KH. Sanusi Yasin merupakan putra KH. Yasin dengan Nyai Hj. Muthiah binti Yasir yang lahir di Desa Cebolek, Kecamatan Margoyoso, Kabupaten Pati.
Kiai Haji Noer Alie adalah seorang ulama yang berasal dari Jawa Barat yang merupakan pahlawan nasional Indonesia. Tahun 1950, Noer Ali diangkat sebagai Ketua Masyumi Cabang Jatinegara.
KH. Drs.Totoh Abdul Fatah Ghazali S.H. lahir pada 31 Agustus 1931 di Bandung, Jawa Barat. Beliau merupakan putra dari pasangan KH. Rd. A. Rosyad Ghazali (Mas Amuni) dengan Siti Rahmah, putri KH. Abdurrahman.
KH. R. Muhammad Amin atau yang akrab dipanggil Guru Amin lahir pada 3 Juni 1901 di Kebayoran Lama. Beliau merupakan putra dari pasangan KH. Raden Muhammad Ali atau Guru Ali asal Jatinegara, Kaum, Jakarta Timur dan Ibu Maryam. Nasab leluhur Guru Amin dari jalur ayah sampai kepada Pangeran Muhammad Syarief (Pangeran Sanghiyang) yang dimakamkan di Pemakaman Jatinegara Kaum.
KH. Musta’in Romly adalah putra kedua KH. Romly Tamim, lahir di Rejoso pada tanggal 31 Agustus 1931 dan sejak kecil beliau mendapat didikan langsung dari kedua orang tuanya.
Syeikh Mahfudz At-Tarmasi memulai pendidikannya dengan belajar langsung kepada ayahnya, KH. Abdullah. Beliau belajar Al-Qur’an, Fathul Mu’in, Fathul Wahhab, Syarah As-Syarqowiyah Al-Hikam dan tafsir Al-Jalalin hingga sampai surat Yunus saja.
KH. Nuruddin Amin atau yang akrab disapa Gus Nung lahir di Jepara, 7 Agustus 1967. Beliau dibesarkan dalam lingkungan Nahdliyin yang kental. Ayah beliau bernama KH. Amin Sholeh, seorang tokoh Nahdlatul Ulama yang mempunyai pengaruh yang kuat di masyarakat. KH. Amin Sholeh pernah menjabat sebagai Rois Suriah PWNU Jawa tengah dan seorang pendiri Pondok Pesantren Hasyim Asyari Bangsri.
KH. Moh. Baqir Adelan lahir pada tanggal 30 Agustus 1934 M. Atau 19 Jumadil Ula 1354 H. di desa Kranji kecamatan Paciran kabupaten Lamongan putera ke 6 dari 12 bersaudara.
“Wajib bagi seorang Muslim untuk mendengar dan taat dalam hal yang ia sukai atau tidak ia sukai. Kecuali dia diperintah pada suatu kemaksiatan. Jika diperintah berbuat maksiat, maka tak ada kata mendengar dan taat.” (HR. Muslim).
Peran ulama, pemerintah dan rakyat, saya rasa adalah kunci dari kestabilan dan ketenteraman negara. Ketika ketiganya sudah berjalan di jalannya masing-masing, mustahil negara akan tidak tenteram apalagi di ambang kehancuran.