Mbah Yai Khusen bercerita pada Gus Zuli tentang tentang mimpi ketika tertidur tadi. Dalam mimpi Mbah Yai Khusen bermimpi bahwa suatu saat ada kiai besar yang akan lahir di tempat ini dan tempat ini akan ramai setelah kiai besar tersebut wafat.
Suatu hari, disela pengumpulan informasi dan penggalangan menjelang satu keputusan politik penting, Gus Dur menyempatkan diri mendatangi Gus Miek yang sedang maraton sema'an MANTAB. Gus Dur menanyakan kondisi Indonesia.
Setiap kali KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) datang ke Kebumen, beliau selalu menyempatkan sowan menemui KH. Sonhaji (Mbah Jimbun). Beliau merupakan salah satu guru Gus Dur yang selalu mengajarkan tentang kesederhanaan.
Saat tentara Jepang menodongkan senjata pada Mbah Yai Khusen dan teman-temannya, tiba-tiba senjata yang ditodongkan ke arah Mbah Yai itu meleleh seperti dipanaskan.
Surga memang benar-benar sebuah tempat yang penuh dengan keajaiban dan barakah. Jika tidak ada hadits-hadits yang mensifatinya, sebagai manusia dengan segala keterbatasan akal, mustahil kita akan bisa menggambarkannya.
Syekh Kholil memerintah KH. Syamsul Arifin untuk mengambil kerocok (sejenis daun aren yang dapat mengapung di atas air) untuk dipakai perjalanan menuju Makkah. Setelah mendapatkan kerocok, lantas Syekh Kholil menatap ke arah Makkah, tiba-tiba kerocok yang ditumpanginya berjalan dengan cepat menuju Makkah.
Nama beliau adalah Tuan Guru Haji Ahmad, tapi beliau lebih familiar dengan nama "Tuan Guru Tretetet". Gelar "Tretetet" itu konon disematkan padanya karena beliau gemar tertawa, dan suara tawa beliau serupa itu. Beliau adalah seorang waliyullah, Kekasih Allah, Murobbi Mursyid tanpa murid, Tuan Guru tanpa pesantren.
Sebelum kedatangan Kiai Idham, sang pengasuh Pondok Pesantren Buntet sudah menunggu kehadiran beliau, hal ini dikarenakan jauh sebelum kedatangan Kiai Idham, dirinya sudah diberitahu terlebih dahulu oleh Wali Songo. Para waliyullah mengatakan, "nanti akan datang ke pondokmu seorang wali kutub, pada hari dan jam sekian".
Ada karomah yang lebih besar dan luas lagi dari pada karomah hissi (panca Indra) yaitu karomah Maknawi (karomah ilmu).
"Hamalah" adalah kata plural dari kata Hamil yang berarti pembawa. Jadi Hamalatul Qur'an berarti para pembawa al-Qur' an.