INFAK / SEDEKAH/ DONASI/ SUMBANGAN untuk LADUNI.ID
Seluruh dana yang terkumpul untuk operasional, pemeliharaan, dan pengembangan portal dakwah Islam ini
Beliau lahir di Tulungagung 20 juni 1943. Putra dari KH. Mustaqim Husain yang juga seorang mursyid dan seorang pejuang kemerdekaan. Sejak masa kanak-kanak, beliau belajar agama pada Ayahandanya sendiri.
Syekh Hasan Ma’sum dilahirkan pada tahun 1882 M di Labuhan Deli, Medan, Sumatera Utara. Beliau merupakan seorang ulama Nusantara yang masyhur pada awal abad ke-20an yang ahli dalam bidang fiqih dan juga mendidik banyak ulama di Sumatera Timur, wilayah yang sekarang menjadi bagian dari Sumatera Utara.
Seperti yang telah dijelaskan di awal, Kyai Ali Muchson lahir pada 10 November 1945, di Kampung Sambiroto, Desa Sindon, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Ayah beiau biasa dipanggil di kalangan keluarganya dengan sebutan Eyang Ruslan Muhammad Danuri bin Eyang Marto. Sedangkan ibunya, biasa dipanggil dengan sapaan Mbah Nyai Danuri.
KH. Abdul Djalil Mustaqim putra dari KH. Mustaqim Husain yang juga seorang mursyid dan seorang pejuang kemerdekaan
Memiliki anak yang sholeh, berakhlak mulia, dan senantiasa menjalankan amal kebaikan adalah harapan setiap orang tua. Namun, tidak sedikit orang tua yang lupa bahwa anak adalah cerminan dari apa yang mereka lihat dan alami di lingkungan keluarga.
Sebagaimana diuraikan dalam buku Madinah: Kota Suci, Piagam Madinah, dan Teladan Muhammad SAW, Zuhairi Misrawi mengatakan, setidaknya ada tiga hal dasar yang dilakukan Rasulullah SAW dalam membangun peradaban pada fase Madinah.
Syaikh Hasan Ma’shum ini lahir di Labuhan Deli, Sumatera Utara pada tahun 1300H/1882M, Syekh Hasan Ma'sum merupakan sufi dari Tarekat Naqsyabandiyah
Di dalam sejarah Islam, kita akan mendapati bahwa ajaran-ajaran Rasulullah SAW itu menegaskan agar sebagai orang Muslim, maka harus bersikap adil kepada siapapun, termasuk kepada umat agama lain.
Budaya Jawa dikenal kaya akan tradisi yang sarat makna filosofis dan spiritual. Salah satu tradisi yang masih dilestarikan hingga kini adalah “neloni,” “ngapati,” dan “mitoni”.
Meskipun Guru Sekumpul telah wafat pada 5 Rajab 1426 Hijriyah, tapi cinta para jamaah kepada beliau tidak pernah memudar. Bahkan, magnet spiritualnya semakin kuat, menarik jutaan orang untuk hadir di haul ini setiap tahunnya.