Ketika beliau Abah Guru Sekumpul masih tinggal di Kampung Keraton, biasanya setelah selesai pembacaan maulid, beliau duduk-duduk dengan beberapa orang yang masih belum pulang.
Pada suatu hari, datang rombongan para Habaib dari berbagai daerah ke Kalimantan Selatan, tepatnya ke kediaman KH. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani Al-Banjari (Abah Guru Sekumpul).
Habib Sholeh BSA yang berasal dari Jawa, baru tinggal di Kalimantan Selatan, kemudian beliau mengajar di Al Falah. Beliau mengajak istri yang baru dinikahinya, seorang syarifah dari kalangan kaya.
Wasiat ini dikisahkan kembali oleh cucu beliau, L. M. Wildan Arsyad, S.Pd.I. Berikut ini adalah wasiat dari Datok Tombok.
Di Tarim sana, Hadramaut, kota para Habaib dan banyak melahirkan para Quthub, ada seorang Habib Sepuh yang bernama Habib Ahmad Assegaf r.a yang mengarang qasidah "Baina katifaihi 'alaamah".
Ada Seorang murid yang termasuk dekat dengan Abah Guru Sekumpul menceritakan ketika ia berkunjung ke rumah Abah Guru Sekumpul.
Karomah ini dikisahkan langsung oleh Umi Ela (Ibunda H.Muhammad Amin Badali dan H.Ahmad Hafi Badali)
Sudah masyhur, Gus Dur sering tidur di berbagai forum ilmiah, lalu bangun menyampaikan pemaparan sesuai tema, seolah-olah nyambung dengan uraian narasumber-narasumber sebelumnya. Padahal sebelumnya benar-benar tidur, sangat nyenyak pula.
Dikisahkan oleh Habib Husein Alaydrus dari Singa Mahakam, ada seorang Sayyid yg setiap Hari duduk-duduk Di Tempat Perjudian.
Abah Guru sejak kecil dididik dengan sangat ketat oleh orang tuanya. Sang ayah (Guru Abdul Ghani) selalu mengawasi sang anak dengan sangat ketat.