"Ada beberapa ulama yg menjadi paku bumi tanah Jawa, mereka yakni KH. Arwani Amin Kudus, KH. Abdul Hamid Pasuruan, Hb. Anis b. Alwi Al Habsyi Solo dan KH. Ahmad Umar Abdul Manan Mangkuyudan."
Alkisah, seorang pelacur tua, mungkin tinggal seonggok daging penuh dengan kuman penyakit kotor, tertatih-tatih menempuh perjalanan di padang pasir. Perbekalan tinggal air sekendi belaka, padahal perjalanan masih jauh.
Suatu ketika, Sultonul Auliya’ Syekh Abdul Qadir al-Jailani bersama murid-muridnya berpapasan dengan seorang pemabuk yang teler berat. Walaupun dengan kondisi mabuk berat, si pemasuk itu memberikan 3 pertanyaan kepada Syekh Abdul Qadir al-Jailani.
Bicaralah kepada manusia sesuai dengan tingkat pemikiran (pendidikan) mereka. Jika berbicara di dalam suatu majelis yang dihadiri oleh orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, jangan berkata
Tiga syair spesial Gus Mus dalam Panggung Penyair Asia Tenggara; Hanin, Mulut, Tadarus.
Di balik nama besar seorang Kiai Hamid Pasuruan, tersimpan kisah perjuangannya yang luar biasa. Salah satunya adalah perjuangan Kiai Hamid dalam membina keluarganya.
Cerita ini dituturkan oleh KH. M. Abd. Aziz Manshur dalam peringatan satu abad Ponpes Lirboyo.
Dalam mimpi itu, Imam Junaid didesak untuk meminta maaf atas perbuatannya tersebut
Kisah ini dialami oleh pak Masykur mengenai Mbah kyai Hamid Pasuruan –yang insya allah- juga waliyullah
Kiai Sholeh Qosim sudah tidak asing bagi Nahdliyyin. Kiai kelahiran Sidoarjo 1930 ini, dikenal sebagai kiai yang konsisten memegang Khitthah NU. Di samping itu, keteguhannya dalam menegakkan NKRI tak perlu diragukan lagi.