Gus Lik adalah putra dari KH. Said dan Nyai Maemunah dari Banjar Mlati, Jamsaren, Kediri, yang sejak dulu dikenal sebagai pribadi yang zuhud, rendah hati namun sangat berwibawa. Karenanya, tidak heran jika banyak di antara jamaahnya yang menitikkan air mata ketika mendengarkan nasihat-nasihat beliau.
Dalam perspektif konstitusi, rumusan Undang-Undang Dasar pasal 31 ayat 3 UUD 1945 amandemen dengan tegas menunjukkan bahwa arah dan tujuan pendidikan nasional adalah peningkatan iman dan takwa serta pembinaan akhlak mulia.
Gus Dur, yang dikenal memiliki pandangan luas dan sering kali memberikan pernyataan bernada humor namun mendalam, melihat tantangan besar dalam membawa Indonesia ke panggung sepak bola dunia.
Tulisan ini merupakan terjemahan dari sebuah risalah yang ditulis dan dibacakan oleh Syaikh Ramadhan Al-Buthi dalam sebuah acara memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Tidak bisa dipungkiri, bahwa Rasulullah SAW merupakan sosok yang humanis. Beliau menafikan dan menghindari praktik rasisme dan fasisme dalam kehidupannya.
Imam As-Suyuthi menginformasikan kepada kita bahwa penguasa Irbil, sebuah kota yang terletak di negara Irak bagian utara, Raja Al-Muzhaffar Abu Sa’id Kaukibri, adalah orang pertama yang menyelenggarakan peringatan kelahiran nabi secara megah dan besar-besaran.
Masyarakat Muslim, khususnya di Indonesia merayakan peringatan kelahiran Rasulullah SAW dengan membaca riwayat perjalanan hidupnya, sebagaimana terdapat dalam Kitab Maulid Al-Barjanzi, Ad-Diba’i, Simtudrurar, Syaraful Anam, dan lainnya.
Warisan diplomasi lintas iman Gus Dur terus dihargai hingga kini, baik di Indonesia maupun di dunia internasional. Semangatnya dalam memperjuangkan pluralisme dan dialog lintas agama tetap menjadi inspirasi bagi banyak pemimpin dan aktivis di seluruh dunia.
Gus Dur dengan pemikiran dan kualitas kecerdasan intelektual dan spiritulanya telah berhasil membuat masyarakat Indonesia duduk berdampingan dengan damai, tanpa memandang perbedaan agama, ras, atau suku.
Rasa malu dengan sesama akan mencegah seseorang dari melakukan perbuatan yang buruk dan akhlak yang hina. Sedangkan rasa malu kepada Allah akan mendorong untuk menjauhi semua larangan Allah dalam setiap kondisi dan keadaan, baik ketika bersama banyak orang ataupun saat sendiri.