INFAK / SEDEKAH/ DONASI/ SUMBANGAN untuk LADUNI.ID
Seluruh dana yang terkumpul untuk operasional, pemeliharaan, dan pengembangan portal dakwah Islam ini
Pemikiran manajemen dakwah Gus Dur yang lahir dari perkumpulan antara tradisi keislaman Nusantara dengan pemikiran Indonesia modern, menghasilkan gagasan reformasi dalam hal pemikiran keagamaan dan kebudayaan.
Pada akhirnya saya menyadari, warisan terbesar Gus Dur adalah CINTA. Dimulai dari cintanya kepada setiap manusia Indonesia, yang menjadi daya dorong luar biasa untuk memperjuangkan yang terbaik bagi semua, terutama mereka yang terabaikan dan terlemahkan.
Salah satu pandangan utama yang selalu diungkapkan oleh Gus Dur dalam menghadapi dan menyelesaikan suatu konflik dengan damai, adalah apabila di dalamnya dibarengi dengan kesabaran dan saling memaafkan.
Sejauh ini memang belum ada keadilan sejarah mengapa Gus Dur dilengserkan. Putri Gus Dur, Yenny Wahid seolah membuka ruang pelurusan sejarah. Ia mempersilakan siapa pun yang mempunyai fakta proses penjatuhan Gus Dur untuk mengungkapkannya.
Banyak yang kemudian juga terkaget-kaget ketika Gus Dur dengan enteng memimpin Forum Demokrasi dan sering mengeluarkan pernyataan mengkritik Presiden Soeharto. Sulit kemudian untuk memasukkan jimat NU ini ke dalam satu kategori saja.
Apapun alasan dan dalil keagamaannya, dan dengan mengatasnamakan apapun, jika itu yang terjadi, maka ia bukanlah pandangan dan cara hidup yang diajarkan Tuhan. Bahkan itu sama sekali tak ada hubungannya dengan ajaran agama manapun, “Laisa minad Din bi Shilatin”.
Istilah "perpecahan" tidak pernah saya tuduhkan kepada agama. Agama hanya salah satu objek keserakahan nafsu manusia. Buktinya pada permasalahan yang lain juga banyak ditemukan.
Imam Nawawi salah seorang ulama besar dalam Mazhab Syafi’i punya pendapat yang berbeda dengan qaul jadid-nya Imam Syafi’i. Dalam Syarh Shahih Muslim, beliau berpandangan bahwa yang lebih kuat itu adalah harus berwudhu setelah makan daging unta.
Dalam kajian-kajian keagamaan, perempuan dinilai lebih rendah dari laki-laki karena ia diciptakan untuk memenuhi kebutuhan Adam yang notabene merupakan makhluk yang ditakdirkan untuk “mengurus” bumi sebagai khalifah.
Manusia yang berpikir akan mengantarkan dirinya mengetahui, dari mengetahui akan lahir pemahaman, sebagai puncaknya lahirlah sebuah tindakan. Dialektika yang dimaksudkan inilah yang melatarbelakangi secara eksplisit mengenai nilai etis yang terkandung dalam tindakan manusia.