Laduni.ID, Jakarta - Periode tahun 683-684 M merupakan rentang waktu yang sangat menarik untuk dipelajari lebih lanjut, terutama dalam konteks sejarah peradaban Islam dan dunia pada masa itu. Terdapat banyak peristiwa penting yang memiliki dampak besar dalam pembentukan arah peradaban Islam dan dunia pada masa itu.
Pesantren Al-Basyir, Bogor, Jawa Barat, KH. Dudung Basyir
Jika dikaji lebih mendalam soal ini, maka akan ditemukan penjelasan bahwa di dalam tradisi masyarakat Arab Jahiliyah, bulan Syawal itu dahulu dianggap sebagai bulan yang sial, termasuk untuk melangsungkan pernikahan.
Kepercayaan yang berkembang di Nusantara sekitar 1500 tahun sebelum Masehi adalah bentuk kepercayaan Animisme. Dalam kepercayaan ini, orang meyakini bahwa roh orang yang telah meninggal masih tetap hidup dan memiliki kemampuan untuk memberikan pertolongan kepada manusia yang masih hidup.
Pondok pesantren Asy-Syuja‟i yang berada di Jl. Kelapa No. 7 Dusun Curah Mluwo Desa Rowotamtu Rambipuji Jember. Didirikan pada tahun 1960 M/1379 H oleh seorang musafir dari pulau Madura yang bernama Kyai Syuja'.
KH. DR. Jujun Junaedi lahir di Kampung Sangojar, Desa Sindang Galih, Kecamatan Pangatikan, pada 01 Juni 1971, beliau dilahirkan dari keluarga yang sangat sederhana. beliau merupakan anak ke delapan dari delapan bersaudara, Ayah beliau bernama, Pandi Apandi dan ibunya E. Wasfiah.
Prof. Quraish Shihab menerangkan, bahwa jika kita menemukan pasangan suami istri yang tidak harmonis hubungan mereka, itu bukan berarti bahwa semua pasangan mengalami hal serupa. Sungguh masih banyak suami istri yang hidup bahagia.
Selain sibuk menjadi Ra'is Syuriah PWNU DKI Jakarta, beliau juga mengasuh pengajian di Masjid Jami An-Nur, Paseban. Embrio pengajian ini telah lahir sejak tahun 1930-an. Awalnya dirintis oleh Muallim Thabrani Paseban.
KH. Muhammad Al-Maghfur mendirikan pesantren di Cijambe, Ciberegbeg, Cibeber, Cianjur setelah beliau menyelesaikan belajar di Cilaku sekitar tahun 1951 dan beliau pada saat itu berumur 23 tahun. Pesantrennya tidak diberi nama, tapi para santri datang dari berbagai penjuru meski tanpa publikasi.
Ketika Anda melihat seorang wanita berpakaian dengan cara yang tidak dapat diterima secara Islami, Anda bisa menasihatinya dengan akhlak dan cara yang baik, jangan sejenak pun berpikir bahwa dia lebih rendah dari Anda secara rohani.