Saya melihat apabila watak ke-Jawa-an sangat lentur, mudah larut tapi mempengaruhi citarasa. Ya, sebagaimana telaah Ibnu Khaldun, kondisi sosio-kultural-antropologis mempengaruhi watak manusianya, demikian pula watak orang Jawa. Persis kunyit yang bisa tumbuh di manapun dan pas dipakai campuran jamu apa pun.
Dalam khazanah Islam, disebutkan bahwa Tuhan akan mengampuni sebesar apapun dosa hamba-Nya jika mau bertaubat dan minta maaf pada-Nya. Namun, Tuhan tidak akan mengampuni dan memaafkan dosa sesama anak Adam, jika belum meminta maaf dan dimaafkan oleh orang yang disalahinya sekecil apapun dosa itu.
Tak hanya ada. Tugas kewalian seolah selalu kontekstual terhadap zaman. Di zaman serba cepat, serba tergesa dan serba gupuh ini, pasti masih ada sosok-sosok yang La Khaufun Alaihim wa La Hum Yaḥzanụn sebagai penyeimbang.
Tengah malam, saat ia menikmati tidur lelahnya yang baru sampai dari perjalanan Mojokerto-Cipasung, ia dibangunkan oleh Mbah Liem. Ia diminta oleh Mbah Liem untuk ikut berkeliling melakukan riyadoh pada tempat yang akan dijadikan sebagai arena Muktamar.
Bisa jadi sikap Gus Najih kepada Gus Miftah, seperti cerita antara KH Khalil Bangkalan kepada Habib Abdullah Al-Haddad.
Abah Habib Luthfi, pernah dawuh bahwa "Sewilayah tiga Cirebon iku (Cirebon, Indramayu, Kuningan, Majalengka) Wali Mastur neng Cirebon iku akeh pisan, blaratan, ora keitungan lan kabeh due tugas masing-masing go jaga wilayah Jawa iki,"
Beliau mengenalkan nama-nama ulama Indonesia di kancah internasional. Demikianlah karakteristik seorang berilmu, selalu rendah hati, dan menghormati guru-gurunya dengan menyebutnya. Semoga kita mendapat manfaat dan berkahnya.
"Maka siapapun yang masih nyaman dengan dunia berarti ia masih linglung (belum sadar)."
Acara yang dihelat secara dalam jaringan (daring) dan luar jaringan (luring) di Aula Kampus UNUSIA, Matraman ini juga sebagai upaya bersama untuk melawan dan menangkal paham-paham terorisme
Sejarawan Islam Nusantara, KH. Ahmad Baso, dalam salah satu postingannya di Facebook menulis tentang sebuah kampung yang bernama Garassi. Kampung ini merupakan pusat peradaban Walisongo yang terletak di Selatan Makassar pada abad ke-17.