Ada pula yang berhujah jika diam dicontohkan oleh Siti Maryam ibunda Nabi Isa AS seperti dituangkan dalam Alquran. “...Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Rab Yang Mahapemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini”. (QS Maryam [19]: 26).
Bagi kaum hawa, jika memiliki masalah tak jarang mereka melakukan “gerakan tutup mulut” atau lebih dikenal dengan istilah ngambek. Ternyata, sikap diam seorang perempuan bisa berakibat buruk. Bahkan, dalam Islam, beberapa ulama mengharamkannya. Sikap diam dalam jangka waktu tertentu dianggap sebagai perbuatan jahiliyah.
Bahkan, kelak kembali berkumpul bersama di akhirat. "Seseorang kelak di akhirat dikumpulkan bersama siapa yang dicintai di dunia." (HR Muslim). Nah, apalagi alasan kita untuk tidak menghadirinya. Jangan sia-siakan hidup yang sebentar ini. Ayo raih semua kemuliaan itu dengan duduk di taman surga. Wallahu A'lam.
Kisah berikut ini mengajarkan kepada kita tentang bagaimana sikap dan perlakuan Umar terhadap sosok perempuan. Suatu ketika, Umar bin Khattab, tidak langsung menuju rumahnya usai menunaikan shalat Subuh. Seperti kebiasaannya, Umar tak pernah absen blusukan ke kampung-kampung memantau keadaan rakyatnya hingga siang hari.
"Wahai Amirul Mukmin, pemuda ini telah membunuh ayah kami." Setelah itu, pemuda yang sementara terikat tangannya berkata. "Wahai Amirul Mukminin, dengarkanlah penjelasanku terlebih dahulu," pintanya.
Orang yang niatnya bagus atau membaguskan niatnya dalam menjalani hidup dan beramal, akan menjadi orang yang ikhlas dan shidiq, mereka menjadi orang yang benar dan jujur dalam tingkah laku, perbuatan, dan ucapannya. Dalam soal ini, kita akan mengambil faedah dari penjelasan beberapa guru sufi:
Sungguh kita tidak akan pernah menang perang me la wan makhluk terkutuk ini kecuali atas pertolongan-Nya. De ngan memperkuat tauhid, ikhlas, dan istiqamah ibadah ser ta memperbanyak isti’adzah atau doa, niscaya kita akan senantiasa mendapat per lindungan Allah dan mam pu menaklukkannya. (QS al- Mu’minun 97-98). Jika anak Adam membaca ayat sajdah lalu dia sujud, setan men
Kita mungkin pernah merasakan, berbuat dosa tapi kita menganggapnya hal yang baik. Berbuat maksiat tapi perasaan kita membela perbuatan itu. Seakan perbuatan itu adalah hal yang wajar.
Keyakinan tinggi ini tidak boleh dilepaskan dari sikap tawakal. Jadi tawakal bukanlah penyerahan diri tanpa disertai apapun. Tawakal adalah keyakinan kuat itu sendiri. Allah SWT berjanji barangsiapa yang bertawakal dengan sungguh-sungguh, Ia akan mencukupi segala kebutuhannya
Para ulama telah menjelaskan makna tawakal secara jelas. Diantaranya adalah Imam Al-Ghazali. Ia berkata , "Tawakal adalah penyandaran hati hanya kepada wakil (yang ditawakali) semata". (Ihya' Ulumid Din, 4/259)