INFAK / SEDEKAH/ DONASI/ SUMBANGAN untuk LADUNI.ID
Seluruh dana yang terkumpul untuk operasional, pemeliharaan, dan pengembangan portal dakwah Islam ini
Salah satu tradisi intelektual yang khas dari NU adalah Bahtsul Masail, sebuah forum diskusi yang bertujuan untuk membahas dan merumuskan jawaban atas berbagai persoalan keagamaan, sosial, politik, ekonomi, dan budaya yang dihadapi umat Islam.
Pondok Pesantren Daar El Ulum berada di wilayah pegunungan, yakni di bawah kaki Gunung Pulo Sari beralamatkan di Kp. Bandrong, merupakan salah satu pesantren modern yang ada di Kabupaten Pandeglang, Banten.
KH. Mushlich Abdul Karim merupakan seorang ulama kharismatik yang berasal dari Tanggir, Tuban. Beliau tidak hanya dikenal sebagai pendiri Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, tetapi juga berperan aktif dalam penyebaran ajaran Islam di Desa Tanggir, Tuban.
KH. Mushlich Abdul Karim , dengan nama kecil Sho’im, lahir di desa Mojo (yang lebih dikenal dengan sebutan Jambangan) Kecamatan Kenduruan, Kabupaten Tuban. Tepatnya, pada tanggal 17 ramadhan 1343 H/1921 M
Guru Zuhdi kecil memulai pendidikannya dengan belajar kepada ayahnya, setelah selesai beliau melanjutkan pendidikan formal dengan Sekolah Rakyat (SR). Setelah itu, beliau melanjutkan dengan belajar di Pondok Pesantren Al Falah Banjarbaru yang diasuh oleh Tuan Guru Sani.
Pondok Pesantren Salaf An-Nur ,Merupakan lembaga pendidikan ilmu agama islam yang berlokasi di Desa Tegal mulya, Kecamatan Krangkeng, Kabupaten Indramayu, Jawa barat. Pondok pesantren Salaf An-Nur berdiri pada tanggal 1 Januari 2010/ bertepatan dengan 15 Muharrom 1431 Hijriyah. Didirikan oleh KH. Farid `Ashr Wadhr yang mana merupakan pengasuh Pondok hingga sampai saat ini.
"Dari Abu Hurairah, diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW minum dalam tiga kali napas. Ketika beliau mendekatkan bejana ke mulutnya, beliau menyebut nama Allah Ta'ala. Ketika beliau menjauhkannya, beliau memuji Allah Ta'ala. Beliau melakukan hal itu sebanyak tiga kali."
Perbedaan yang terdapat pada manusia tidak semata-mata menjadi sumber perpecahan. Terkadang dengan perbedaan itu manusia dapat menjadi makhluk yang saling terikat satu sama lain. Dan tidak jarang pula perbedaan menimbulkan timbal baik positif di antara sesama.
Menurut Gus Baha', dalam hal sedekah, seseorang tidak butuh niat (nawaitu). Tapi kalau orang melaksanakan ibadah shalat itu masih butuh niat dan harus Islam. Berbeda dengan sedekah yang tidak membutuhkan niat.