Kolom

 

Pandangan Mahzab Kalam Asy’ariyah dan Al-Ghazali Mengenai Perbuatan Manusia

Islam berpandangan bahwa manusia merupakan makhluk dari ciptaan Allah. Manusia juga memiliki potensi yang bisa tumbuh dan dikembangkan, baik secara mental maupun fisik

Kimia Harapan, Ide dan Perjuangan

Al-Farabi (filsuf muslim) mengatakan, jiwa adalah “kesempurnaan pertama bagi jisim (tubuh) alami yang organis yang memiliki kehidupan dalam bentuk potensial”.

Mengapa PKPNU Menjadi Penting? Ini Penjelasannya

Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama (PKPNU) lahir dan tumbuh dengan latar belakang kebutuhan mendesak, akan kesadaran berjamaah dalam shof yang rapi.

Kiai Abdul Wahab Ahmad: Membuang Sawah Memungut Butiran Tanah

Ada seseorang yang menulis panjang lebar untuk membuktikan bahwa Candi Borobudur buatan Nabi sulaiman. Berbagai detail kecil dicari lalu dirangkai agar terlihat cocok lalu dicocok-cocokkan

Gus Nadir: Kiai yang Manajer Bagai Konduktor

100 tahun NU harus diwarnai gabungan dua keahlian dalam tubuh PBNU, kemampuan ilmu agama dan juga kemampuan menata organisasi secara profesional

Gus Nadir: Mengubah Diri dari Air Menjadi Emas

Apa jadinya hidup kita tanpa air? Tidak mungkin kita bisa bertahan hidup, bukan? Maka air menjadi sesuatu yang sangat dibutuhkan.

Gus Nadir: Ketua Umum PBNU Bukan Menjalankan Gagasannya Sendiri Melainkan Melaksanakan GBHNU

KH Achmad Siddiq, Rais Am PBNU 1984-1991, pernah menjelaskan bahwa NU itu bukan seperti koper yang bisa seenaknya ditarik sendiri-sendiri kesana-kemari oleh individu pengurusnya.

Menggilas Ocehan Keji

Makhluk bernama FA ini terus menyerang NU, terutama kepada Hadratussyaikh KH Hasyim Asy'ari, sang muassis agung Jam'iyyah Nahdlatul Ulama 1926.

Makna Iqra' (bacalah)

Suatu hari saat Nabi sedang berdiri di atas gunung Jabal Nur, Malaikat Jibril menampakkan diri di hadapannya, dan mengatakan, "Selamat atas anda, Muhammad. Aku Jibril dan anda adalah utusan Tuhan kepada umat ini." la merengkuh tubuh Nabi sambil mengatakan, "Bacalah."

Tasawuf dan Pembebasan

Menurut Imam Abu al-Qosim al-Junaidy bahwa jalan tasawuf yang harus diikuti itu dengan paripurna dan lengkap, terutama sesudah melewati kemampuan menguasai kesempurnaan atas aqidah dan syariat