KH. Ali Maksum adalah putra pertama dari hasil perkawinan KH Ma’shum bin KH. Ahmad Abdul Karim dengan Ny. Hj. Nuriyah binti KH Muhammad Zein Lasem, yang lahir pada tanggal 2 Maret 1915 di desa Soditan Lasem kabupaten Rembang
Dalam beragama, kesombongan seringkali menjadi masalah yang sering terjadi dalam ibadah. Banyak orang yang terjatuh dalam kesombongan, bukan hanya karena harta, kekuasaan, atau kecerdasan. Kesombongan ini muncul ketika seseorang menganggap remeh orang lain dan merasa lebih mulia dari mereka.
Abu Nasir Muhammad bin Al-Farakh Al-Farabi atau biasa disebut sebagai Al-Farabi lahir pada tahun 257 H/870 M pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah Khalifah Al-Mu'tamid Alallah. Al-Farabi terkenal sebagai ilmuwan dan Filsuf Muslim yang berasal dari Farab, Kazakhstan. Di dunia barat beliau lebih dikenal sebagai Alpharabius, Al-Farabi, atau Abunasir.
Babad menyebutkan sepeninggal Panambahan Mandaraka, kerajaan dibelah dua, antara Panambahan Bukabu dan Panambahan Baragung. Tentang Panambahan Bukabu Babad tidak banyak terberitakan dalam Babad, tidak seperti Panambahan Baragung.
Orang-orang yang mencintai dan mendukung Ali masih tidak menyetujui apabila sepeninggal Ali khalifah selanjutnya dipegang oleh Muawiyah. Makanya banyak daripada mereka semua kemudian membaiat Hasan bin Ali menjadi khalifah. Orang yang pertama kali membaiat Hasan bin Ali adalah Qais bin Sa’ad bin Ubadah, kemudian diikuti oleh banyak orang muslim lainnya.
Dayah/Pesantren Darurrahmah merupakan salah satu Pesantren Salaf terbaik se-Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Dalam sejarahnya, Pesantren Darurrahmah didirikan pada tahun 1991 oleh Teungku H. Muhammad Hasbi Nyak Diwa di Gampong Kota Fajar, Kecamatan Kluet Utara, Kabupaten Aceh Selatan, Nanggroe Aceh Darussalam.
Pesantren Terpadu Assa'adah Li Nahdlatil 'Ulama, Tangerang, Banten
Pesantren Daarul Amanah Rajagaluh Majalengka Jawa Barat
Suara dzikir dan bacaan shalawat hampir tidak pernah berhenti terucap dari lisan beliau. Meskipun sudah larut malam, seringkali terdengar lantunan dzikir dan shalawat dari kamar beliau.
Setelah belajar sekitar 13 tahun di Pesantren An Nida, KH. Mahfudz Asirun pun meminta izin kepada Syekh Muhajirin untuk benar-benar pulang kampung untuk melanjutkan dan mengembangkan ta’lim yang sudah beliau rintis sejak lama.