Kemarin-kemarin, kamu datang ke rumahku untuk meminta doa. Aku menyuruh seorang bocah untuk mendoakan kamu, Itulah Gus Miek. Jadi, siapa saja, termasuk kamu, bisa berkumpul dengan Gus Miek itu seperti mendapatkan Lailatul Qodar.
Berikut ini adalah beberapa kalam Syaikh Maulana KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani al-Banjari atau Abah Guru Sekumpul, mengenai kemuliaan bershalawat. Selamat membaca.
“Kamu belum pernah kan shalat dimakmumi jin? Saya berkali-kali, dahulu bapak saya berwasiat ‘Kamu jangan pernah memimpin jin’.
Pagi itu... Seorang Muhibbin (sebutan untuk pecinta Ulama) datang ke Rumah Habib Abdul Qadir di Jeddah, dan tak tanggung-tanggung, ia membawa uang sebanyak 1Milyar Riyal untuk dihadiahkan kepada beliau.
Mbah Ud dan Gus Miek duduk bersila di atas kursi, kemudian dengan lantang keduanya membaca shalawat, dan keduanya saling berbahagia.
Atas petunjuk Ketua KBIH Ar-Raudhah bapak KH. R. A. Arwan Bauis., S.H, jemaah habis Duhur kita ajak membaca, yaa naru kuni bardan wasalaman 100 kali. Alhamdulillah, tidak lama kemudian mendung dan gerimis.
Di tengah kebingungan keduanya, maka Gus Kholid langsung menghampiri Kiai Said yang baru keluar dari mobil, seraya berkata: “Abah, wonten...” Belum selesai berkata, Kiai Said langsung menjawab: “Kiai Hamid? Wis.. wis... Abah wis ketemu kok,” (Sudah, sudah saya temui kok) Sambil berjalan menuju Ndalem.
Gus Miek justru muncul di tengah sungai, berdiri di atas punggung seekor ikan yang sangat besar, yang menurut Gus Miek adalah piaraan gurunya.
KH. Abdul Hayyie Nai'm adalah salah satu santri yang sangat diistimewakan dan disayangi oleh KH. Idris Kamali (Menantu KH. Hasyim Asy'ari asal Cirebon)
Dalam cerita yang disampaikan Gus Miek kepada pengikutnya, ternyata Gus Miek bertemu gurunya. Ikan tersebut adalah piaraan gurunya, yang memberitahu bahwa Gus Miek dipanggil gurunya. Akhirnya, ikan itu membawa Gus Miek menghadap gurunya yaitu Nabi Khidir.