Kaum radikal merasa mendapat angin untuk menyudutkan NU dengan pendapat NU tentang warga negara non muslim. Seakan lebih faqih dari para kiai NU, kaum radikal mengkritisi hasil forum bahtsul masail NU. Forum ini forum ilmiah yang diikuti oleh para kiai yang sangat mumpuni ilmunya.
Saya akan kasih perspektif lain, mas. Keputusan Munas NU itu, bagi saya, tetaplah sangat fenomenal. Kenapa?
Sebagaimana kita tahu bahwa pembicaraan tentang fikih selalu bersinggungan dengan kekuasaan, kendatipun yang diperbincangkan adalah mengenai persoalan ibadah. Persinggungan fikih dengan kekuasaan tidak bisa dilepaskan dari posisi fikih yang memainkan peran sebagai law in action.
Kata "Kafir" beberapa hari ini lagi viral, menjadi topik menarik dari berbagai aspeknya, apa sih sebernya kata "Kafir" itu?.
Dulu, nama Syekh Musthofa al-Ghalayini saya kenal tak lebih sekadar penulis dari beberapa kitab-kitab kebahasaan dan kesusastraan Arab. Karya-karya beliau seputar kebahasaan memang banyak dan masuk daftar dari sekian kitab gramatikal Arab yang bisa membuat santri menjadi liar seliar-liarnya dalam mengeksplor wawasan penguasaannya terhadap Bahasa Arab
Kebalikan dari materi bahtsul masa’il Munas NU 2019 di Banjar yang membahas non-muslim bukan kafir tapi warga negara, saya sudah mempermasalahkan status kewarganegaraan kaum muslim radikal takfiri d beberapa tulisan saya “Dosakah Menjadi Indonesia” dan “Golput Takfiri”
Masihkah kita ingin menukarkan agama dan negara ini dengan kepuasan nafsu sesa’at dengan secarcik berlembarkan rupiah
Terdapat sebuah analogi yang bukan hanya tidak sejajar, melainkan menyesatkan. Mengapa?
Tidak ada yang lebih menyedihkan hati saya selain buruknya nasib sebagian umat Islam di berbagai negara dan juga perang yang tiada henti di berbagai negeri. Bencana kemanusiaan semacam itu di segala tempat wajib dihentikan oleh siapa pun yang memahami hakikat permasalahannya
Di negara kita bicara sistem pendidikan sangat jauh dari maju terutama bicara kesejahteraan guru. Guru dituntut untuk mencetak generasi unggul penerus bangsa tapi tidak disokong oleh fasilitas yang memadai, apalagi bicara guru honorer, sangat jauh dari kata sejahtera, jam kerja padat tapi gaji/upah sangat minimum.