Sejarah Pondok Pesantren Al-Mu’minien Lohbener Cikal bakal Pondok Pesantren Al-Mu’minien Lohbener bermula dari sebuah mushala kecil yang dibangun oleh Kiai sepuh KH. Abdus Syukur (almarhum) yang bertempat di Desa Lohbener Blok Bojong Karang Malang (Jongkara). Pendidikan yang dilaksanakan waktu itu berupa pengajian Al-Qur’an dengan sistem yang cukup sederhana.
Pesantren Teknologi Informasi dan Komunikasi (Pesantren PeTIK) bermula dari keberadaan Yayasan Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shodaqoh PLN (Yayasan LAZIS PLN) yang sekarang berubah nama menjadi Yayasan Baitul Maal PLN (YBM PLN).
Pondok pesantren Al-Hamidiyah merupakan pondok pesantren murni rintisan KH. Mabruri bukan merupakan pondok peninggalan. Sepulang beliau dari nyantri di pondok pesantren Salafiyah Pasuruan, banyak warga yang ingin belajar ilmu agama kepada beliau dan beliau merasa terpanggil dan punya tanggung jawab untuk nasyirul ilmi waddin.
Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi (Habib Ali Kwitang) lahir pada hari Minggu tanggal 20 Jumadil ‘Awal 1286 atau pada 20 April 1870 di Kampung Kwitang, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat. Beliau merupakan putra dari pasangan Al-Habib Abdurrahman Alhabsyi dengan Nyai Salmah.
Merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam non formal berupa pondok pesantren moderen yang berdiri sejak tahun 1999 pada tanah seluas 7025 m2. Lokasi Pondok pesantren Bina Insani terletak di Dukuh Baran, Desa Ketapang, Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang.
Mungkin bagi sebagian masyarakat Pati terutama di daerah Pati bagian selatan sudah akrab dengan nama Ki Bagus Kuncung atau Mbah H Metaram.
Pondok pesantren Darul Mannan merupakan lembaga pendidikan agama Islam yang berbasis kepesantrenan, Dan lebih menekankan santri untuk belajar kitab kuning serta memperdalam ilmu fikih yang bertujuan untuk mendidik para santri-santrinya agar memiliki akhlakul karimah dan berprestasi
Kyai Ageng Pemanahan (dikenal juga sebagai Kiyai Gede Mataram) adalah seorang tokoh perintis wangsa Mataram yang berasal dari Sela (sebuah desa di Grobogan) dan kemudian hijrah ke Pengging. Beliau dijuluki sebagai "Pamanahan" karena bertempat tinggal di desa Manahan, suatu tempat di utara Laweyan (sekarang menjadi salah satu kelurahan di Surakarta).
Pondok Pesantren Salafiyah Bustanul Muta’allimin semula khusus mengajarkan kitab-kitab agama dengan menggunakan sistem sorogan ‘ala Kebumen dan Bandungan.
Pondok Pesantren Miftahul Khoir didirikan oleh seseorang yang mempunyai hubungan sangat erat dengan para ulama dan pesantren, beliau adalah K.H. Ahmad Umar.