Syaikh Abdul Wahab Bugis lahir di daerah Sadenreng Pangkajane, Bugis, Makasar, Sulawesi Selatan. Perkiraan beliau lahir antara tahun 1725-1735, Beliau keturunan seorang raja yang berasal dari daerah Sadenreng Pangkajene.
Dalam Majalah “Berita Nahdlatoel Oelama” (BNO) edisi no. 22, tahun ke-7 (20 Redjeb 1357 H / 15 September 1938 M) termuat fatwa Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari yang menyerukan dibacakannya doa “Qunut Nazilah” sebagai bentuk solidaritas sesama umat Muslim atas peristiwa yang terjadi di Palestina.
KH. Abdul Hamid Chasbullah dilahirkan di dusun Tambakberas, Jombang, tepatnya di Pesantren Tambakberas. Beliau merupakan putra ke dua dari delapan bersaudara, dari pasangan KH. Casbullah Said dengan nyai Lathifah.
KH. Ahmad Nahrawi merupakan anak pertama (sulung) dari pasangan KH. Moh. Hasan dan Nyai Ruwaidah. Masa kecil beliau banyak dihabiskan di lingkungan komplek pesantren Genggong.
Hadratussyaikh Romo KH. Ihsan Mahin adalah putera pendatang dari Jawa Tengah, tepatnya dari desa Surupan, Kecamatan Nguntoronadi, Kabupaten Wonogiri.
Setelah Muktamar selesai, sebelum muktamirin tiba di kediamannya masing-masing, terdengarlah kabar bahwa Mbah Wahab berpulang ke rahmatullah. Dari itu para kyai NU dan khususnya Kyai Bisri menyaksikan dan mengakui kewalian Mbah Kyai Wahab Chasbullah. Al-Fatihah.
Di sisi lain, Tuhan menyebut Jibril dengan Ar-Ruh Al-Amin, yaitu ruh yang dapat dipercaya, sehingga Jibril-lah yang kemudian dipilih Allah untuk menyampaikan wahyu kepada para nabi dan rasul-Nya.
Drs. KH. Cholil Dahlan merupakan anak pertama dari pasangan KH. Dahlan Cholil dan Nyai Hj. Zubaidah/Sholihah (istri kedua). Yai Cholil bertempat tinggal di Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso PeteronganJombang. Yai Cholil merupakan ketua umum majelis pimpinan Darul Ulum masa periode sekarang (2016-2025).
Salah satu kaidah penting penafsiran Al-Qur'an yang menjadi pegangan para pegiat tafsir adalah sebagian ulama diberi oleh Allah pemahaman yang bisa jadi berbeda dengan yang lainnya, dan itu semua tergantung kemampuannya dalam mengelola hatinya dan kesiapannya dalam menerima pemahaman dari Allah.
Syaikh H. Abdul Aziz Samalanga atau yang kerap disapa dengan panggilan Abon Aziz dilahirkan pada bulan Ramadhan tahun 1351 H atau bertepatan dengan 1930 M, di sebuah gampong bernama Kandang di Kecamatan Samalanga