Di Arab Saudi ada kebiasaan yang sama seperti tradisi haul, yang disebut dengan istilah "'Asyaul Walidain" yang difatwakan oleh para ulama di sana.
Bukan hanya “bangsa Palestina”, konsep “bangsa Israel” pun ambigu. Kalau istilah ini mengacu pada penduduk yang tinggal di kawasan “Negara Israel” modern, maka hal itu tidak hanya mengacu pada umat atau bangsa Yahudi saja tetapi juga umat dan suku-bangsa lain.
Perjuangan paling menentukan bagi Palestina saat ini adalah men-delegitimasi Israel sebagai entitas politik. Inilah senjata paling ampuh bagi Palestina.
Bagi saya, masalah Palestina ini sederhana: masalah keadilan dan penjajahan. Masalah Palestina sama sekali tidak kompleks. Yang mencoba merumit-rumitkan masalah ini, sebenarnya ingin mengaburkan masalah pokok di sana, yaitu masalah keadilan dan penjajahan.
Peristiwa hijrah Nabi, dari Makkah ke Madinah pada tahun 622 M, juga merupakan peristiwa monumental bagi lahirnya sebuah notion-state. Peristiwa tersebut pada hakikatnya merupakan sebuah perjalanan panjang menuju pembentukan masyarakat Islam yang demokratis dan terbuka.
Dalam pemilihan seorang pimpinan termasuk dijenjang apapun terlebih kepala daerah dan negara, tentu saja ini harus dilaksanakan untuk menegakkan kebenaran dan kebaikan dalam batas syariat yang telah digariskan.
Ketika bicara cinta tanah air, maka sebagai santri sudah seharusnya memantapkan hati menguatkan cinta pada Nusantara, sebagaimana para kyai mengajarkannya. Para kyai Nusantara telah mempertaruhkan segalanya untuk tanah air ini.
Prinsip Nahdlatul Ulama (NU) terkait dengan menjaga kedaulatan Bangsa Indonesia dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia terus didengungkan untuk memupuk persatuan di tengah masyarakat yang mejemuk ini.
Fakta ini bertolak belakang dengan reformasi agraria yang dilakukan oleh Presiden Jokowi dalam agenda membagikan sertifikat tanah ke masyarakat dari tanah negara. Dengan sertifikat tanah tersebut, tanah negara berubah menjadi tanah pribadi sang pemegang sertifikat.
Wisudawan ini berasal dari berbagai kampus di sekitar pesantren yang didirikan oleh KH. Hasyim Muzadi itu. Ada yang berasal dari Universitas Indonesia, Politeknik Negeri Jakarta, Politeknik Negeri Media Kreatif, hingga STAI Al Hamidiyah Depok.