Haul Gus Dur bukan sekadar ritual tahunan untuk mengenang sosoknya, tetapi sebuah momentum untuk merenungi jejak pemikirannya yang melintasi batas-batas agama, suku, dan budaya. Gus Dur selalu menekankan pentingnya menjaga nilai-nilai kemanusiaan, toleransi, dan keberagaman.
Mengenai konflik yang tak kunjung usai antara Israel-Palestina itu, Gus Dur memandang, bahwa dalam penyelesaian konflik kemanusiaan tersebut, haruslah ditarik akar yang lebih mendalam ketimbang berhenti pada wilayah agama, yakni pada sisi-sisi humanistik.
Gus Dur dengan pemikiran dan kualitas kecerdasan intelektual dan spiritulanya telah berhasil membuat masyarakat Indonesia duduk berdampingan dengan damai, tanpa memandang perbedaan agama, ras, atau suku.
KH. Abdurrahman Wahid, atau yang akrab disapa Gus Dur, adalah sosok yang sulit dipisahkan dari berbagai diskursus penting di Indonesia. Dari politik, kebudayaan, hingga spiritualitas, Gus Dur selalu membawa cara pandang yang melampaui zaman.
Setiap tahun, bangsa ini pantas mengenang kembali sosoknya sebagai “rumah yang teduh” bagi kaum minoritas dan mereka yang tertindas. Andai kini Gus Dur masih hidup, tentu ia sedih melihat intoleransi dan ketidakadilan terhadap kelompok minoritas masih terjadi di banyak tempat.
Di balik kezuhudan Gus Dur tersebut, memang tidak terlepas dari warisan sifat (gen) yang berasal dari leluhurnya, atau dalam kajian psikologis, lebih dikenal dengan Teori Hereditas.
Nyai Sholichah, yang belum genap berusia 30 tahun menjanda dengan tanggungan 6 buah hati; Abdurrahman Ad-Dakhil, Aisyah, Shalahuddin, Lily Khadijah, Umar dan Hasyim Wahid.
Para mahasiswa yang mendengar wejangan dahsyat itu merasa mendapatkan inspirasi yang menyulut semangatnya untuk benar-benar menerapkannya; keadilan harus diperjuangkan dengan keberanian!
Menjadi orang bodoh sebenarnya bukanlah aib. Sama dengan menjadi orang miskin, menjadi orang bodoh kadang kala adalah bagian dari skenario takdir yang tak terhindarkan meskipun sudah berusaha dihindari.
Peristiwa jatuhnya Presiden Suriah, Bashar Assad, ke tangan kelompok pemberontak merupakan salah satu episode paling mencengangkan dalam sejarah modern Timur Tengah.