Bagi orang awam, mindset “kalau tidak dimakan, ya jangan beli” merupakan sebuah kekeliruan, sebab dengan membeli dagangan si penjual maka sudah pasti si penjual akan membawa uang untuk memberi makan keluarganya.
Dalam postingan di laman facebook pribadinya, KH. Taufik Damas menceritakan sebuah kisah dari seorang pelukis yang sangat bangga dengan lukisannya.
Pangersa Ajengan Aang Muhaiminul Aziz ra bercerita bahwa dulu pernah ada seseorang yang kalah main judi melintas di depan Madrasah Pontren Suryalaya. Pakaiannya sampai habis semua hanya menyisakan celana pendek yang masih dipakainya.
Dalam kitab Kifayatul Awwam, dihikayatkan atau dikisahkan bahwa Nabi Musa AS pernah sakit gigi. Beliau mengadukan rasa sakitnya kepada Allah SWT. Lalu Allah SWT memerintahkan Nabi Musa untuk mengambil sejenis rumput di tempat yang telah ditentukan untuk diletakan di atas giginya yang sakit. Nabi Musa AS melaksanakan apa yang diperintahkan, dan rasa sakitnya pun hilang seketika.
Aku membuka lembaran pertama pada kitab tersebut, menerangkan tentang pujian ulama atas karangan kitab Imam Hujjatul Islam Muhammad bin Muahmmad bin Muhammad Al-Ghazali, terutama pujian terhadap kitabnya yang berjudul Ihya Ulumuddin. Beberapa ulama yang memuji karangannya Imam Ghazali
Teringat masa-masa indah duduk serta menciduk akan ucapan serta mutiara hikmah yang beliau ucapkan. Lantunan Quranmu yang fasih, masih kurasakan getarannya sampai sekarang, Wahai sosok yang paling berjasa di hidupku, "Guruku".
Jika kita mencoba memutar ruang waktu dan berhenti pada tahun 571 Masehi, kita akan melihat sebuah suasana bak pesta yang melibatkan seluruh makhluk di alam semesta ini. Kegembiraan beraduk dengan isak tangis kebahagiaan atas kelahiran seorang yang dinantikan kehadirannya.
Di dalam kitab Hilyatul Auliya' ada sebuah Hikayah yang sangat bermanfaat untuk kita. Di kisahkan ada seorang waliyullah yang bisa melihat dan bisa bercengkrama dengan makhluk yang tak kasat mata (ghoib). Pada suatu hari ada rombongan wabah tho'un pergi untuk ke kota Damaskus, di tengah perjalanan, wabah itu bertemu dengan seorang waliyullah.
Sesuai dengan nama beliau, Mbah Yai Din adalah perhiasannya agama. Putra kinasih Kiai Djazuli dan Nyai Rodliyah, orang tuanya. Putra tertua kiai Djazuli yang hidup hingga dewasa. Pengatur ritme Pesantren Al Falah Ploso Kediri, pengayom bagi adik-adiknya. Kiai Huda, Kiai Hamim (Gus Miek), Kiai Fu'ad, Kiai Munif dan Nyai Lailatul Badriyah.
Rabi’ah al-‘Adawiyah. Namanya sering disebutkan sebagai Rabi’ah al-Qaisiyyah dari Basrah, Irak. Lahir tahun 180 H. Nama perempuan ini begitu populer. Ia diingat orang, terutama dalam dunia sufisme, sebagai perempuan Ikon cinta Tuhan (al-Hubb al-Ilahi).