dengan berdasarkan dalil-dalil agama Islam dan juga hukum alam (Sains). Pada jus 1 penulis menjabarkan tentang tujuan serta hikmah adanya ajaran-ajaran Islam yang berkaitan dengan keyaqinan dan penghambaan yakni penjelasan-penjelasan tentang ketauhidan, kenabian, ubudiyah, dll. Kemudian pada jus 2 penulis menjabarkan tujuan serta hikmah adanya perintah atau ajaran yang berhubungan dengan hukum keluarga (pernikahan, nafkah, warisan dll), hukum mu’amalah (transaksional) serta hukum pidana (had, ta’zir, qishos dll). Di samping itu penulis juga menjelaskan berbagai pendapat tokoh dunia tentang suatu tema bahasan tentang hikmah pensyariatan suatu ajaran.

Di antaranya, yang termaktub dalam kitab Hikmatut Tasyri’ wa Falsafatuhu yang ditulis oleh al-Allamah al-Faqih Syaikh Ali bin Ahmad al-Jurjawi al-Atsari al-Hambali (W. 1380 H/1961 M) sebagai berikut:

1. Bersyukur kepada Allah Ta’ala
Ibadah puasa merupakan bentuk syukur kepada Allah. Sebab ibadah secara mutlaq ialah bersyukurnya hamba kepada tuhannya atas kenikmatan yang tidak terhitung.

2. Menjaga Amanah, Tidak Menyianyiakan dan Melalaikannya
Perintah menahan makan, minum, dan apapun yang serupa dengan keduanya, berlaku di siang hari merupakan amanah dari Allah Ta’ala yang menjadi tanggung jawab kita. Amanah yang menuntut kepayahan dan kesulitan yang memang menentang hasrat manusiawi dan melemahkan anggota tubuh. Oleh karenanya, ketika seorang manusia tidak beranjak dari kesendirian dalam kondisi lapar dan haus maka akan berupaya mengisi energi tubuhnya. Keadaan ini membuka kesempatan agar makan dan minum tanpa pengawasan hingga berdampak menghianati amanah dan berhak menerima adzab. Jadi, seharusnya dengan memaksakan diri menahan keperihan, harus berusaha tetap menjaga amanah tersebut, dari pada menerima siksa pedih di akhirat kelak.

3. Menjernihkan Hati dan Membersihkan Jiwa dari Sifat Hewani
Hewan tidak memiliki tujuan kecuali makan, minum dan sesuatu untuk keberlangsungan hidup seperti panganan, air, bersetubuh, dan lainnya. Lalu ketika manusia menahan diri dari hal tersebut maka akan jernih hatinya dan bersih jiwanya dari sifat hewani, lantas naik ketingkatan derajat para malaikat. Sebab hikmah ini pula, manusia akan mengerjakan ibadah lainnya dengan ikhlasnya hati dan jiwa dari noda keraguan.

Bahkan para ahli hikmah, filsuf, orang zuhud, ahli ibadah ketika terkungkung kemalasan dan kejenuhan saat hendak menulis ilmu atau beribadah, mereka menjaga perutnya memperbanyak makanan. Sehingga mereka mampu melakukan apa yang dikehendaki.

4.Terhindar dari Penyakit Berbahaya
Para medis menjabarkan bahwasannya seseorang tidak boleh rakus makan apapun serta melebih-lebihkan makan, sebab dari perut akan menimbulkan penyakit berbahaya. Sebagaimana tertera dalam nash hadist:

المعدة بيت الداء والحمية رأس الدواد

“Perut adalah rumahnya penyakit dan diet merupakan rajanya obat.”
Mereka mengungkapkan: “Barang siapa yang banyak makan, akan banyak minum. Barang siapa yang seperti itu, akan banyak tidur. Barang siapa yang banyak tidur, akan menyianyiakan usia.”

Kita telah melihat para dokter saat mengobati pasien, ialah mengkosongkan bagian dalam perutnya kemudian yang dimasukkan ke dalam perutnya makanan halus seperti susu. Oleh karenanya, puasa dari segi menahan makan dan minum menyehatkan tubuh.

5. Melemahkan Syahwat
Manusia dan hewan memiliki syahwat berhubungan intim yang sulit dicegah —salah satu solusi ialah dengan menikah. Namun ketika seseorang fakir dan belum mampu untuk menikah, khawatir terjerumus perzinahan maka baginya berpuasa hingga lemah syahwatnya. Kanjeng Nabi Muhammad SAW bersabda:

يا معشر الشباب من استطاع منكم الباءة فليتزوج ومن لم يستطع فعليه بالصوم فانه له وجاء

Artinya, “Wahai para pemuda, barang siapa di antara kalian mampu menikah (secara finansial) maka menikahlah, dan yang tidak mampu maka berpuasalah sebab puasa adalah benteng (penawar syahwat).”

6. Bersimpati Kepada Orang Fakir dan Miskin
Manusia ketika berpuasa merasakan kepedihan lapar, maka akan terpancar rasa simpati kepada orang fakir dan miskin yang sulit menemukan sesuap makanan untuk menyambung hidupnya.

Demikianlah hikmah disyariatkannya ibadah puasa yang terangkum dalam kitab Hikmatut Tasyri’ wa Falsafatuhu.
Begitu besar hikmah dari ibadah puasa yang telah Allah Ta’ala perintahkan.

 

IDENTITAS KITAB:
Judul Kitab : Hikmatut Tasyri' Wa Falsafatuhu (PDF)
Tebal           :  515 halaman (PDF)

 

Sumber : Kitab Islam Lengkap

 


Simak Video bermanfaat lainnya di kanal Youtube LADUNI.ID! Subscribe!