Banyak terjadi kerancuan di kalangan umat mengenai penggunaan istilah Khalifah,
Jadi, marilah kita memilih yang betul betul mempunyai kapabilitas dan integritas yang tidak diragukan demi kebaikan Agama, bangsa dan negara
Kurang ajar dan su'ul adab kalau saya meragukan kapasitas keilmun Prof. Sirajuddin Syamsuddin (Pak Din). Beliau guru besar politik Islam FISIP UIN Syarif Hidayatullah, lulusan UCLA, disertasinya tentang politik Islam berjudul “Religion and politics in Islam: The case of Muhammadiyah in Indonesia’s New Order.”
NU didirikan sebagai ormas sosial keagamaan (jam’iyah dīniyah ijtimâ’iyah). Namun, NU sejak awal tidak pernah lepas dari kegiatan politik. Jadi tidak tepat anggapan Gus Solah bahwa tujuan NU sekadar “mengembangkan Islam berdasar ajaran empat madzhab, sama sekali tidak bernuansa politik.”
Itu saat negeri dikuasai oknum diktator militer. Ngeri...! Kenapa?
Sebenarnya “kurap” itu lahir dari proses perekrutan yang tidak profesional dan tidak mengedepan kualitas. kurang Pengetahuan itu berbeda dengan kurang ilmu. Perbedaan keduanya antara ilmu dan pengetahuan sungguh sangat kontras
Islam sangat menghormati para ulama. Sosok ulama itu merupakan umat pilihan untuk menyampaikan risalah yang telah disampaikan Rasulullah saw. Para ulama sebagai pewaris nabi. Tentu saja yang diwarisi itu bukanlah harta ataupun tahta, melainkankan ilmu
"Nifas" oleh ulama Fiqh diartikan dengan darah yang keluar setelah melahirkan sampai pada waktu tertentu. Kalau dilihat secara bahasa, "Nifas" adalah "melahirkan". Beberapa ulama memberi arti, disebut "Nifas", karena "seseorang yang hadir kedunia dengan bernafas (yatanaffas) atau nafs (jiwa)".
01 atau 02 yang menang sesungguhnya tidak begitu relevan bagi HTI. HTI sampai hari ini masih meyakini demokrasi merupakan sistem kufur, haram mengambilnya dan menyebarluaskannya.