Shalat berjamaah memiliki banyak keutamaan, di antaranya ialah mendapat keutamaan dihindarkan dari api neraka, dijauhkan dari sifat munafik, dan dibalas pahalanya dengan berlipat ganda. Shalat berjamaah juga memberikan peluang besar diterimanya shalat ketimbang shalat sendiri.
Bahagia harus dilatih dengan sesuatu yang sifatnya baik. Jangan sampai ada yang merasa bangga dan bahagia dengan kemaksiatan. Karena itu, harus melatih diri bahagia dengan berbagai hal yang berupa kebaikan.
Menyambung silaturrahim, bertegur sapa, dan bahkan menarik cerita dari sahabat orang tua kita yang telah wafat, akan membuat kita kembali mengenang kebaikan-kebaikan yang telah dilakukan oleh orang tua selama hidupnya.
Ciri khas NU lainnya adalah isi kajian Buya Syakur lebih mengutamakan kehidupan bermuamalah di tengah kehidupan masyarakat yang majemuk.
Abon Aziz merupakan sosok ulama yang telah banyak melahirkan kader ulama dan tokoh dalam masyarakat.
Pondok Pesantren Modern An-Nuqthah mempunyai arti “Titik” yang memiliki filosofi kecil wujudnya namun besar manfaatnya, inilah yang telah menjadi harapan bagi Pondok Pesantren Modern An-Nuqthah. Pesantren ini didirikan pada tanggal 08 Agustus 2009 oleh KH. Zuhri Fauzi, S. Ag.
KH. Muhammad Najmi Qadir, yang biasa juga dikenal sebagai Guru Najmi, merupakan salah satu tokoh terkemuka yang memimpin Pondok Pesantren As’ad di kota Jambi. Beliau tidak hanya terkenal sebagai seorang ulama yang mumpuni, tetapi juga sebagai seorang politikus yang cakap dan berdedikasi.
Sejak dulu KH. M. Ulin Nuha Arwani dan KH. M. Ulil Albab Arwani, selaku pengasuh PTYQ Menawan Kudus bercita-cita memiliki pondok modern yang berbasis sekolah dengan mensinergikan antara Al-Qur’an, ilmu pengetahuan, serta bahasa asing.
Ibadah shalat memiliki pemaknaan yang mendalam, lebih dari sekedar ritual yang dilakukan dengan baik dan benar. Hal ini membawa pemahaman mendalam bahwa sebenarnya ibadah shalat mengandung nilai, misi dan keluaran (outcome).
Nabi Muhammad SAW memiliki banyak sahabat dari berbagai kalangan, di antara mereka itu bernama Mus’ab bin ‘Umair, pemuda Makkah yang berparas tampan, gagah, dan sangat dimanja oleh kedua orangtuanya