Periode tahun 680-683 M merupakan rentang waktu yang sangat menarik untuk dipelajari lebih lanjut, terutama dalam konteks sejarah peradaban Islam dan dunia pada masa itu.
KH. Achmad Damanhuri Ya’qub terlahir dengan nama Achmad Dzahabi di Kemiri Barat pada tanggal 3 Juni 1938. Ayahnya bernama Ya’qub adalah seorang petani tembakau yang sangat ulet dan ibunya bernama Siti Habibah.
Kisah sederhana tentang kebijaksanaan dan keyakinan seorang wanita miskin telah menjadi cahaya yang membawa pandangan baru bagi seorang ateis yang skeptis
KH. Mushlih bin H. Abdurrozi yang lebih dikenal dengan panggilan Mama Ajengan Jenggot
Habib Ali Kwitang Al-Habsy merupakan tokoh penting dalam jejaring habaib pada akhir abad ke-19 dan paruh pertama abad ke-20. Hampir seluruh jejaring habaib di Nusantara dan Haramain terkoneksi dengannya, bahkan beliau juga menghubungkan generasi sebelumnya dengan generasi setelahnya, juga antara ulama pribumi dan ulama hadrami.
Dalam sebuah program wawancara yang bertajuk “Mafahim Ifta’iyah” (Pendalaman-Pendalaman Fatwa), beliau menjelaskan secara terperinci mengapa bank tidak bisa disebut riba.
Syekh Hasan Ma’sum dilahirkan pada tahun 1882 M di Labuhan Deli, Medan, Sumatera Utara. Beliau merupakan seorang ulama Nusantara yang masyhur pada awal abad ke-20an yang ahli dalam bidang fiqih dan juga mendidik banyak ulama di Sumatera Timur, wilayah yang sekarang menjadi bagian dari Sumatera Utara.
Pondok Pesantren Al-Husna didirikan pada tahun 2003 oleh KH. Muhammad Azhari Al-Hafidz di Payaman, Secang, Magelang. Pondok Pesantren Al-Husna berkomitmen penuh untuk meneruskan perjuangan Salafussholih dalam menjaga, membina, dan memelihara agama serta negara yang sesuai dengan akidah Ahlussunnah wal Jama'ah.
Pondok Pesantren l-Ishlahuddiny, Kediri, Lombok Barat dirintis oleh dua orang tokoh bersaudara yaitu “Almagfurlah Tuan Guru Mustofa Al-Kholidy dan Tuan Guru Ibrahim Al-Kholidy.” Kedua tokoh ini terlahir dari seorang ayah yang bernama Tuan Guru Kholidy.
Ceritakanlah kepada kepada anak-anak kaum muslimin tentang Abdurrahman ad-Dakhil, atau Muhammad al-Fatih, atau Sulaiman al-Qanuni. Agar mereka tahu siapakah yang lebih layak untuk jadi idola.