Berdasarkan dalil di atas maka baiknya pembicaraan diucap pada saat ini. Kapan itu?
Syaikh Nawawi Banten dalam kitab Maraqil ‘Ubudiyyah, sebagaimana yang beliau kutip dari Mandzumah Ibni Ma’ad, menjelaskan bahwa aktivitas makan yang dilakukan manusia memiliki tujuh tahapan dan kesemuanya memiliki hukum masing-masing.
Islam sangat peduli dengan semua aktivitas manusia, mulai dari hal kecil sampai hal yang besar. Maka dari itu sebagai muslim yang baik, kita harus benar-benar menjaga aktivitas keseharian mulai dari yang sepele, salah satunya adalah makan dan minum.
Banyak yang menyangka bahwa saat makan hendaklah utamanya sambil diam tak sambil mengobrol. Tuntunan ini sama sekali tak ada dalam sunnah.
Nabi SAW bersabda : "Malaikat senantiasa bersholawat kepada salah seorang di antara kalian selama suguhan makanan masih diletakkan di hadapannya hingga diangkat "
"Makan dan minumlah kalian, namun jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang suka bersikap berlebihan." (QS. al-A’raf: 31).
Orang Muslim melihat makanan dan minuman itu sebagai sarana, dan bukan tujuan. Ia makan dan minum untuk menjaga kesehatan badannya karena dengan badan yang sehat, ia bisa beribadah kepada Allah Ta’ala dengan maksimal.
Saat makan, mengunyah menjadi hal yang penting. Memang banyak orang yang kurang memperhatikan hal ini. Sebenarnya mengunyah dengan baik sangat membantu pencernaan.
Pernyataan tersebut berisi larangan menambahkan kata Ar-Rahman dan Ar-Rahim dalam bacaan Bismillah sebelum makan yang dianggap bid’ah oleh sebagian orang.
Sebagai umat Muslim, segala sesuatu yang kita lakukan selalu memiliki tuntunan dalam mengerjakannya, baik itu melalui sunnah nabi ataupun perintah langsung yang Allah sampaikan. Seluruh kegiatan yang kita lakukan memiliki tuntunan, agar apa yang kita kerjakan mendapat suatu keberkahan dari Allah SWT, termasuk dalam hal makan dan minum.