INFAK / SEDEKAH/ DONASI/ SUMBANGAN untuk LADUNI.ID
Seluruh dana yang terkumpul untuk operasional, pemeliharaan, dan pengembangan portal dakwah Islam ini
Eksistensi Jam’iyah Nadlatul Ulama tidak saja sebagai penjaga ideologi keislaman Ahlussunnah wal Jama’ah, tetapi juga tidak bisa terlepas dari perannya dalam menjaga bangsa dan negara Indonesia. Karena itu, Nandlatul Ulama akan senantiasa mempunyai kepeduliaan terhadap persoalan bangsa dan negara.
Disamping beliau memimpin sekolah, beliau juga melanjutkan pengajian Bapak Mertua bersama KH. Ibnu Chajar bin KH. Mudzakir yaitu pengajian kitab Ihya’ ‘Ulumuddin, Kitab Sahih Bukhori dan banyak lagi kitab-kitab lain yang diajarkan kepada para Santri beliau.
Islam sangat menganjurkan umatnya untuk peduli terhadap sesama, terutama dalam hal memberi makan. Perbuatan ini bukan sekadar bentuk kebaikan sosial, tetapi juga memiliki nilai ibadah yang tinggi.
Gelora Bung Karno (GBK) memiliki tempat istimewa dalam sejarah Nahdlatul Ulama (NU). Stadion megah yang dibangun pada era Presiden Soekarno ini telah menjadi saksi berbagai perhelatan akbar yang menegaskan kebesaran NU sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia.
Pondok Pesantren Darul Hidayah, Bandung didirikan pada tahun 1964, oleh KH. RA Memed, Mayor Syahdi, dan KH. Ambari. Pondok Pesantren Darul Hidayah berlokasi di Jl. 17 Agustus No.19 Gatot Subroto, Kel.Cibangkong Kec. Batununggal, Bandung, Jawa Barat.
KH. Syathori terlahir dari keluarga ulama dan bangsawan. Darah ulama mengalir dari jalur ayahnya KH. Sanawi bin Abdullah bin Muhamad Salabi dari Lontang Jaya. KH. Sanawi adalah seorang ulama penghulu yang merintis berdirinya Pondok Pesantren Dar Al-Tauhid dengan mendirikan langgar (mushala).
Nilai-nilai kebenaran diyakini dan diperjuangkan NU agar membawa maslahat bagi umat manusia, yang semuanya itu berlandaskan keilmuan kuat. Sebab, memang menegakkan kebenaran merupakan komitmen NU sejak dulu dan selalu konsisten dilanjutkan oleh generasi penerusnya.
Pada 1970, Kyai Ahmad Bagdja melengkapi gelar kesarjanaannya dengan melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jakarta (IKIP Jakarta) yang sekarang bernama Universitas Negeri Jakarta (UNJ).
Al Habib mematahkan perkataan orang yang meragukan kemampuan beliau, dan ternyata orang yang berasal dari daerahpun mampu memegang kendali ilmu nasab ini setelah belajar puluhan tahun dengan berkeliling kemana-mana.
Khalifah Al-Muntashir adalah salah satu penguasa Dinasti Abbasiyah yang menghadapi masa pemerintahan singkat namun penuh intrik politik. Ia menjabat sekitar tahun 861-862 Masehi, tepatnya hanya 6 bulan saja. Salah satu aspek penting dari pemerintahannya adalah hubungannya dengan etnis Turki, yang pada masa itu memiliki kekuatan dominan dalam militer dan politik kekhalifahan Abbasiyah,